Teori Kesantunan Berbahasa Menurut Pranowo

2. Maksim kemurahan hati a Minimalkan keuntungan pada diri b Maksimalkan keuntungan pada pihak lain 3. Maksim pujian a Minimalkan penjelekan terhadap pihak lain b Maksimalkan pujian kepada pihak lain 4. Maksim kerendahan hati a Minimalkan pujian kepada diri b Maksimalkan penjelekan terhada diri 5. Maksim kesetujuan a Minimalkan ketidaksetujuan antara diri dan pihak lain b Maksimalkan kesetujuan antara diri dan pihak lain 6. Maksim simpati a Minimalkan antipati antara diri dan pihak lain b Maksimalkan simpati antara diri dan pihak lain

2.3.1.2 Teori Kesantunan Berbahasa Menurut Pranowo

Dalam buku berjudul Berbahasa Secara Santun, Pranowo 2009:v-vi memaparkan berbagai masalah, seperti siapa yang harus berbicara secara santun, mengapa orang harus berbicara secara santun, faktor apa saja yang menentukan kesantunan, nilai-nilai apa yang perlu diperhatikan agar orang berbicara menjadi santun, sikap seperti apa yang harus diperhatikan agar ketika berbahasa menjadi santun, daya bahasa seperti apa yang dapat meningkatkan kesantunan, dan kaidah seperti apa yang dapat dipakai untuk berbicara secara santun. Topik-topik ini memang tidak secara khusus membahas teori kesantunan, tetapi dari uraian-uraian tersebut diperoleh kaidah atau pedoman bagaimana berbicara santun Chaer, 2010:62. Sebagaimana Leech 1983 memaparkan indikator-indikator kesantunan berbahasa, Pranowo 2009:103-104 juga memberikan beberapa indikator agar tuturan akan terasa santun. Indikator-indikator itu adalah a Perhatikan suasana perasaan mitra tutur sehingga ketika bertutur dapat membuat hati mitra tutur berkenan angon rasa b Pertemukan perasaan Anda dengan perasaan mitra tutur sehingga isi komunikasi sama-sama dikehendaki karena sama-sama diinginkan adu rasa c Jagalah agar tuturan dapat diterima oleh mitra tutur karena mitra tutur sedang berkenan di hati empan papan d Jagalah agar tuturan memperlihatkan rasa ketidakmampuan penutur di hadapan mitra tutur sifat rendah hati e Jagalah agar tuturan selalu memperlihatkan bahwa mitra tutur diposisikan pada tempat yang lebih tinggi sikap hormat f Jagalah agar tuturan selalu memperlihatkan bahwa apa yang dilakukan kepada mitra tutur juga dirasakan oleh penutur sikap tepa selira. Indikator-indikator di atas terkait dengan santun tidaknya suatu tuturan. Selain itu, Pranowo 2009:104 memberikan penekanan pada aspek bahasa, khususnya pemakaian diksi, sebagai petunjuk santun tidaknya suatu tuturan. Contoh- contoh diksi itu yaitu: a gunakan kata “tolong” untuk meminta bantuan orang lain, b gunakan frasa frasa “terima kasih” sebagai penghormatan atas kebaikan orang lain, c gunakan kata “maaf” untuk tuturan yang diperkirakan dapat menyinggung perasaan orang lain, d gunakan kata “berkenan” untuk meminta kesediaan orang lain melakukan sesatu, e gunakan kata “beliau” untuk menyebut orang ketiga yang dinilai lebih dihormati, f gunakan kata “Bapak”, “Ibu” untuk menyebut orang kedua dewasa.

2.4 Penanda Lingual Kesantunan