Hakikat Keterampilan Berbicara Deskripsi Teoretik 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa Asing

13 kecakapan berbahasa yang santun dan tepat, 2 melakukan dialog sederhana dengan lancar yang mencerminkan kecakapan berkomunikasi dengan santun dan tepat. Menurut Djiwandono 2008: 118 berbicara berarti mengungkapkan pikiran secara lisan. Iskandarwassid dan Sunendar 2008: 239-245 meyatakan bahwa keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Menurut aliran komunikatif dan pragmatik, keterampilan berbicara dan keterampilan menyimak berhubungan secara kuat. Keterampilan berbicara mensyaratkan adanya pemahaman minimal dalam bentuk sebuah kalimat. Betapa pun kecilnya kalimat, mampu menyajikan sebuah makna jika saling bertemali. Dalam konteks komunikasi, pembicara berperan sebagai sender „pengirim‟, sedangkan receiver „penerima‟ adalah penerima message „warta‟. Warta merupakan objek komunikasi berupa sebuah informasi yang disampaikan pengirim. Timbal balik akan muncul setelah warta diterima. Seperti halnya keterampilan menyimak, keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang sangat penting dalam memberi dan menerima informasi. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan bertanggungjawab dengan menghilangkan masalah psikologis seperti rasa malu, takut, rendah diri, ketegangan, dan lain-lain. Tujuan keterampilan berbicara mencakup pencapaian hal-hal sebagai berikut: 1 kemudahan berbicara, peserta didik harus mendapatkan kesempatan yang luas untuk berlatih berbicara hingga mereka dapat mengembangkan keterampilan ini secara wajar, lancar, dan 14 menyenangkan, 2 kejelasan, peserta didik harus berbicara dengan artikulasi yang tepat dan jelas. Melalui latihan berdiskusi yang mengatur cara berpikir yang logis dan jelas, kejelasan berbicara tersebut dapat tercapai, 3 bertanggung jawab, peserta didik harus berlatih berbicara dengan tanggung jawab yang tepat, topik pembicaraan harus dipikirkan dengan sungguh-sungguh, tujuan pembicaraan, siapa yang diajak berbicara, dan bagaimana situasinya. Tujuannya adalah menghindarkan peserta didik menjadi pembicara yang tidak bertanggung jawab, 4 membentuk pendengaran yang kritis, latihan berbicara yang baik dapat mengembangkan keterampilan menyimak secara tepat dan kritis, peserta didik perlu belajar untuk mengevaluasi kata-kata, niat dan tujuan pembicara, 5 membentuk kebiasaan, kebiasaan berbicara dapat dicapai dengan kebiasaan berinteraksi, faktor inilah yang membentuk kebiasaan berbicara dalam perilaku seseorang. Tujuan keterampilan berbicara seperti yang dikemukakan diatas akan dapat dicapai jika pembelajaran dilandasi dengan prinsip-prinsip yang relevan dan pola Kegiatan Belajar Megajar yang membuat peserta didik secara aktif untuk berbicara. Adapun menurut Humbolt dalam Steinig, 2011: 56 mendefisikan “Die Sprache wird durch Sprechen gebildet und das Sprechen ist Ausdruck der Gedanken oder der Empfindung”. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa bahasa dibentuk melalui percakapan dan percakapan merupakan ungkapan pemikiran atau perasaan. Menurut Nurjamal 2011: 4 mendefinisikan bahwa secara alamiah-ilmiah kegiatan keterampilan berbicara itu merupakan keterampilan berikutnya yang kita kuasai setelah kita menjalani proses latihan belajar 15 menyimak. Berbicara itu merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan secara lisan kepada orang lain. Hal serupa juga diungkapkan oleh Suharyanti 2011: 4 bahwa berbicara merupakan perbuataan menghasilkan bahasa untuk beromunikasi dan merupakan salah satu keterampilan yang mendasar dalam mempelajari bahasa. Menurut Musaba 2012: 5 kemampuan berbicara tidak hanya sekedar mampu mengungkapkan apa yang ingin disampaikannya kepada pendengar atau lawan bicara, tapi juga harus menelaah dan memastikan bahwa apa yang disampaikan dapat diterima dengan tepat oleh pendengar. Oleh sebab itu, kemampuan berbicara perlu dipelajari dan dikuasai oleh seseorang. Adapun pengertian kemampuan berbicara menurut Wahyuni dan Ibrahim 2012: 40 bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan gagasan kepada pihak lain secara lisan. Ketepatan pengungkapan gagasan harus didukung oleh ketepatan bahasa yang mempertimbangkan kosakata dan gramatikal. Berdasarkan beberapa pendapat ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa keterampilan berbicara merupakan perbuatan menyampaikan ide, gagasan, pikiran, perasaan atau pendapat secara lisan kapada orang lain dengan tujuan agar orang yang diajak berbicara mengerti maksud pembicaraan. Proses pembelajaran berbicara akan menjadi lebih mudah jika peserta didik terlibat aktif dalam berkomunikasi. 16

3. Hakikat Penggunaan Teknik Pembelajaran

Menurut Anthony dalam Brown, 2001: 14, “ techniques were the specific activities manifested in the classroom that were consistent with a method and therefore were in harmony with an approach as well.” Jadi teknik adalah kegiatan tertentu yang diwujudkan di dalam kelas yang cocok dan selaras dengan pendekatan secara baik. Teknik adalah aplikasi metode dalam kegiatan belajar mengajar dan mengacu pada cara guru melaksanakan proses belajar mengajar. Teknik yang digunakan hendaknya dapat menggairahkan situasi belajar, meningkatkan motivasi belajar, mengembangkan daya aktif, kreatif, dan produktif pembelajar untuk berujar, menulis dan bertindak Pringgawidagda, 2002: 58-137. Pernyataan lain menyatakan bahwa, teknik adalah prosedur rutin atau acuan yang disiapkan untuk menggunakan alat, bahan, orang dan lingkungan untuk menyajikan pesan, misalnya teknik demonstrasi, kuliah, ceramah, tanya jawab, pengajaran terprogram dan belajar sendiri Sadiman, 2007: 5. Adapun menurut Sudjana 2007: 80 bahwa, teknik merupakan prosedur yang disiapkan dalam mempergunakan bahan pelajaran, peralatan, situasi dan orang untuk menyampaikan pesan. Dalam kaitannya dengan pengajaran, teknik merupakan jabaran dari metode sesuai dengan alat dan sifat alat yang dipakai Huda, 2012: 111. Menurut Gerlach Ely dalam Aqib 2013: 70 teknik merupakan jalan, alat, atau media yang digunakan oleh pendidik untuk mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang ingin dicapai. Menurut Ghazali 2013: 102 17 mendefinisikan teknik pengajaran sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan metode pengajaran di dalam kelas. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu cara sistematis yang digunakan oleh seorang pengajar dalam pembelajaran untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif bagi peserta didik dalam menyampaikan bahan pelajaran agar tujuan pembelajaran dapat dicapai.

4. Hakikat Penggunaan Teknik

Three Step Interview Menurut pendapat Kagan dalam Cox, 1998: 168 bahwa langkah-langkah pada teknik three step interview “Students working in this strategy also from pairs, each partner interviews the other and then share what he or she has learned with the whole class” atau pada strategi ini peserta didik juga bekerja dalam pasangan, setiap pasangan mewawancarai peserta diidk yang lain dan kemudian berbagi apa yang telah dipelajarinya dengan seluruh peserta didik di dalam kelas. Dengan demikian, melalui kegiatan ini peserta didik dapat berlatih berbicara dan menyimak sekaligus mendapatkan informasi tentang suatu topik. Menurut Lie 2004: 28 pelaksanaan teknik three step interview mencakup tiga tahap, diantaranya; 1 tahap persiapan, 2 tahap pelaksanaan, dan 3 tahap evaluasi tugas kelompok. Adapun tahap persiapan meliputi; a pengelompokkan, anggota kelompok dipilih secara heterogen, b penataan ruang kelas, bangku disusun agar semua peserta didik dapat melihat guru dan papan tulis secara jelas, mereka harus dapat melihat anggota-anggota kelompoknya, c semangat gotong royong, dapat dilakukan untuk mempererat hubungan antar anggota kelompok dan