Konteks: Hidayat Nur Wahid menerangkan dukungan kubunya yang belum memastikan dukungannya pada salah satu pasangan calon. Media Indonesia, 26 Juli 2012, hlm. 8.
84 “Jadi, perlu agar Gubernur Jakarta orang yang teruji dan tahu seluk beluk Jakarta. Bukan
hanya untuk coba- coba.” Zainuddin MH, Sekretaris DPD Golkar DKI [IV3.8.b.A].
Konteks: Zainuddin MH menerangkan Partai Golkar mengalihkan dukungannya kepada pasangan Foke-Nara. Media Indonesia, 6 Agustus 2012, hlm. 6.
Dengan tututan menyimpulkan, penutur seolah-olah ingin menjawab pertanyaan mengapa suatu hal terjadi. Pada tuturan 80 dan 81, terdapat
penggunaan predikasi adalah dalam keseluruhan kalimat untuk menerangkan maksud tuturan menyimpulkan kemenangan Jokowi dan simpati warga terhadap Jokowi. Pada
tuturan 82 s.d. 84, penanda lingual jadi cukup jelas menegaskan maksud tuturan sebagai kesimpulan atas topik pembicaraan.
4.2.1.3 Tindak Tutur Kompetitif
Tindak tutur kompetitif adalah bersaing dengan tujuan sosial, misalnya tindakan memerintah, meminta, menuntut, dan mengemis Leech, 1983 dalam Oka,
1993:162 164. Fungsi kompetitif terwujud pada ilokusi direktif dengan berbagai bentuk tuturannya, seperti menyuruh, melarang, mengritik, mengomentari, menilai,
menasihati, memprotes, menganjurkan, memperingatkan, menyindir, mengingkari, dan menyangkal Baryadi, 2012:32. Tindak tutur direktif pada dasarnya bertujuan
menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur, atau bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar mitra tutur
melakukan tindakan. Kategori-kategori ilokusi demikan membutuhkan sopan santun negatif.
Tindak tutur kompetitif dengan ilokusi direktif tuturan calon gubernur, calon wakil gubernur, dan pendukung terdapat dalam bentuk tuturan memprotes 3
tuturan; meminta 16 tuturan; menyindir 20 tuturan; menuntut 5 tuturan; mengkritik 68 tuturan; menyuruh 15 tuturan; melarang 20 tuturan; dan
menyangkal 5 tuturan. Bentuk-bentuk tuturan ilokusi direktif yang mengandung fungsi kompetitif ini diuraikan pada bagian berikut.
4.2.1.3.1 Tindak Tutur Kompetitif dengan Ilokusi Direktif Memprotes
Ilokusi direktif memprotes bermaksud menyatakan tidak setuju, menyangkal, bahkan menentang. Tuturan memprotes tidak sejalan dengan tujuan sosial karena
mengandung sopan santun negatif yang tujuannya mengurangi kerharmonisan. Hal ini jelas terlihat pada tuturan 85 dan 86 berikut.
85 “Kami keberatan dengan pleno hari ini.” Denny Iskandar, Tim Sukses Joko-Basuki
[I1.1.c.A] Konteks: Denny Iskandar, tim sukses Joko-Basuki, menolak penetapan DPT oleh KPU
Kompas, 3 Juni 2012, hlm.2. 86
“Memang saya punya pikiran begitu sempit?” Fauzi Bowo [II1.1.c.B] Konteks: Fauzi Bowo tidak ambil pusing dengan kesalahan data yang ditudingkan oleh tim
sukses pasangan lain. Koran Tempo, 5 Juni 2012, A3.
Penggunaan diksi keberatan pada tuturan 85 sudah cukup jelas menyatakan ketidaksetujuan dan penolakan terhadap sesuatu yang diprotes. Demikian juga pada
tuturan 86, modus kalimat interogatif dengan nada retoris mengindikasikan adanya tindakan memprotes dari penutur terhadap sesuatu yang dibicarakan.
4.2.1.3.2 Tindak Tutur Kompetitif dengan Ilokusi Direktif Meminta
Tindak ilokusi direktif meminta termasuk dalam fungsi kompetitif karena melibatkan sopan santun, yaitu sopan santun negatif. Tuturan meminta menimbulkan
pengaruh kepada mitra tutur untuk melakukan tindakan “meminta”, apakah itu dalam satu perbuatan atau tuturan saja. Data tuturan 87 s.d. 92 menjadi contoh tuturan
meminta.
87 “Kami hanya berharap kesalahan-kesalahan dalam DPT segera diperbaiki.” Tosca
Santosa, manajer kampanye Faisal-Biem. [II1.3.c.A] Konteks: Tosca Santoso berencana membawa masalah DPT ke ranah hukum karena KPU tidak
cepat menanggapi. Koran Tempo, 6 Juni 2012, hlm. A4. 88
“Kami hanya meminta KPU mempertanggungjawabkan kejanggalan yang muncul dalam DPT.” Tosca Santosa, manajer kampanye Faisal-Biem. [II1.4.c.A]
Konteks: Tosca Santoso berencana membawa masalah DPT ke ranah hukum karena KPU tidak cepat menanggapi. Koran Tempo, 6 Juni 2012, hlm. A4.
89 “Kalau data tim sukses yang benar, KPU harus berbesar hati mengoreksi dan menerima
adanya masalah daftar pemilih.” Hidayat Nur Wahid [III1.12.c.D] Konteks: Hidayat Nur Wahid mengomentari sikap KPU yang bersikukuh terhadap DPT,
meskipun lima pasangan calon lainnya mempersoalkan DPT. Pasangan Fauzi Bowo menandantangani DPT tersebut. Republika, 5 Juni 2012, hlm. 9.
90
“Karena itu, kami meminta DKPP menindaklanjuti laporan ini agar tidak menjadi preseden buruk bagi Pemilukada DKI dan daerah lainnya. M. Taufik, tim sukses Jokowi-Ahok, Ketua
koalisi advokasi bersama empat pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta [
III1.58.c.A] Konteks: M.Taufik mengomentari DPT yang masih menjadi masalah sehingga KPU dilaporkan
ke Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu. Republika, 22 Juni 2012, hlm. 17. 91
“Kami berharap KPUD segera memperbaiki DPT sehingga pilkada tidak perlu diundur.” Hidayat Nur Wahid [V2.9.c.A]
Konteks: Hidayat Nur Wahid mengomentari DPT yang masih menjadi masalah serius dalam pilkada DKI Jakarta meskipun KPUD akhirnya merevisi DPT. Jawa Pos, 10 Juli 2012, hlm.
11. 92
“Kami minta diberi kesempatan untuk memberikan masukan data.” Rois Handayani, anggota tim sukses Hidayat-Didik [V2.11.c.A]
Konteks: Rois Handayani mengomentari DPT yang masih menjadi masalah serius dalam pilkada DKI Jakarta meskipun KPUD akhirnya merevisi DPT. Jawa Pos, 10 Juli 2012, hlm.
11.
Tuturan 87 dan 88 memiliki konteks yang sama yaitu masalah DPT dibawa ke ranah hukum oleh beberapa tim sukses pasangan calon gubernur dan wakil
gubernur. Pada tuturan 87, penutur meminta dengan bentuk tuturan imperatif halus dengan penanda diksi berharap dan modalitas hanya untuk mempertegas isi harapan,
sedangkan tuturan 88 langsung menggunakan diksi meminta dengan modalitas hanya yang bermaksud menegaskan isi tindakan meminta tersebut. Meskipun ada
perbedaan nuansa permintaan dari kedua tuturan ini, tindakan meminta tersebut menunjukkan bahwa penutur ingin agar mitra tutur melakukan apa yang diminta
sesuai dengan isi tuturannya. Pada pada tuturan-tuturan selanjutnya, penanda lingual diksi, yaitu meminta, minta, dan berharap, dan modalitas harus dan segera
memperjelas maksud „meminta‟: 89 “Kalau data tim sukses yang benar, KPU harus berbesar hati…; 90 “Karena itu, kami meminta DKPP…; 91 “Kami berharap
KPUD segera …; dan 92 “Kami minta diberi kesempatan… . Meskipun berbagai
tuturan meminta ini berbeda konteks tuturannya, setidak-tidaknya maksud permintaan sudah cukup jelas di dalam pemakaian diksi dan modalitas tuturan-tuturan tersebut.
4.2.1.3.3 Tindak Tutur Kompetitif dengan Ilokusi Direktif Menyindir
Ilokusi direktif menyindir atau tuturan menyindir sebenarnya juga merupakan tindak mengkritik
– atau mencela dan mengejek – seseorang secara tidak langsung atau tidak terus terang. Tuturan menyindir mengandung fungsi kompetitif
karena yang tersirat di dalam tuturan itu merupakan isi tuturan yang ditujukan kepada mitra tutur. Tuturan 93 s.d. 97 merupakan contoh tindakan menyindir.
93 “Biar masyarakat tahu siapa yang diuntungkan dari penetapan DPT yang bermasalah ini.”
M. Taufik, juru bicara tim sukses Jokowi-Basuki. [ III1.3.c.A]
Konteks: M.Taufik menganggap penetapan DPT oleh KPU masih bermasalah. Tim suksesnya mengancam akan mundur dalam pilkada DKI Republika, 4 Juni 2012, hlm. 9.
94 “Saya kira yang perlu disisir yang kemarin dobel-dobel, dan yang paling penting itu
undangan. Yang paling penting disisir yang hantu- hantu itulah.” Jokowi [II2.76.c.A]
Konteks: Jokowi meminta KPU melakukan sosialisasi secara intensif demi mengurangi angka golput. Koran Tempo, 22 Juli 2012, hlm. A3.
95 “Dia tahu apa tidak nomor telepon saya berapa? Jangan-jangan dinas pemadam kebakaran
yang ditelepon.” Fauzi Bowo [IV2.43.c.C] Konteks: Fauzi Bowo menanggapi media tentang pernyataan Jokowi yang telah
menghubunginya. Media Indonesia, 14 Juli 2012, hlm. 1. 96
“Kasihan warga Jakarta, kasihan gubernur yang akan dipilih, kasihan demokrasi di Indonesia.” Hidayat Nur Wahid [III1.9.c.B]
Konteks: Hidayat Nur Wahid mengomentari sikap KPU yang bersikukuh terhadap DPT, meskipun lima pasangan calon lainnya mempersoalkan DPT. Pasangan Fauzi Bowo
menandantangani DPT tersebut. Republika, 5 Juni 2012, hlm. 9. 97
“Tidak ada cerita lagi wakil gubernur melaporkan gubernurnya ke Komisi Pemberantasan Korupsi.” Hidayat Nur Wahid [I2.10.c.D]
Konteks: Hidayat Nur Wahid berkampanye di Gelanggang Olahraga Brodjonegoro dan menyindir keretakan hubungan Fauzi dan wakilnya. Kompas, 2 Juli 2012, hlm. 26.
Dengan tuturan 93 dan 94, penutur mengkritik secara tidak langsung perihal apa yang sedang terjadi, yaitu penetapan DPT oleh KPUD Jakarta, meskipun
DPT itu masih dianggap bermasalah oleh lima tim sukses lainnya. Alih-alih menyampaikan kritik secara langsung terhadap orang atau hal yang sedang terjadi,
penutur menyampaikan sindiran dalam bentuk tuturan 93 dan 94. Pada tuturan 95, Fauzi Bowo menanggapi pernyataan Jokowi bahwa dia tidak mengangkat
telepon ketika dihubungi Jokowi. Tuturan tersebut dipersepsi sebagai tindakan menyindir yang bernada keras. Pada tuturan 96, penutur menggunakan gaya bahasa
repetisi untuk mempertegas isi tuturan menyindir Kasihan … Kasihan… Kasihan...
Konteks tuturannya adalah sikap KPU yang bersikukuh terhadap DPT meskipun telah dipersoalkan oleh lima pasangan lain, sedangkan kubu Foke-Nara menandatangani
DPT tersebut. Hidayat Nur Wahid mengomentari situasi tersebut dengan tuturan 96. Dengan tuturan 97, penutur bermaksud menyindir kondisi pemerintahan Fauzi dan
wakil gubernur yang tidak bekerja sama. Dengan tuturan tersebut, penutur mengampanyekan pemerintahan yang lebih mengedepankan kerja sama antara
gubernur dan wakil gubernur.
4.2.1.3.4 Tindak Tutur Kompetitif dengan Ilokusi Direktif Menuntut
Ilokusi direktif menuntut mengandung permintaan dengan keras, bahkan setengah mengharuskan supaya dipenuhi. Selain itu, penutur yang menyampaikan
tuturan menuntut berusaha mendapatkan haknya terpenuhi sesuai dengan isi tuturannya tersebut. Hal ini dapat dilihat pada tuturan 98 s.d. 100 berikut.
98 “Tunda pemilu. Apa gunanya DPT diteruskan dengan data kotor? Kenapa kita bisa
melanggar DPT, tapi tidak bisa mengubah waktu?” Fatahillah Ramli, kordinator tim advokasi Alex-Nono. [V2.6.c.A]
Konteks: Fatahillah Ramli mengomentari DPT yang masih menjadi masalah serius dalam pilkada DKI Jakarta meskipun KPUD akhirnya merevisi DPT. Jawa Pos, 10 Juli 2012, hlm.
11. 99
“Penurunan alat peraga kami harus diusut sampai orang yang menyuruh menurunkan alat p
eraga itu.” Hendardji Soepandji [I2.23.c.D] Konteks: Hendardji Soepandji meminta aparat panwaslu mengatasi masalah kecurangan yang
dilakukan pasangan dan tim sukses tertentu. Kompas, 7 Juli 2012, hlm. 26. 100
“Tindakan tegas harus diberikan supaya orang tidak berani mengulang hal yang sama.” Boy Sadikin, Ketua tim kampanye dan pemenangan pasangan Jokowi-Ahok [II3.8.c.D]
Konteks: Boy Iskandar menegaskan kasus dugaan kampanye SARA Rhoma Irama siap dibawa ke penyelidikan. Koran Tempo, 10 Agustus 2012, hlm. A4.
Tuturan 98 merupakan tindakan menuntut dalam bentuk imperatif tidak langsung. Hal ini ditunjukkan oleh urutan kalimat tuturan dengan pemakaian modus
kalimat interogatif. Berdasarkan modus kalimat ini, sebenarnya penutur
menyampaikan tindakan menuntut secara langsung, yaitu Tunda pemilu, dan mengubah waktu pemilu setelah DPT direvisi oleh KPUD Jakarta. Tuturan 99
menggunakan imperatif tidak langsung, yaitu modus kalimat deklaratif dan penanda modalitas keharusan: harus, yang bermaksud mengusut peristiwa penurunan alat
peraga pemilu. Demikian pun tuturan 100, bermaksud menuntut dengan adanya penanda keharusan: harus. Pada tuturan 99 dan 100, penutur mempertegas
maksudnya dengan bentuk kalimat pasif yang mementingkan topik yang dituturkan.
4.2.1.3.5 Tindak Tutur Kompetitif dengan Ilokusi Direktif Mengkritik
Dalam uraiannya tentang fakta pemakaian bahasa yang tidak santun, Pranowo 2009:68 mengidentifikasikan bahwa komunikasi menjadi tidak santun jika
penutur ketika bertutur menyampaikan kritik secara langsung kepada mitra tutur. Kritik secara langsung, apalagi menohok mitra tutur dengan kata atau frasa kasar,
dinilai tidak santun atau bahkan lebih tidak santun. Tuturan mengkritik berisi tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap
suatu hal, seperti pendapat, keadaan, dan sebagainya. Tindak tutur direktif mengkritik bermaksud mengevaluasi atau memberi pertimbangan baik buruknya suatu karya,
pendapat, dan sebagainya yang telah dilakukan mitra tutur. Tuturan ini bertujuan kompetitif karena di dalamnya terdapat evaluasi atas sesuatu yang terjadi atau
dilakukan mitra tutur. Hal ini tercermin pada data tuturan 101 s.d. 105 berikut.
101 “KPUD tampaknya menjerat dirinya sendiri dengan lingkaran masalah DPT. Entah ini
disengaja atau tidak, namun kenyataannya demikian.” Hidayat Nur Wahid. [V2.8.c.B]
Konteks: Hidayat Nur Wahid mengomentari DPT yang masih menjadi masalah serius dalam pilkada DKI Jakarta meskipun KPUD akhirnya merevisi DPT. Jawa Pos, 10 Juli 2012, hlm.
11. 102
“Bukan mengikuti yang menerima. Yang setuju penetapan DPT kan cuma satu pasang, sementara yang menolak ada lima pasang calon. Tapi kok jadi kebalik, yang lima malah
ditinggal.” Jokowi. [III1.40.c.A] Konteks: Jokowi menanggapi persoalan DPT yang masih dikritik oleh pasangan calon
Republika, 11 Juni 2012, hlm. 21. 103
“Kita sudah capek dengan Ibu Kota sekarang ini yang macet di mana-mana. Pemilukada 11 Juli nanti bukan hanya untuk Jakarta, tapi untuk Indonesia.” Prabowo Subianto, Ketua
Umum Partai Gerindra [IV2.12.c.B] Konteks: Prabowo Subianto berkampanye untuk pasangan Jokowi-Basuki di lapangan parkir
timur Senayan, Gelora Bung Karno. Media Indonesia, 2 Juli 2012, hlm. 7. 104
“Tidak boleh lagi cari-cari alasan. Kalah ya kalah. Terima kekalahan dengan lapang dada.” Alex Noerdin [IV2.29.c.A]
Konteks: Alex Noerdin mengomentari hasil hitung cepat yang menunjukkan keunggulan pasangan Jokowi-Ahok. Ia menerima dengan legawa. Media Indonesia, 12 Juli 2012, hlm. 1.
105 “Tugas pemerintah bukan menyediakan pendidikan dan kesehatan gratis, karena itu tidak
ada dalam konstitusi, tetapi bagaimana meningkatkan kualitasnya. Kalau sekolah gratis, terus jadi bodoh, bagaimana? Bagaimana pendidikan mau berkualitas kalau perpustakaan saja tidak
punya?” Hendradji Soepandji [I1.31.c.D] Konteks: Pernyataan Hendradji Soepandji dalam wawancara terkait masalah pendidikan dan
kesehatan di DKI Jakarta Kompas, 26 Juni 2012, hlm. 39.
Dengan tuturan 101, Hidayat Nur Wahid memberikan evaluasi atas kinerja KPUD Jakarta yang merevisi DPT sesuai dengan permintaan tim sukses tiap
pasangan. Tindakan merevisi yang dilakukan KPUD Jakarta dikritik Hidayat Nur Wahid dengan tuturan KPUD tampaknya menjerat dirinya sendiri dalam lingkaran
masalah. Entah sengaja atau tidak, namun kenyataannya demikian. Tuturan Hidayat Nur Wahid tersebut merupakan kritik langsung kepada KPUD dengan gaya bahasa
ironi, yaitu menjerat dirinya sendiri dalam lingkaran masalah dan personifikasi, khususnya pada proposisi KPUD tampaknya menjerat dirinya sendiri. Demikian pun
pada tuturan 102, dengan tuturan tersebut Jokowi sebenarnya mengevaluasi kinerja KPUD yang justru mengambil sikap mengikuti hanya satu pasangan calon yang
menerima, sedangkan lima pasangan lainnya tidak. Tuturan 102 dapat dikategorikan sebagai tuturan yang sengaja ingin memojokkan mitra tutur dalam bertutur sehingga
mitra tutur menjadi tidak berdaya. Hal ini jelas terlihat pada kalimat terakhir tuturan tersebut, yakni Tapi kok jadi kebalik, yang lima malah ditinggal. Frasa kok jadi
kebalik merupakan ekspresi kritik yang cukup pedas bagi mitra tutur. Pada tuturan 103, penutur mengekspresikan maksud kritik dengan gaya
bahasa hiperbolis macet di mana-mana. Dengan tuturan 104, sambil menerima kekalahan dengan legawa, Alex Noerdin mengomentari pihak yang tidak mengakui
kekalahan dalam pemilukada. Tuturan 105 dipersepsi sebagai tindakan mengkritik sesuai dengan isi tuturan, yakni mengomentari program pendidikan dan kesehatan
gratis. Tugas pemerintah sesungguhnya adalah meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan, bukan menyediakan pendidikan dan kesehatan gratis.
4.2.1.3.6 Tindak Tutur Kompetitif dengan Ilokusi Direktif Menyuruh
Tuturan menyuruh merupakan tuturan yang menyatakan tindakan, yaitu penutur bermaksud agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam
tuturan itu. Dengan tuturan menyuruh termasuk juga tuturan memerintah, penutur seakan-akan tidak memberikan kesempatan kepada mitra tutur untuk memilih
sejumlah opsi lain untuk dilakukan selain sesuai dengan yang dimaksudkan penutur di dalam tuturannya. Keuntungan lebih dominan berada di pihak penutur daripada
pihak mitra tutur. Tuturan sejenis ini mengindikasikan juga kadar dominasi penutur terhadap mitra tutur karena penutur bermaksud agar mitra tutur melakukan tindakan
yang disebutkan di dalam tuturan baik langsung maupun tidak langsung. Tindakan menyuruh dapat dicermati pada contoh tuturan 106 s.d. 110 berikut.
106 “Saya dan tim kampanye, bersama tim calon pasangan gubernur dan wakil gubernur
lainnya, masih melakukan penyisiran data. Sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas database penduduk DKI Jakarta, sudah seharusnya Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
DKI Jakarta bertanggung jawab.” Didik J Rachbini [IV1.9.c.D] Konteks: Didik Rachbini mempersalahkan pemerintah terkait kisruh DPT. Media Indonesia,
7 Juni 2012, hlm. 9. 107
“Hindari cara memilih kucing di dalam karung , pilih calon gubernur yang punya kumis seperti saya, karena yang berkumis punya nyali untuk memimpin.” Ongen Sangaji, Ketua
DPD Partai Hanura DKI Jakarta [IV1.33.c.A] Konteks: Ongen Sangaji berkampanye untuk Foke-Nara di hadapan pendukung dan
simpatisan. Media Indonesia, 28 Juni 2012, hlm. 7. 108
“Bebaskan saja anggota Partai Golkar untuk memilih.” Hajriyanto Thohari, Ketua DPP Partai Golkar [V2.61.c.A]
Konteks: Hajriyanto Thohari menanggapi kemenangan pasangan Jokowi-Ahok dan menampik kekalahan Golkar. Jawa Pos, 13 Juli 2012, hlm. 11.
109 “Lebih baik Partai Golkar tidak berkoalisi dengan partai atau gubernur mana pun.”
Hajriyanto Y. Thohari, Ketua DPP Partai Golkar [I2.46.c.D] Konteks: Tanggapan Hajriyanto Y.Thohari atas hasil pilkada DKI dan persiapan Golkar
menghadapi pilkada putaran kedua. Kompas, 14 Juli 2012, hlm. 20. 110
“Tanyakan sendiri saja, saya juga belum berkomunikasi.” Ridho Rhoma, putera Rhoma Irama, artis dan penyanyi dangdut, pendukung Fauzi-Nachrowi. [II3.9.c.D]
Konteks: Ridho Rhoma menanggapi kasus dugaan kampanye SARA Rhoma Irama yang siap dibawa ke penyelidikan. Koran Tempo, 10 Agustus 2012, hlm. A4.
4.2.1.3.7 Tindak Tutur Kompetitif dengan Ilokusi Direktif Melarang
Tindakan melarang pada hakikatnya berarti memerintahkan supaya tidak melakukan sesuatu, atau tidak memperbolehkan berbuat sesuatu. Dengan tuturan
melarang, penutur bermaksud memerintahkan mitra tutur tidak melakukan sesuatu sesuai dengan isi tuturan tersebut. Jadi, di dalam tindakan melarang termaktub juga
tindakan meminta atau menyuruh. Penanda lingual yang mengindikasikan tuturan melarang biasanya adalah kata jangan. Namun, penting diperhatikan juga konteks
tuturannya sehingga penggunaan kata jangan memang bermaksud tindakan melarang. Contoh-contoh tuturan 111 s.d. 113 berikut menunjukkan tindakan melarang.
111 “Karena sudah terlanjur ditetapkan, yang terbukti bersalah jangan dikeluarkan kartu
pemilihnya saat pemilihan.” Hidayat Nur Wahid [III1.13.c.A] Konteks: Hidayat Nur Wahid mengomentari sikap KPU yang bersikukuh terhadap DPT,
meskipun lima pasangan calon lainnya mempersoalkan DPT. Pasangan Fauzi Bowo menandantangani DPT tersebut. Republika, 5 Juni 2012, hlm. 9.
112
“Janganlah mencederai demokrasi yang sedang berjalan.” Nono Sampono [I2.4.c.A]
Konteks: Nono Sampono menyampaikan kasus penculikan dua simpatisannya ke Polda Metro Jaya. Kompas, 1 Juli 2012, hlm. 4.
113 “Jangan libatkan kami dalam keputusan karena mencederai demokrasi yang sedang
dibangun.” Fatahillah Ramli, anggota tim sukses Alex-Nono [II2.16.c.B] Konteks: Fatahillah Ramli menolak rapat pleno KPU DKI Jakarta yang memutuskan
penghapusan 21.344 dari total 6.983.692 daftar pemilih tetap. Koran Tempo, 10 Juli 2012, hlm. A4.
4.2.1.3.8 Tindak Tutur Kompetitif dengan Ilokusi Direktif Menyangkal
Tindakan menyangkal mengandung arti membantah; mengingkari; tidak membenarkan; tidak mengakui. Dengan tuturan menyangkal, penutur bermaksud
mengingkari atau tidak membenarkan hal seperti yang isi tuturannya tersebut. Penanda lingual yang mengindikasikan adanya tindakan menyangkal adalah
penggunaan kata ingkar: tidak dan bukan. Dengan tuturan menyangkal, penutur mengambil sikap protektif terhadap pendapatnya. Hal demikian dimaksudkan agar
tuturan mitra tutur atau fakta yang dibicarakan tidak dipercaya oleh pihak lain. Contoh tuturan 114 s.d. 117 adalah tindakan menyangkal.
114 “Kami tidak menunjuk pribadi gubernur.” Dadiek Surarto, tim pemenangan Hendardji-
Reza [ III1.35.c.C]
Konteks: Dadiek Surarto membantah tagline “Berkumis” mengacu kepada pasangan tertentu.
Republika, 7 Juni 2012, hlm. 9.
115 “Itu tidak ada hubungannya sama sekali menyindir salah satu calon.” Alief Syachvier,
juru bicara tim sukses Hendardji-Reza [ III1.36.c.D]
Konteks: Konteks: Alief Syachvier membantah tagline “Berkumis” mengacu kepada
pasangan tertentu. Republika, 7 Juni 2012, hlm. 9. 116
“Saya juga tidak perlu islah karena saya tidak bermusuhan dengan siapa pun.” Rhoma Irama [
III3.16.c.D
] Konteks: Rhoma Irama menanggapi ceramahnya yang diduga memojokkan pasangan Jokowi-
Ahok dengan isu SARA. Republika, 7 Agustus 2012, hlm. 1. 117
“Bang Haji Rhoma Irama bukan bagian dari tim sukses atau tim kampanye Foke-Nara. Hadirnya Rhoma di Masjid Al Isra, bukan agenda dari tim sukses, melainkan agenda dari Pos
Kota dalam kegiatan safari ramadhan mereka.” Zamakh Sari, ketua tim advokasi Foke-Nara
[IV3.15.c.D] Konteks: Zamakh Sari menegaskan bahwa Rhoma Irama bukanlah bagian dari tim sukses
mereka. Media Indonesia, 8 Agustus 2012, hlm. 6.
4.2.1.4 Tindak Tutur Konfliktif