Ketidakstabilan kondisi sosial dan politik dapat berdampak negatif bagi Perseroan
96 Penawaran Umum Perdana Saham – PT Toba Bara Sejahtra Tbk
burung di Indonesia. Belum ada penemuan vaksin yang sepenuhnya efektif untuk menyembuhkan dan mencegah pandemi flu burung.
Pada bulan April 2009, terjadi penularan global virus Influenza A H1N1 termasuk adanya laporan dari Hong Kong, Jepang, Indonesia, Malaysia, Singapura dan di tempat lain di Asia. Ada beberapa korban
meninggal yang disebabkan oleh H1N1 di Indonesia. Virus Influenza A H1N1 diyakini sangat menular dan tidak mudah untuk dideteksi.
Penularan SARS, flu burung, Influenza A H1N1 atau penyakit menular lain atau langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah di negara-negara yang terjangkit, termasuk Indonesia, terhadap kemungkinan
penularan atau penularan yang ada, dapat sangat mengganggu operasi Perseroan atau operasi dari para distributor, pemasok dan konsumen Perseroan, yang dapat berdampak secara negatif dan material
terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil operasi dan prospek usaha Perseroan. Persepsi bahwa penularan suatu penyakit menular dapat terjadi, dapat juga berdampak merugikan kondisi
ekonomi negara-negara di Asia, termasuk Indonesia, dan pada gilirannya berdampak secara negatif dan material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil operasional dan prospek usaha Perseroan.
6. Pergerakan kaum buruh dan ketidakstabilan dari kaum buruh dapat berdampak negatif dan material bagi Perseroan
Undang-undang dan peraturan-peraturan yang memfasilitasi pembentukan serikat pekerja, ditambah dengan kondisi ekonomi yang lemah, telah mengakibatkan dan mungkin akan terus menimbulkan
kegelisahan dan aksi pekerja di Indonesia. Pada tahun 2000, Pemerintah mengeluarkan Undang-undang No. 21 tahun 2000, yaitu mengenai serikat pekerja yang memperbolehkan para karyawan untuk
membentuk serikat tanpa intervensi dari para pengusaha mereka. Pada 25 Februari 2003, Pemerintah mengeluarkan Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan “Undang-undang
Ketenagakerjaan”, yang antara lain, meningkatkan jumlah pesangon wajib, pembayaran-pembayaran uang jasa dan kompensasi yang dibayarkan bagi karyawan yang diberhentikan. Undang-undang
Ketenagakerjaan mewajibkan implementasi peraturan-peraturan yang secara substansial dapat mempengaruhi hubungan ketenagakerjaan di Indonesia. Undang-undang Ketenagakerjaan
mengharuskan adanya forum dua pihak bipartite yang terdiri dari karyawan dan pihak pengusaha, dan partisipasi lebih dari setengah karyawan dalam merundingkan perjanjian kerja bersama. Undang-undang
tersebut juga merumuskan prosedur-prosedur yang lebih permisif untuk diadakannya pemogokan. Berdasarkan Undang-undang Ketenagakerjaan, para karyawan yang secara sukarela mengundurkan diri
antara lain berhak atas pembayaran terhadap cuti tahunan yang tidak diambil serta biaya relokasi. Berdasarkan Undang-undang Ketenagakerjaan, para karyawan juga memiliki hak untuk tidak
melanjutkan masa kerjanya apabila terjadi perubahan status, perubahan kepemilikan, merger dan akuisisi dari perusahaan pemberi kerja. Selain hal tersebut diatas, setelah berlakunya Undang-undang
Ketenagakerjaan, terdapat beberapa serikat pekerja yang mengajukan keberatan atas latar belakang konstitusional dari Undang-undang Ketenagakerjaan tersebut, dihadapan Mahkamah Konstitusi dan
meminta Pemerintah mencabut ketentuan hukum tersebut. Mahkamah Konstitusi dalam putusannya kemudian menyatakan Undang-undang Ketenagakerjaan tetap sah berlaku, kecuali untuk beberapa
ketentuan, terkait dengan i hak dari pengusaha untuk memberhentikan karyawannya yang melakukan kesalahan serius, ii pemenjaraan atau, penerapan denda dalam bentuk uang terhadap, seorang
karyawan yang menghasut atau turut serta dalam sebuah pemogokan kerja yang ilegal atau yang membujuk para karyawan lain untuk turut serta dalam pemogokan pekerja, iii persyaratan untuk
mempunyai perwakilan lebih dari 50 jumlah karyawan agar suatu serikat buruh berhak untuk melakukan negosiasi dengan pihak perusahaan dalam hal suatu perusahaan yang mempunyai lebih dari
satu serikat pekerja iv kebebasan suatu perusahaan membuat kesepakatan outsourcing atau subkontrak berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu yang tidak menerapkan pengalihan tindakan
perlindungan bagi para pekerja outsource dalam hal penggantian perusahaan outsourcing, dan v kemungkinan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja karena perusahaan tutup secara sementara.
Unjuk rasa yang dilakukan buruh dan aktivis di Indonesia dapat mengganggu kegiatan operasional Perseroan, para pemasok atau para kontraktor Perseroan, dan dapat mempengaruhi kondisi keuangan
perusahaan Indonesia pada umumnya, menurunkan harga di Bursa Efek Indonesia dan nilai Rupiah terhadap mata uang lain. Hal-hal ini dapat berdampak negatif secara material terhadap kegiatan usaha,
kondisi keuangan, hasil operasi dan prospek usaha Perseroan.