Deskripsi Data Observasi Deskripsi Data Penelitian
59
dengan doa dengan mempersilahkan ketua kelas mempimpin doa. Kemudian pendidik memberikan apersepsi sebelum masuk pada materi pembelajaran bahasa
Jerman, dengan memberikan runtutan pertanyaan logis, misalnya seperti “Minggu
lalu kita sudah belajar membaca isi surat, selain lewat surat, kita dapat mengirim informasi lewat
apa?“. Runtutan pertanyaan tersebut digunakan agar peserta didik mendapakan gambaran tentang materi pembelajaran selanjutnya.
Pendidik menyinggung materi pembelajaran sebelumnya agar peserta didik tidak lupa dengan memberikan pertanyaan mengenai materi sebelumnya. Pada
pembelajaran bahasa Jerman pendidik dapat menciptakan suasana pembelajaran yang komunikatif. Hal tersebut ditunjukan dengan pendidik kerap memberikan
pertanyaan-pertanyaan agar peserta didik terlibat dalam proses pembelajaran. Selain komunikatif, pendidik juga mencitakan suasana yang santai dengan
memberikan humor di sela-sela pembelajaran. Pendidik menerangan materi dengan jelas, meskipun pendidik kadang-kadang menambahkan informasi di luar
dari buku. Materi pembelajaran disampaikan secara runtut, tidak terbata-bata, dan logis. Pendidik memberikan kesempatan peserta didik dengan memberi
pertanyaan “Habt ihr Fragen?“ atau “Fragen bitte“. Jika peserta didik kesulitan
dalam mengungkapkan pendapatnya, pendidik memberikan bantuan berupa contoh. Pendidik menyediakan waktu mencatat untuk peserta didik. Pada
pembelajaran pendidik sering memberi latihan namun jarang memberikan tugas pekerjaan rumah. Pendidik meminta peseta didik untuk mengemukakan hasil
pekerjaannya, namun jarang membahas dalam kelompok. Pendidik jarang memberikan motivasi kepada peserta didik. Jika peserta didik dapat menjawab
60
pertanyaan dengan benar, pendidik memberikan pujian seperti “gut
” dan “
prima
”
,
sedangkan pendidik memberikan teguran ketika peserta didik tidak memperhatikan pembelajaran.
Pendidik menggunakan media
whiteboard
untuk menulis kosakata sulit, dan buku ajar. Minimnya penggunaan media pembelajaran membuat proses
pembelajaran tidak berlangsung kondusif. Selain itu penggunaan metode ceramah, dan latihan yang digunakan oleh pendidik juga menjadikan pembelajaran tidak
aktif dan partisipatif. Akibat keterbatasan buku ajar yang dimliki sekolah, biasanya pendidik berinisiatif memfotokopi materi pembelajaran. Kemudian
pendidik selalu memberi batasan waktu untuk menyimak, mencatat, dan mengerjakan latihan. Pendidik menejelaskan materi dengan suara keras, sehingga
memudahkan peserta didik untuk menyimak pendidik saat menerangkan materi pembelajaran. Pendidik kerap meninggalkan ruang kelas untuk kepentingan lain
dan kadang- kadang menutup pembelajaran lebih awal. Laboratorium bahasa tidak berfungsi sebaagimana mestinya, namun pendidik kadang menggunakan
laboratorium bahasa untuk memperlihatkan video pembelajaran dari komputer yang disediakan oleh pendidik. Pembelajaan diakhiri dengan pemberian evaluasi
berupa pertanyaan mengenai materi maupun menanyakan pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran. Pendidik memberikan penilaian dari hasil
pekerjaan atau latihan yang telah dikerjakan oleh peserta didik. Kesimpulan dalam pembelajaran jarang dilaksanakan oleh pendidik, namun hanya memberi
kesempatan peserta didik untuk bertanya jika terdapat hal yang masih belum jelas.
61
Pendidik menutup pelajaran dengan mengucapkan salam penutup “
Auf Wiedersehen
”. 2
Observasi Peserta Didik Jumlah peserta didik kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Kalibawang Kulon Progo
adalah 16 anak. Berdasarkan hasil pengamatan, sebagian besar peserta didik berada di dalam kelas saat pendidik memasuki kelas, namun beberapa peserta
didik laki-laki terlambat masuk ke dalam kelas. Beberapa peserta didik yang duduk di depan terlihat memerhatikan pendidik, namun peserta didik yang lain
melakukan aktifitas lain, seperti mengobrol, dan bermain
handphone
. Hal tersebut menandakan peserta didik tidak menunjukkan antusiasnya dalam pembelajaran
bahasa Jerman. Sebagian besar tidak merespon dengan baik ketika pendidik meminta untuk memperhatikan, peserta didik mengatakan mengantuk dan capek
karena jam pembelajaran dilakukan pada siang hari. Ketika pendidik meminta peserta didik melakukan sesuatu, peserta didik terlihat tidak semangat.
Pembelajaran juga terlihat kurang aktif, karena masih banyak peserta didik yang tidak bertanya, maupun memberi pendapatnya. Saat peserta didik mengalami
kesulitan, peserta didik cenderung menanyakan pada teman sebangkunya. Saat pendidik memberikan pertanyaan, peserta didik kadang langsung menjawab
dengan spontan dalam bahasa Indonesia, dan tidak menunjukkan keaktifannya seperti mengangkat tangan. Banyak peserta didik yang diam saat diajukan
pertanyaan oleh pendidik. Secara keseluruhan peserta didik bersikap pasif dan hanya menyimak penjelasan pendidik dan mencatat kosakata yang ditulis di papan
tulis, namun ada peserta didik tertentu yang cukup aktif bertanya. Saat evaluasi
62
pembelajaran peserta didik dapat menjawab pertanyaan meskipun menjawab sebatas
“Suda
h pa
ham“
.
Ketika pendidik meminta peserta ddik untuk menyimpulkan pembelajaran, peserta didik dapat menyimpulkannya. Peserta didik
menutup pembelajaran dengan doa dan mengucapkan “Auf Wiedersehen“. Pada
proses pembelajaran keterampilan berbicara hanya sebagian kecil saja yang berani, meskipun melakukan sedikit kesalahan. Saat pendidik meminta untuk
memberikan contoh kalimat dalam bahasa Jerman peserta didik banyak yang hanya diam dan melihat buku. Kemudian masih banyak peserta didik yang kurang
tepat menggunakan ujaran-ujaran dalam bahasa Jerman dan tidak menggunakan kata kerja, misalnya
Linda jetzt kein Handy
dan pada kalimat yang lain. Beberapa peserta didik membacakan poin-poin pada halaman 50 dengan intonasi yang
kurang tepat, mereka membaca
Fragesatz
seperti
Aussagesatz,
begitu pula kadang sebaliknya. Peserta didik juga belum bisa menggunakan ekspresi saat berbicara
bahasa Jerman. Hal tersebut dikarenakan keterlibatan peserta didik dalam keterampilan berbicara sangat kurang, hanya peserta didik yang duduk di depan
yang cukup aktif berbicara bahasa Jerman dibandingkan dengan peserta didik yang lain. Meskipun ada yang aktif berbicara, namun suara yang dikeluarkan tidak
cukup keras dan terdengar ragu. Keaktifan peserta didik melalui indikator berikut ini 1 peserta didik mengajukan pertanyaan, 2 bekerjasama dalam
kelompokdiskusi, dan 3 menyampaikan informasipendapatjawaban. Rumus untuk menghitung presentase keaktifan individu yaitu: Jumlah skor keaktifan
individu : Jumlah skor maksimal x 100.
63
Berikut ini tabel pra tindatakan keaktifan peserta didik kelas XI IPX 2. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 162
Tabel 8. Keaktifan Peserta Didik Kelas XI IPA 2 Pra tindakan
No. Resp
Indikator Jumlah
Skor Keaktifan
Individu A
B C
1 1
1 16,67
2 1
1 16,67
3 1
1 16,67
4 1
1 1
3 50,00
5 1
1 16,67
6 1
1 1
3 50,00
7 1
1 16,67
8 1
1 16,67
9 1
1 16,67
10 1
1 2
33,33 11
1 1
2 33,33
12 0,00
13 1
1 16,67
14 1
1 16,67
15 0,00
16 1
1 2
33,33
Rata-rata 21,88
Indikator keaktifan individu ditentukan oleh 3 indikator yaitu : Indikator A : peserta didik mengajukan pertanyaan
Indikator B : bekerjasama dalam kelompokdiskusi Indikator C : menyampaikan informasipendapatjawaban
Skor : 2 sering, 1 jarang, 0 tidak pernah
Berdasarkan tabel tersebut, teridentifikasi bahwa pada indikator keaktifan dalam mengajukan pertanyaan, sebanyak 4 atau 25 peserta didik yang jarang
mengajukan pertanyaan, 12 atau 75 peserta didik yang tidak pernah mengajukan pertanyaan. Indikator keaktifan dalam bekerjasama dalam kelompokdiskusi,
64
terdapat 12 atau 75 peserta didik yang jarang bekerjasama dalam kelompokdiskusi. Kemudian terdapat 4 atau 25peserta didik yang tidak pernah
bekerjasama dalam kelompokdiskusi. Pada indikator keaktifan dalam menyampaikan informasipendapatjawaban, sebanyak 5 atau 31,25 peserta
didik jarang menyampaikan informasipendapatjawaban, dan 11 atau 68,75 peserta didik yang tidak pernah menyampaikan informasipendapatjawaban.
Berdasarkan keaktifan individu setiap peserta didik, tidak ada peserta didik yang aktif dalam mengajukan pertanyaan, bekerjasama dalam kelompok diskusi dan
menyampaikan informasipendapat atau jawaban. Rata-rata presentase keaktifan individu peserta didik hanya sebesar 21,88. Peserta didik terlihat kurang
antusias terhadap pembelajaran bahasa Jerman. Selain itu pendidik hanya meminta peserta didik untuk mencatat, sehingga kemampuan dan kreatifitas
peserta didik pada keterampilan berbahasa kurang terlatih. Setelah melakukan observasi, peneliti meminta daftar nilai keterampilan
berbicara peserta didik kelas XI IPA 2 kepada pendidik sebagai nilai pembanding. Dari data tersebut, dapat diidentifikasikan bahwa peserta didik memiliki
keterampilan berbicara bahasa Jerman yang rendah. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 155. Rata-rata nilai keterampilan berbicara yang
dimiliki peserta didik adalah 56,43 dengan Kriteria Ketuntasan Minimal KKM sebesar 78. Seluruh peserta didik memang memiliki nilai di bawah KKM, namun
demikian pendidik biasanya mengakumulasikan dengan nilai-nilai latihan dan nilai keterampilan berbicara agar mendapatkan nilai utuh. Data nilai keterampilan
berbicara tersebut diambil murni oleh pendidik sebelum dirata-ratakan dengan
65
nilai yang lain. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai keterampilan berbicara peserta didik kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Kallibawang kurang dari
KKM. Oleh sebab itu, diperlukan perhatian khusus kepada peserta didik agar memiliki nilai di atas KKM.
3 Observasi Kelas
SMA Negeri 1 Kalibawang Kulon Progo, beralamat di Dekap Samigaluh KM 1 Kulon Progo, Yogyakarta 55672. Sekolah ini memilki jumlah peserta didik yang
sedikit. Kelas X hanya terdiri dari 3 kelas, yaitu kelas A, B, dan C. Kelas XI terdiri dari 4 kelas, 2 kelas IPA dan 2 kelas IPS. Kelas XII hanya terdiri dari 3,
yaitu kelas IPA, dan 2 kelas IPS. Letak kelas XI IPA 2 berada di belakang, namun pencahayaan di dalam ruang kelas sudah cukup mendukung kegiatan
pembelajaran. Pengaturan tempat duduk diatur seperti pada umumya, dimana peserta didik duduk berurutan, dan meja pendidik berada di depan pojok ruangan.
Saat pembelajaran bahasa Jerman hendak dimulai, kelas belum dalam kondisi siap, karena masih banyak peseta didik terutama laki-laki yang masih berada di
luar kelas. Jumlah meja dan kursi yang lebih di dalam kelas membuat kelas tampak tidak rapi, karena banyak barang-barang hasil kesenian misalnya,
diletakkan di atas meja-meja di bagian belakang. Kelas dilengkapi
whiteboard
dan
blackboard
, papan absensi, kata-kata mutiara, beserta alat kebersihan lainnya seperti sapu, dan tong sampah. Sekolah memiliki laboratorium bahasa, namun
fungsinya sudah tidak dapat digunakan lagi. Pendidik hanya menggunakan laboratorium bahasa jika pembelajaran sudah memasuki akhir jam pembelajaran,
dengan memanfaatkan komputer sederhana, dan
whiteboard.
Berdasarkan
66
pengamatan, teknik yang digunakan oleh pendidik cenderung konvensional. Pendidik selalu menerangkan materi pembelajaran, dan meminta peserta didik
mencatat. Teknik tersebut tidak membantu melibatkan keaktifan peserta didik, karena peserta didik cenderung hanya memperhatikan. Pada teknik ceramah yang
digunakan pendidik, peserta didik mungkin dapat memahami materi, namun untuk melatih kemampuan berbahasa yang lain, dalam hal ini keterampilan berbicara,
maka teknik ceramah dinilai kurang tepat, karena minimnya waktu latihan berbicara, sedangkan media yang digunakan oleh peneliti hanya mengacu pada
buku ajar, serta
whiteboard
yang pendidik gunakan sebagai sarana pembelajaran. Buku ajar yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Jerman adalah
Kontakte Deutsch Extra.
Namun pendidik biasanya menambah materi dari buku lain, maupun internet. Pembelajaran tidak dilengkapi dengan buku penunjang
maupun kamus. Sangat sedikit pula peserta didik yang memiliki kamus bahasa Jerman, sehingga pembelajaran belum bisa optimal.