Penggunaan  dan  wujud  modalitas  telah  ditunjukkan  dalam  uraian  Fowler dalam  Widharyanto,  2000  di  atas.  Poerwadarminta  dalam  Sudati,  1996:55  juga
merincikan cara-cara untuk menyatakan modalitas sebagai berikut. a
Lagu kalimat intonasi. Intonasi menjadi alat terpenting untuk mengetahui kepastian  atau  kesangsian;  pertanyaan  ataukah  pernyataan;  perintah  atau
anjuran, dan lain sebagainya dalam sebuah tuturan. b
Kata  tambahan  modalitas,  seperti  mudah-mudahan,  sudilah  kiranya, rupanya, sama sekali tidak, sekali-kali jangan, seyogianya, dan sebagainya.
c Kata penghubung modalitas, seperti jikalau, seandainya, sekalipun, seolah-
olah, supaya, dan sebagainya. d
Kata-kata yang menurut artinya sudah menyatakan modalitas, seperti wajib, mungkin, mustahil, dan sebagainya.
e Bentuk  kata  kerja,  yaitu  bentuk  kata  kerja  yang  berkenaan  dengan
pernyataan perintah, termasuk harapan dan permintaan. f
Ungkapan  dan  suasana  kalimat  yang  menyatakan  modalitas  seperti:  mana ada,  boleh  jadi,  kecil  kemungkinannya,  tipis  harapannya,  boleh  saja,  dan
sebagainya.
2.5 Kerangka Berpikir
Penelitian ini terfokus pada tiga hal pokok, yaitu 1 jenis-jenis tindak tutur, 2 tingkat kesantunan tuturan, dan 3 penanda lingual kesantunan. Untuk menjawabi
rumusan  masalah  jenis-jenis  tindak  tutur  dan  tingkat  kesantunan  tuturan,  digunakan
teori  tindak  tutur  Geoffrey  Leech  1983  dalam  Oka,  1993,  khususnya  yang berkenaan  dengan  pembahasan  tentang  fungsi-fungsi  tindak  tutur,  skala  kesantunan,
dan  prinsip  kesantunan  tuturan.  Pembahasan  mengenai  penanda  lingual  kesantunan merujuk pada teori kesantunan berbahasa Leech  1983dalam Oka, 1993, khususnya
penggunaan  gaya  bahasa,  seperti  metafora,  hiperbola,  litotes,  eufemisme,  dan  ironi; ungkapan  penanda  kesantunan  menurut  Rahardi  2005,  dan  indikator  penanda
lingual  kesantunan  menurut  Pranowo  2009.  Konsep-konsep  penanda  lingual kesantunan  ini  kemudian  dilengkapi  dengan  pendapat  dari  para  ahli  lain,  seperti  1
penggunaan  kosakatadiksi  dan  tata  bahasa  Fairlclough  dalam  Eriyanto,    2006:285; Fairclough  dalam  Widharyanto,  2000;  dan  Fowler,  dkk.  dalam  Eriyanto,  2006:133-
134, dan 2 penggunaan modalitas Fowler, 1986; 1991 dalam Widharyanto, 2000; Sudiati,  1996:53.  Pembahasan  topik-topik  ini  tidak  terlepas  dari  kajian  pragmatik
yang menganalisis bahasa dalam konteks penggunaan bahasa.
75
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam  bab  ini  diuraikan  enam  hal,  yaitu  1  jenis  penelitian,  2  data  dan sumber  data,  3  instrumen  penelitian,  4  metode  pengumpulan  data,  5  teknik
analisis data, dan 6 triangulasi data.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini tergolong dalam penelitian kualitatif  sesuai dengan objek  dan tujuan  yang  ingin  dicapai  dari  penelitian  ini.  Objek  yang  dikaji  dari  penelitian  ini
adalah  bahasa  tertulis,  dalam  hal  ini  tuturan  dalam  berita  surat  kabar,  dengan  data berupa  kata-kata.  Dalam  kaitannya  dengan  penelitian  kualitatif,  Bogdan  dan  Taylor
1975:5 dalam Moleong, 2006:4 mengartikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang  dan  perilaku  yang  diamati.  Peneliti  menjadi  instrumen  kunci  untuk menetapkan  fokus  penelitian,  memilih  sumber  data,  melakukan  pengumpulan  data,
menilai kualitas data, menganalisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas
temuannya itu
Sugiyono, 2011:222.
Peneliti menggunakan
daya kemampuannya  untuk  menganalisis  data  penelitian  sambil  memahami  konteks  dari
setiap data  yang  ada. Selain  itu, objek data  yang  tersedia bagi  penelitian ini bersifat alamiah,  yaitu  data  tuturan  langsung  calon  gubernur,  wakil  gubernur,  dan  para