Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

132 keaktifan dan prestasi belajar peserta didik dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jerman. Setelah tindakan diberikan pada siklus I peserta didik mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan teknik three step interview menjadi lebih menarik, menyenangkan, dan dapat dipahami. Selain itu, sebagian besar peserta didik lebih tertarik dan termotivasi mengikuti pembelajaran bahasa Jerman dengan teknik ini . Peserta didik juga beranggapan bahwa teknik three step interview dapat membantu mengatasi kesulitan dalam keterampilan berbicara bahasa Jerman. Namun pada siklus I, prestasi belajar peserta didik dalam keterampilan berbicara masih belum optimal. Keaktifan peserta didik juga masih belum semuanya terlihat. Peserta didik dibantu dengan contoh, sehingga peserta didik cenderung meniru contoh dan kuarang kreatf dalam berbicara. Oleh sebab itu peserta didik memiliki pembendaharaan kata yang minim. Berikut ini ungkapan dari salah satu peserta didik melalui angket yang disebarkan setelah siklus I berakhir. “ Membantu, karena teknik three step interview dapat mempermudah berbicara bahasa Jerman ” Pada siklus II pendidik dan peneliti bersepakat mereduksi pemberian contoh pada saat pemberian tindakan. Sementra pada evaluasi pendidik dan peneliti memberikan Punkte „poin-poin‟ agar peserta didik dapat berdialog tidak keluar dari tema yang diberikan. Peserta didik juga harus mengembangkan dialog. Berikut ini pendapat peserta didik setelah dilaksanakannya siklus II. “ Ya, cukup meningkatkan prestasi belajar saya. Saya jadi lebih lumayan lancar ” Pada nilai tes keterampilan berbicara peserta didik dapat diukur dari nilai yang sudah dimiliki oleh pendidik sebelum diberikan tindakan teknik three step 133 interview. Sebelum diberikan tindakan, nilai rata-rata peserta didik adalah 56,44. Setelah siklus I selesai dilaksanakan, rata-rata nilai tes keterampilan berbicara peserta didik menjadi 57,08. Dengan demikian persentase kenaikan yang diperoleh hanya sebesar 1,14. Kemudian rata-rata nilai tes ketrampilan berbicara mengalami kenaikan sebesar 80,42 setelah siklus II dilaksanakan. Berdasarkan peningkatan tersebut dapat diketahui bahwa dari siklus I hingga siklus II terdapat peningkatan sebesar 40,88. Peningkatan dari pra tindakan hingga siklus II adalah 42,49 Berikut ini adalah perbandingan nilai keterampilan berbicara peserta didik pra tindakan, setelah pada siklus I, dan siklus II. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 160-161. Tabel 17. Perbandingan Nilai Keterampilan Berbicara Peserta Didik No. Resp Pra tindakan Siklus I Siklus II 1 55 36,67 80,00 2 55 63,33 76,67 3 60 63,33 83,33 4 60 73,33 93,33 5 50 46,67 73,33 6 68 76,67 90,00 7 55 63,33 83,33 8 60 50,00 80,00 9 60 53,33 80,00 10 55 56,67 76,67 11 50 56,67 76,67 12 55 50,00 70,00 13 60 60,00 80,00 14 55 63,33 80,00 15 50 36,67 76,67 16 55 63,33 86,67 Rerata 56,44 57,08 80,42 134 Keterangan : Nilai Siklus I dan siklus II adalah nilai ata-rata dari penilai I dan penilai II Sebelum diberi tindakan, rata-rata nilai keterampilan berbicara sebesar 56,44, sedangkan ketika siklus pertama berakhir, rata-rata nilai keterampilan berbicara meningkat 1,14 dengan rata-rata nilai 57,08. Pada akhir siklus kedua rata-rata nilai keterampilan berbicara meningkat sebanyak 40,88 dengan rata-rata nilai 80,42. Berikut ini merupakan grafik perbandingan antara nilai keterampilan berbicara pada siklus I dengan siklus II. Grafik 1. Perbandingan Nilai Keterampilan Berbicara Peserta Didik Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa adanya peningkatan pada siklus II. Pada siklus I penilai I memberikan nilai yang lebih rendah jika dibandingkan dengan penilai II. Pendidik sebagai penilai I pada siklus II memberikan nilai yang lebih tinggi daripada penilai II. Kedua penilai menilai secara obyektif. Penilaian evaluasi tes berbicara dilakukan oleh penilai I secara langsung, sedangkan penilai II menilai dari hasil 135 rekaman yang peneliti rekam. Penilaian keaktifan dilakukan oleh pendidik selama proses pembelajaran berlangsung. Berikut adalah grafik perbandingan nilai keaktifan peserta didik pada pembelajaran bahasa Jerman. Grafik 2. Perbandingan rata-rata Nilai Keaktifan Peserta Didik Keterangan: 0: pra tindakan : 21,88 1: pertemuan 1 siklus I : 32, 29 2: pertemuan 2 siklus I : 39,58 3: pertemuan 3 siklus I : 58,33 4: pertemuan 1 siklus II : 62,50 5: pertemuan 2 siklus II : 78,13 6: pertemuan 3 siklus II : 82,29 Berdasarkan grafik nilai keaktifan peserta didik dalam hal keterampilan berbicara di atas, dapat diketahui bahwa persentase indikator keaktifan mengalami peningkatan pada setiap siklus, mulai dari pra tindakan 21,88 sampai pertemuan 3 siklus II sebesar 82,29. Pada pertemuan pertama pada siklus II hanya mengalami sedikit peningkatan, peserta didik jarang berdiskusi dalam kelompok. Ke akti fa n SIKLUS 136 Berdasarkan hasil pengamatan, beberapa peserta didik memiliki kendala, antara lain 1 peserta memiliki kegiatan diluar jam pembelajaran, sehingga mempengaruhi keaktifan dan penguasaan materi pembelajaran, seperti kemah, lomba, dan lain-lain, dan 2 pembelajaran dilakukan pada siang hari, sehingga memungkinkan suasana pembelajaran tidak sama kondusifnya dengan pembelajaran pada jam pertama. Peneliti juga menyimpulkan dari angket yang diberikan pada peserta didik, bahwa peserta didik memberi tanggapan yang positif terhadap pembelajaran bahasa Jerman dengan teknik three step interview. Berikut salah satu anggapan peserta didik terhadap teknik three step interview. “ Menyenangkan, dan dapat lebih membantu mempermudah pembelajaran bahasa Jerman ” Selain itu peserta didik juga mengungkapkan manfaat lain yang dirasakan melalui teknik tersebut. “Menarik karena disini kami juga dilatih berdialog dengan teman“ Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, peserta didik mengungkapkan bahwa mereka penerapan teknik three Step Interveiw dapat mengatasi kesulitan yang dialami oleh peserta didik dalam keterampilan berbicara. Pada penerapan teknik three step interview pendidik tidak menggunakan media. Media pembelajaran hanya digunakan saat pembelajaran atau saat pendidik membutuhkan sebagai sarana pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, peserta didik dapat dilatih untuk aktif berbicara ketika berwawancara. Peserta didik melakukan persiapan dengan baik ketika akan berwawancara, mengingat proses berwawancara akan 137 didokumentasikan oleh peneliti. Meskipun peserta didik tidak terlihat saling berebut, peserta didik aktif pada pembelajaran. Selain dilatih berbicara dengan berwawancara, peserta didik juga dapat bertukar pikiran dengan lawan bicara. Saat menceritakan hasil wawancara peserta didik dapat menyimak apa yang diceritakan oleh temannya. Melalui kegiatan menyimak, peserta didik juga dapat mendengar dan mengetahui kosakata yang digunakan oleh temannya. Sehingga peserta didik yang menyimak secara tidak langsung dapat belajar berbicara dari kegiatan menyimak, sehingga dapat dikatakan bahwa peserta didik juga terlatih untuk saling mendengarkan pendapat yang diutarakan oleh orang lain. Pendidik dan peneliti mengalami kesulitan ketika menerapkan teknik three step interview. Kesulitan yang dialami pendidik yaitu keterbatasan waktu yang dimiliki untuk menerapkan teknik three step interview. Beberapa peserta didik yang saling bergantian untuk wawancara tidak semuanya dapat didokumentasikan. Hal tersebut membuat peserta didik kecewa karena wawancaranya tidak terdokumetasikan. Peneliti memiliki keterbatasan tenaga dan waktu. Pendidik dapat mempertimbangkan waktu dengan memberikan materi pembelajaran yang singkat dan padat, sehingga pelaksanaan teknik three step interview dapat diterapkan lebih intensif. Pendidik dan peneliti melihat adanya peningkatan pada segi keaktifan dan prestasi belajar. Keberhasilan tersebut dilihat dari hasil yang telah mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan. Dengan demikian, peneliti dan pendidik sebagai kolabolator memutuskan untuk mengakhiri penelitian dan tidak melanjutkan ke siklus III. 138

C. Tolok Ukur Keberhasilan

Tolok ukur keberhasilan ditentukan melalui keberhasilan proses dan keberhasilan produk. Pada keberhasilan proses ditandai dengan meningkatkanya keaktifan peserta didik dalam pembelajaran bahasa Jerman. Tolok ukur keberhasilan proses ditentukan dari keaktifan peserta didik dalam mengajukan pertanyaan, bekerjasama dengan kelompokdiskusi, serta menyampaikan informasi dan pendapat. Keberhasilan produk ditandai dengan peningkatan prestasi belajar peserta didik pada keterampilan berbicara bahasa Jerman. Kedua tolok ukur keberhasilan tersebut berhasil dengan ditandai meningkatnya nilai tes keterampilan berbicara dan nilai keaktifan dari siklus I hingga siklus II.

D. Tanggung Jawab Pendidik

Penelitian tindakan kelas yang berjudul “Upaya Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kalibawang Kulon Progo Melalui Teknik three step interview “ dilaksanakan dalam 2 siklus. Adapun kekurangan-kekurangan dan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini, maka sudah sepantasnya menjadi tanggung jawab pendidik bersangkutan. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, pendidik dapat mempertimbangkan untuk melanjutkan dan memperbaiki teknik three step interview agar lebih variatif, yang selanjutnya dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Jerman di SMA Negeri 1 Kalibawang Kulon Progo. Tindakan berupa teknik three step interview yang diberikan telah berdampak baik pada pembelajaran bahasa Jerman. Kendala dan kekurangan dalam pemberian tindakan ini juga mempengaruhi hasil 139 dari penelitian ini. Upaya untuk meminimalisasikan kekurangan tersebut penerapan teknik three step interview harus dikembangkan. Sebagai salah satu teknik pembelajaran aktif, pendidik dapat menggunakan atau memberikan variasi lain dalam pembelajaran bahasa Jerman di SMA Negeri 1 Kalibawang Kulon Progo.

E. Keterbatasan Penelitian

Berikut ini keterbatasan yang peneliti hadapi dalam upaya peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jerman peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kalibawang Kulon Progo melalui teknik three step interview. 1. Peneliti adalah peneliti pemula, sehingga penelitian tindakan kelas ini masih belum sempurna. 2. Keterbatasan waktu, tenaga peneliti dalam melaksanakan penelitian, observasi, sehingga mempengaruhi kesempurnaan hasil penelitian. 3. Peneliti melaksanakan penelitian sendiri, yang menyebabkan peneliti sering kerepotan dalam mengumpulkan data, mencatat situasi dan kondisi dalam catatan lapangan, serta pengamatan yang dilakukan selama penelitian. 4. Adanya variasi pada pembelajaran dengan teknik three step interview, guna menyesuaikan kebutuhan peserta didik. 5. Kreatifitas peserta didik dibatasi karena pertanyaan yang telah disediakan oleh pendidik.