Kriteria Penilaian Keterampilan Berbicara
27 berdasarkan penguasaan pengucapan dan intonasi peserta didik terhadap bahasa
yang digunakan. Skor tertinggi 3.
Tabel 1. Penilaian Tes Keterampilan Berbicara sesuai ZIDS Aspek
Nilai Kriteria
Ausdruckfähigkeit
4
3 2
1 Kemampuan
peserta didik
dalam mengungkapkan dengan gaya bahasa sangat
bagus. Kemampuan
peserta didik
dalam mengungkapkan dengan gaya bahasa bagus.
Kemampuan peserta
didik dalam
mengungkapkan dengan gaya bahasa cukup bagus.
Kemampuan peserta
didik dalam
mengungkapkan dengan gaya bahasa buruk. Kemampuan
peserta didik
dalam mengungkapkan dengan gaya bahasa sangat
buruk.
Aufgabenbewältigung
4 3
2
1 Keaktifan dan pemahaman peserta didik sangat
bagus. Keaktifan dan pemahaman peserta didik bagus.
Keaktifan dan pemahaman peserta didik cukup bagus.
Keaktifan dan pemahaman peserta didik buruk. Keaktifan dan pemahaman peserta didik sangat
buruk.
Formale Richtigkeit
4 3
2 1
Tidak ada atau jarang melakukan kesalahan struktur gramatik Bahasa Jerman.
Sedikit melakukan kesalahan struktur gramatik Bahasa Jerman.
Beberapa kali melakukan kesalahan struktur gramatik Bahasa Jerman.
Banyak
melakukan kesalahan
struktur gramatik Bahasa Jerman.
Sangat banyak melakukan kesalahan struktur gramatik Bahasa Jerman.
Aussprache und
Intonation
3 2
1 Kesalahan dalam pelafalan dan intonasi tidak
mengganggu pemahaman. Kesalahan dalam pelafalan dan intonasi sedikit
mengganggu pemahaman. Kesalahan dalam pelafalan dan intonasi cukup
mengganggu pemahaman. Kesalahan dalam pelafalan dan intonasi sangat
mengganggu pemahaman.
28 Nurgiyantoro 2001: 5-276 mendefinisikan penilaian sebagai suatu proses
untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas
mendengarkan. Berdasarkan bahasa yang didengarnya manusia dapat belajar mengucapkan dan akhirnya mampu untuk berbicara. Untuk dapat berbicara dalam
suatu bahasa secara baik, pembicara harus menguasai lafal, struktur dan kosakata yang bersangkutan. Selain itu, diperlukan juga penguasaan masalah dan atau
gagasan yang akan disampaikan, serta kemampuan memahami bahasa lawan bicara.
Nurgiyantoro 2001: 278-291 memaparkan bentuk-bentuk tes kemampuan berbicara, yakni pembicaraan berdasarkan gambar, wawancara, bercerita, diskusi,
dan pidato. Berikut model penilaian berbicara tugas bercerita.
Tabel 2. Kriteria Penilaian Berbicara Tugas Bercerita
No.
Aspek yang dinilai Tingkatan Skala
1.
Keakuratan Informasi sangat buruk sampai akurat sepenuhnya
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2.
Hubungan antar Informasi sangat
sedikit sampai
berhubungan sepenuhnya
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3.
Ketepatan Struktur dan Kosa Kata tidak tepat sampai tepat sekali
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4.
Kelancaran terbata-bata sampai lancar sekali
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5.
Kewajaran Urutan Wacana tak normal-normal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
6.
Gaya Pengucapan kaku sampai wajar
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah skor: ……..
Pada tingkatan skala, nilai 1 disebut sebagai paling kecil, sedangkan nilai 10 merupakan nilai sempurna untuk setiap aspek-aspek yang dinilai.
29 Djiwandono 2008: 83-120 mengidentifikasikan unsur-unsur yang
merupakan bagian dari kemampuan berbicara yang meliputi 1 isi, 2 susunan, 3 bahasa, dan 4 lafal. Dalam skala tersebut tingkat kemampuan dibedakan
kedalam tingkat-tingkat yang dapat dimulai dari tingkat paling tinggi, misalnya 4 yang menandakan dikuasainya kemampuan berbicara tingkat paling tinggi.
Kemudian tingkat-tingkat yang lebih rendah meliputi tingkat 3,2, dan 1, masing- masing dengan rincian kemampuan yang berenjang secara lebih rendah. Berikut
rincian skala tingkat kemampuan berbicara berdasarkan unsur-unsur kemampuan berbicara.
Tabel 3. Skala Tingkat Kemampuan Berbicara
Unsur Ting Kem.
Kem.
Isi Susunan
Bahasa Lafal
4 Isi
amat sesuai topik
Kaya rincian isi
Amat sistematis
Lafal bahasa amat
baik Kosakata
amat tepat Lafal amat
baik dan
amat jelas 3
Isi sesuai
topik Rincian isi cukup
Sistematis Tata bahasa
baik Kosakata
tepat Lafal
baik dan jelas
2 Isi
kurang sesuai
Rincian kurang
Kurang sistematis
Tata bahasa kurang baik
Kosakata kurang tepat
Lafal kurang baik
dan kurang jelas
1 Isi
tidak sesuai Tidak
ada rincian Tidak
sistematis Tata bahasa
tidak baik
Kosakata tidak tepat
Lafal tidak baik
dan tidak jelas
Djiwandono juga mengungkapkan bahwa sasaran tes berbicara meliputi: 1 relevansi dan kejelasan isi pesan, masalah atau topik, 2 kejelasan dan kerapian
pengorganisasian isi, 3 penggunaan bahasa yang baik dan benar serta sesuai
30 dengan isi, tujuan wacana, keadaan nyata termasuk pendengar. Berikut ikhtisar
rincian kemampuan berbicara.
Tabel 4. Ikhtisar Rincian Kemampuan Berbicara No.
Unsur Kemampuan Berbicara
Rincian Kemampuan
1. Isi yang Relevan
Isi wacana lisan sesuai dan relevan dengan topik yang dimaksudkan untuk dibahas.
2. Organisasi
yang Sistematis
Isi wacana disusun secara sistematis menurut suatu pola tertentu.
3. Penggunaan
Bahasa yang Baik dan Benar
Wacana diungkapkan dalam bahasa dengan susunan kalimat yang gramatikal, pilihan
kata yang tepat, serta intonasi yang sesuai dengan pelafalan yang jelas.
Penilaian diartikan sebagai suatu proses membandingkan hasil pengukuran
dengan patokan kriteria norma tertentu Wahyuni dan Ibrahim, 2012: 146-147. Penilaian bertujuan untuk mengetahui perkembangan hasil belajar peserta didik,
dan melihat sejauh mana peserta didik dapat memahami dan menerapkan materi dalam kehidupan sehari-hari. Ujian secara lisan juga dinilai lebih praktis
dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan uraian teknik penilaian tes berbicara yang telah dipaparkan,
peneliti memilih kriteria penilaian ZIDS dari Dinsel Reimann, karena sistem penilaian tersebut lebih rinci, lebih mudah diterapkan dibandingkan dengan sistem
penilaian yang lain. Selain itu penilaian tersebut mencakup empat kriteria yang diharapkan untuk meningkatakan prestasi belajar keterampilan berbicara bahasa
Jerman peserta didik, antara lain
Ausdruckfähigkeit, Aufgabenbewältigung,
Formale Richtigkeit,
dan
Aussprache und Intonation,
sehingga hasil penilaian sesuai dengan standar penilaian bahasa Jerman. Dengan demikian, penilaian ZIDS
dianggap cocok untuk menjadi avuan penilaian keterampilan berbicara peserta
31 didik pada penelitian upaya peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jerman
peserta didik kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Kalibawang Kulon Progo melalui teknik
three step interview.
B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dilakukan oleh Wahyu Indrayati dengan judul
“Peningkatan Kemampuan Berbicara Bahasa Prancis Peserta didik Kelas XII SMA Negeri 2 Klaten Dengan Teknik
three step interview
”. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dan bertujuan untuk meningkatkan keaktifan
dan kemampuan berbicara Bahasa Prancis peserta didik Kelas XII SMA Negeri 2 Klaten dengan Teknik
Three step interview.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2009 sampai bulan Juni 2009, tahun ajaran 2008-2009. Subjek
penelitiannya adalah peserta didik kelas XII IPA 3 SMA Negeri 2 Klaten yang berjumlah 38 peserta didik. Jenis instrumen penelitian yang digunakan berupa 3
macam, yakni tes kemampuan berbicara l’entretien dirigé, l’échange
d’í
nformations dan le dialogue simulé
, lembar pegamatan, dan catatan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan pada siklus I,
pre-test
l’entretien dirigé menunjukkan bahwa hanya 7 peserta didik 18,4 yang mencapai nilai
Ketuntasan Komulatif Minimal KKM dan pada hasil post-test meningkat menjadi 38 peserta didik 100. Sementara pada
pre-test
l’échange d’ínformations
terdapat 7 peserta didik 18,4 yang mencapai nilai KKM dan meningkat menjadi 35 peserta didik 92. Pada siklus II,
pre-test le dialogue
simulé,
hanya ada 4 peserta didik 10,5 yang mencapai nilai KKN dan
32 meningkat menjadi 38 peserta didik 100 pada hasil
post-test.
Selain itu peserta didik menunjukkan sikap dan motivasi yang positif, dan interaksi yang baik antara
peserta didik dengan peserta didik dan juga peneliti dengan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
Penelitian tersebut sangat relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, karena pada penelitian tersebut teknik yang digunakan adalah teknik
three step interview
dan ditempuh melalui penelitian tindakan kelas. Selain itu, upaya peningkatan yang ditekankan adalah keterampilan berbicara. Perbedaannya
adalah penelitian tersebut digunakan pada bahasa Perancis, serta pada subjek penelitiannya, penelitian tindakan ini ditujukan pada kelas XII IPA 3 SMA Negeri
2 Klaten.