Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
2
Selain merupakan bahasa yang cukup luas dipetuturkan di Eropa, perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Jerman juga berkembang
sangat pesat. Senada dengan pernyataan Samiun 2012: iii bahwa bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa Internasional yang paling banyak digunakan oleh
penduduk dunia, baik dalam bisnis, pendidikan maupun komunikasi sehari-hari. Oleh sebab itu, bahasa Jerman penting untuk dapat dikuasai agar bisa mengakses
informasi-informasi berbasis bahasa Jerman dan berkomunikasi dengan bahasa Jerman untuk menunjang pendidikan, karier, dan pergaulan.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Penididikan KTSP pembelajaran bahasa Jerman di SMA, terdapat 4 keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh
peserta didik,
antara lain:
Hörverstehen
„Keterampilan Menyimak‟
, Sprechfertigkeit
„Keterampilan Berbicara‟,
Leseverstehen
„Keterampilan Membaca
’
,
dan
Schreibfertigkeit
„Keterampilan Menulis‟. Selain 4 keterampilan tersebut diajarkan juga
Sturuktur und Wortschatz
„Struktur dan Kosakata’ yang
tercantum pada pusat kurikulum. Bahasa Jerman diajarkan pada umumnya di kelas X, XI di SMA sebagai mata pelajaran pilihan. Namun bagi sekolah-sekolah
yang memiliki kelas program atau jurusan bahasa, pembelajaran bahasa Jerman diajarkan secara lebih intensif.
Berdasarkan pengamatan peneliti ditemukan bahwa peserta didik kelas XI di SMA Negeri 1 Kalibawang Kulon Progo ketika diberi tugas untuk berbicara
bahasa Jerman, peserta didik cenderung memiliki kemampuan berbicara bahasa Jerman yang masih rendah. Hal ini terlihat dari kemampuan peserta didik untuk
berkomunikasi dan mengungkapan gagasan dengan
Redemittel
„Ujaran-ujaran‟
3
masih jauh dari tujuan yang telah ditentukan. Peserta didik masih kesulitan untuk melafalkan kata dengan tepat. Hal tersebut tidak sejalan sesuai dengan Standar
Kompetensi keterampilan berbicara yang menuntut peserta didik untuk mampu mengungkapkan informasi secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog
sederhana. Sebagai sebuah keterampilan berbahasa, keterampilan berbicara memiliki sifat seperti keterampilan berbahasa yang lainnya. Keterampilan
berbicara perlu diajarkan secara rutin dan ajek. Pendidik juga seharusnya memperhatikan situasi, kondisi serta kemampuan masing-masing peserta didik,
karena kemampuan berbicara setiap peserta didik juga berbeda-beda. Idealnya setiap pendidik harus mengetahui kemampuan berbicara setiap peserta didik, agar
pendidik dapat memperlakukan peserta didik secara berbeda-beda. Jika pendidik memperlakukan peserta didik yang lemah sama seperti memperlakukan peserta
didik yang pintar, hasilnya hanya akan memperburuk kondisi, misalnya peserta didik yang lemah tersebut akan jauh tertinggal, jika pendidik terlalu cepat
menyampaikan materi pembelajaran. Peserta didik juga masih menganggap bahasa Jerman tidak penting untuk dipelajari. Peserta didik terlihat mengabaikan
pelajaran, seperti tidak memperhatikan guru, berisik dan mengganggu teman yang lain. Sikap yang muncul dari diri peserta didik itulah yang menjadi salah satu
penyebab rendahnya minat mereka untuk mempelajari bahasa Jerman, sehingga mereka berasumsi bahwa bahasa Jerman tidak begitu penting untuk dipelajari.
Padahal saat ini peserta didik dituntut untuk menguasai bahasa asing selain bahasa Inggris yang dapat digunakan di masa depan. Partisipasi peserta didik dalam
pembelajaran berbicara bahasa Jerman masih cenderung pasif. Hal tersebut
4
terlihat ketika peserta didik kurang merespon pertanyaan lisan yang ditanyakan oleh guru. Banyak peserta didik menunduk dan menghindari kontak mata dengan
guru, saat guru hendak melontarkan pertanyaan. Suasana kelas yang demikian tentunya tidak efektif, jika dibandingkan dengan tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai. Pembelajaran di dalam kelas tentunya memerlukan suasana yang akif, keterlibatan peserta didik, partisipatif, antusias dan menyenangkan, sehingga
setiap peserta didik dapat memahami materi. Mengingat sulitnya memberi materi maupun pemahaman kepada siswa dengan keaneka-ragaman kemampuannya
dalam memahami materi. Selain itu, pendidik hanya menggunakan metode konvensional diantaranya metode ceramah, diskusi dan pemberian tugas.
Metode ceramah merupakan metode konvensinal yang sering diterapkan pendidik dalam pembelajaran, pendidik menjelaskan materi secara langsung. Hal
ini juga dapat menjadi penyebab kurangnya antusias serta minat peserta didik dalam proses pembelajaran. Padahal hakikatnya metode, media, maupun teknik
pembelajaran haruslah bervariasi agar peserta didik tidak cepat jenuh dan mengantuk saat pembelajaran. Selain bervariasi, metode, media maupun teknik
juga harus tepat penggunaannya. Oleh sebab itu, setiap pendidik harus mempertimbangkan tujuan, kelemahan dan kelebihan metode, media dan teknik
tersebut yang
akan digunakan.
Peserta didik
berkesempatan untuk
mengembangkan potensinya, dan dapat berlatih secara individu maupun dalam kelompok, sehingga dapat memunculkan motivasi pada peserta didik untuk
mempelajari bahasa Jerman. Dari motivasi yang tinggi itulah peserta didik akan lebih aktif terlibat dalam pembelajaran bahasa Jerman, sehingga hasil prestasi
5
belajar peserta didik juga dapat meningkat. Kemudian pembendaharaan kosa kata bahasa Jerman yang dimiliki oleh
peserta didik juga masih terbilang minim. Pada umumnya kosa kata bahasa Jerman diajarkan seiring dengan pembelajaran, baik itu pada keterampilan
berbicara, menyimak, membaca, maupun menulis. Setiap keterampilan berbahasa hakikatnya membutuhkan pengetahuan kosa kata yang cukup. Pada keterampilan
berbicara, seseorang harus menguasai banyak kosa kata agar dapat berbicara lebih luas. Permasalahan yang dijelaskan tersebut mendorong untuk dilakukannya
perubahan dalam pembelajaran berbicara bahasa Jerman. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan metode, media maupun teknik yang variatif dan sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Jika permasalahan yang telah disebut di atas dibiarkan, maka keterampilan berbicara bahasa Jerman peserta didik kelas XI
SMA Negeri 1 Kalibawang Kulon Progo rendah. Bahkan yang lebih buruk, jika pembelajaran tidak menggunakan media, metode, maupun teknik yang tepat dan
variatif, maka motivasi peserta didik untuk mempelajari bahasa Jerman akan menurun, sehingga prestasi belajar peserta didik juga akan menurun.
Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jerman peserta didik. Salah satu
teknik pembelajaran yang digunakan yaitu teknik
three step interview
. Melalui teknik ini, diharapkan dapat menjadikan suasana kelas menjadi lebih aktif,
partisipatif, dan menyenangkan, karena seluruh peserta didik memiliki kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh teman atau
pasanganya. Hadi 2012: 158 mengemukakan bahwa teknik
three step interview
6
merupakan teknik dimana peserta didik saling berbagi informasi pribadi tentang masalah atau materi pembelajaran tertentu. Mereka saling berpartisipasi dan
saling menyimak. 1 Setiap kelompok membentuk pasangan anggota-anggotanya. 2
Masing-masing pasangan saling berdiskusi atau berwawancara tentang suatu masalah materi pembelajaran. 3 Lalu mereka bertemu kelompok kembali
dalam kelompok untuk saling membagi informasi yang mereka peroleh dari hasil wawancara bersama pasangannya masing-masing.
Salah satu keunggulan teknik
three step interview
yang dikemukakan oleh Warsono 2013: 223 adalah aktifitas ini dapat mendorong siswa untuk berpikir
secara cepat dan siap menjawab pertanyaan yang diajukan temannya. Kegiatan wawancara akan membiasakan peserta didik berpikir sigap terhadap pertanyaan
yang diajukan. Peserta didik yang diwawancara akan berusaha menjawab pertanyaan secara lisan, sehingga keterampilan berbicara peserta didik akan
berkembang. Keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh jika masalah tersebut dapat dipecahkan melalui penelitian ini diantaranya dapat meningkatkan kualitas
peserta didik dalam keterampilan berbicara bahasa Jerman, proses pembelajaran menjadi lebih aktif, kondusif, dan partisipasif. Sehingga prestasi belajar peserta
didik juga meningkat. Dari penjelasan di atas, diduga bahwa keterampilan berbicara bahasa Jerman
peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Kalibawang Kulon Progo akan meningkat melalui teknik
three step interview
. Dari uraian masalah yang telah dijelaskan peneliti terdorong untuk mengupayakan peningkatan keterampilan berbicara
peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Kalibawang Kulon Progo. Peneliti nantinya akan berkolaborasi dengan guru bahasa Jerman di SMA tersebut untuk mengatasi
7
masalah-masalah dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jerman di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kalibawang Kulon Progo melalui teknik
three step interview
.