PROPERTI DAN PERALATAN Coal Sales and Purchase
187 Penawaran Umum Perdana Saham – PT Toba Bara Sejahtra Tbk
Jenis dan penggunaan Batubara Batubara adalah sumber daya alam energi berbasis karbon yang umum dan yang tersebar secara luas,
yang ditambang melalui metode pertambangan terbuka open-cut maupun dibawah tanah. Pada umumnya, terdapat dua jenis Batubara yang diproduksi berdasarkan penggunaan akhirnya, yakni kokas
coking coal dan Batubara Termal thermal coal. Secara umum, Batubara yang diperdagangkan masuk ke dalam kategori bituminous dan sub-bituminous. Pergerakan Pasar untuk Batubara kokas dan
Batubara Termal adalah independen satu sama lain. Namun, dapat terjadi substitusi antara Batubara Termal yang lebih tinggi tingkatannya dengan Batubara kokas yang lebih rendah.
Batubara termal, yang juga disebut Batubara uap steaming coal, terutama digunakan sebagai sumber energi dalam produksi tenaga listrik. Penggunaan lainnya termasuk untuk pemanasan langsung,
pemanasan ruangan dan air, proses pemanasan dan pembuatan semen. Batubara Termal mencakup semua Batubara hitam kecuali yang secara khusus ditetapkan sebagai kokas. Secara umum, semua
Batubara dapat digunakan sebagai Batubara Termal; namun tidak semua Batubara dapat digunakan untuk tujuan kokas.
Kokas, juga biasa disebut sebagai Batubara metalurgi, digunakan untuk membuat metallurgical coke, yang digunakan sebagai reductant dalam pembuatan besi dan baja. Coke merupakan bahan mentah
penting dengan sifat fisika dan kimia yang unik, yang mendukung berbagai kegiatan dasar industri – yang terpenting dalam pembuatan besi kasar atau pig iron menggunakan blast furnace tungku hembus.
Dalam skala yang lebih kecil, coke juga digunakan dalam pengecoran dan pemurnian smelting bahan- bahan metal dasar.
Kualitas Batubara
Pada umumnya, faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan kualitas Batubara Termal meliputi kandungan energi, muatan zat-zat mineral seperti abu, zat-zat terbang volatile matter,
plastisitas, karbon tetap, belerang, nitrogen dan unsur-unsur kelumi trace elements serta kadar air. Elemen-elemen penentu utama yang dapat dikendalikan adalah kandungan mineral dan air, yang
keduanya tidak diinginkan berada dalam jumlah banyak. Ciri-ciri tersebut seringkali memiliki dampak merugikan terhadap proses pembakaran, dan kandungan air yang tinggi dapat meningkatkan biaya
transportasi. Lebih jauh, zat-zat mineral termasuk kualitas-kualitas yang tidak diinginkan seperti abu dan belerang yang bisa mengikis, mengotori atau menimbulkan karat pada tungku dan pipa. Mereka juga
merupakan masalah lingkungan dalam pengambilan dan pembuangan atau, jika tidak diambil secara benar, terhadap kualitas udara. Menyangkut kokas, sifat-sifat kokas yang spesifik juga memainkan peran
yang sangat penting. Jenis-jenis Batubara Termal
Batubara Termal yang umumnya diperdagangkan secara global adalah Batubara bituminous dan sub- bituminous. Batubara lignite atau ‘Batubara cokelat’ juga digunakan sebagai Batubara Termal. Namun,
karena kandungan energinya yang rendah dan kadar air yang tinggi, umumnya Batubara lignite tidak efisien untuk diekspor dibandingkan dengan Batubara Termal berkualitas tinggi. Sebagai akibatnya,
lignite umumnya digunakan pada pembangkit listrik mulut tambang mine mouth power station untuk menekan biaya transportasi. Lebih jauh, anthracite juga sering digunakan sebagai Batubara Termal,
khususnya di Eropa dimana diberlakukan peraturan yang lebih ketat mengenai emisi karbon. Namun demikian, anthracite merupakan komponen yang relatif kecil di industri Batubara.
Batubara bituminous pada umumnya memiliki nilai kalor dan kadar air yang lebih rendah dibanding Batubara sub-bituminous. Menurut International Energy Agency “IEA”, Batubara bituminous coal
meliputi semua Batubara non-agglomerating dengan nilai kalor bruto lebih besar dari 5.700kcalkg dalam bentuk bebas abu namun basah, dan dianggap sebagai Batubara dengan peringkat relatif tinggi.
IEA mengklasifikasi Batubara sub-bituminous sebagai Batubara non-agglomerating dengan nilai kalor bruto antara 4.165kcalkg dan 5.700kcalkg yang mengandung lebih dari 31 zat terbang dalam bentuk
mineral kering dan bebas zat. Batubara sub-bituminous terutama digunakan dalam pembangkitan tenaga
188 Penawaran Umum Perdana Saham – PT Toba Bara Sejahtra Tbk
listrik, produksi semen dan penggunaan di sektor industri, serta untuk dicampur dengan Batubara bituminous dengan tingkat lebih tinggi.
Perlu diperhatikan bahwa pengklasifikasian jenis-jenis Batubara Termal ke dalam kategori tetap untuk digunakan di tingkat internasional adalah sulit karena sistem-sistem klasifikasi berbeda dari satu negara
ke negara lainnya, berdasarkan berbagai kualitas Batubara. Sebagai contoh, walau definisi IEA dari Batubara sub-bituminous banyak diterima di industri, suatu kelompok yang terdiri dari sebelas negara
termasuk Australia, Jepang, Korea dan Amerika Serikat “US”; namun Kanada tidak mengklasifikasi Batubara sub-bituminous sebagai Batubara uap yang mencakup semua Batubara anthracite dan
bituminous yang tidak digolongkan sebagai kokas. Sedangkan, di negara lainnya mengelompokkan Batubara sub-bituminous bersama dengan Batubara lignite sebagai ‘Batubara cokelat’. Oleh karena itu,
tidak selalu dimungkinkan untuk memastikan bahwa ketersediaan informasi deskriptif dan analitis benar- benar mencerminkan jenis Batubara yang diterangkan.
Sifat-sifat Batubara Termal yang penting termasuk:
Nilai Kalori: Kandungan energi, juga disebut sebagai “energi spesifik”, umumnya diukur sebagai panas yang dilepaskan saat pembakaran penuh, yang dinyatakan dalam unit panas umumnya
diukur dalam satuan kilokalori per unit berat Batubara dalam satuan kilogram, atau ‘kcalkg’. Seiring dengan berjalannya waktu, telah diestimasikan terdapat penurunan dalam muatan nilai
kalori rata-rata pada Batubara Termal ekspor. Penurunan tersebut disebabkan oleh meningkatnya volume-volume Batubara sub-bituminous berenergi rendah yang diproduksi, serta
penurunan secara umum pada kualitas Batubara relatif terhadap penemuan sumber daya baru. Merk Batubara Termal bituminous dengan kualitas tinggi yang diekspor dari Indonesia, Australia
dan Afrika Selatan umumnya lebih disukai di pasar-pasar luar negeri. Beberapa pasar tertentu, seperti Jepang, telah enggan untuk menerima Batubara berperingkat rendah. Batubara
berperingkat rendah yang dikonsumsi di Jepang umumnya diolah guna mengurangi ketidakmurnian dan meningkatkan nilai panas. Dengan berjalannya waktu, Batubara berkalori
rendah mulai dapat diterima di beberapa negara seperti China,India, Taiwan dan Korea Selatan dimana perusahaan utilitas menjadi lebih sadar akan biaya.
Abu: Abu merupakan zat sisa residue inorganik yang tidak terbakar yang dihasilkan setelah pembakaran. Harga premium umumnya dibayarkan untuk Batubara dengan kandungan abu
yang rendah. Kandungan abu Batubara Termal yang diperjualbelikan secara internasional, khususnya yang dari Afrika Selatan dan Australia, relatif tinggi. Batubara Indonesia umumnya
memiliki abu rendah, berkisar dari 3 hingga 8. Batubara Newcastle dari Australia yang digunakan untuk pembangkit tenaga listrik mengandung 12 hingga 16 abu, yang sedikit lebih
rendah dibandingkan dengan Batubara dari Afrika Selatan, namun cukup tinggi bila dibandingkan dengan Batubara dari Indonesia. Tingkatan abu lebih rendah dari 14 umumnya lebih disukai
oleh para perusahaan pembangkit tenaga listrik di Jepang. Terdapat suatu tren yang berkembang untuk menerima abu Batubara yang lebih tinggi dalam
produk yang diperjualbelikan secara internasional. Perusahaan pembangkit tenaga listrik di Korea Selatan, Taiwan dan China umumnya memiliki kecenderungan tinggi untuk menerima
Batubara dengan kadar abu tinggi, dikarenakan standar emisi yang tidak sebegitu ketat. Tingkat abu sebesar 18-19 dewasa ini dianggap dapat diterima, namun ada penolakan terhadap
tingkat abu yang lebih tinggi dari 20. Namun demikian, Batubara dengan tingkat abu lebih dari 20 telah diperdagangkan secara internasional.
Air: Air terkandung pada pori-pori Batubara. Air menurunkan nilai panas dan membuatnya lebih sulit untuk terbakar. Dalam tahap pengolahan, air dapat mempengaruhi sifat Batubara dalam
penanganan dan penghancuran. Muatan air yang rendah lebih diminati, namun tidak kritis. Air menyerap panas saat menguap selama pembakaran, yang banyak hilang bersamaan gas
pembuangan. Air harus ditambahkan ke beberapa jenis Batubara untuk mengurangi masalah lingkungan hidup dalam bentuk debu selama disimpan dan pengangkutan, dan dalam beberapa
situasi untuk menghilangkan risiko pembakaran seketika spontaneous combustion.
189 Penawaran Umum Perdana Saham – PT Toba Bara Sejahtra Tbk
Belerang: Tekanan terus diberikan terhadap para produsen Batubara untuk menyediakan Batubara dengan kandungan belerang rendah agar pembangkit tenaga listrik dapat menahan
pengenalan unit penyaring belerang pada gas buang flue gas desulphurisation - FGD. Hanya di lokasi pembangkit tenaga listrik dimana unit FGD telah terpasang, seperti di beberapa tempat di
Eropa Barat, Batubara dengan kadar belerang tinggi digunakan jika harga sesuai dengan pasar. Batubara dengan kadar belerang tinggi memiliki nilai sebagai campuran dengan produk belerang
rendah. Dengan berjalannya waktu, dengan lebih banyaknya unit-unit FGD yang digunakan, kekhawatiran mengenai tingginya kadar belerang bisa menurun.
Pada umumnya, Batubara dengan kadar belerang tinggi dianggap tidak terlalu bersaing dibandingkan dengan Batubara berkadar belerang rendah terkait dengan produksi tenaga listrik.
Batubara dengan tingkat kadar belerang di atas dari 1 umumnya memiliki keunggulan di pasar internasional dan dapat terkena pengurangan harga, diakibatkan oleh kekhawatiran terkait
dengan masalah lingkungan hidup dan kegiatan operasional. Sebuah muatan sebesar 1 umumnya diterima sebagai tingkat maksimum untuk pembangkit tenaga listrik, namun ini dapat
bergantung pada opsi pencampuran blending untuk tiap-tiap pembangkit. Walaupun demikian, Batubara dengan kadar belerang tinggi dapat digunakan oleh produsen semen, karena kadar
belerang tinggi bukan suatu masalah dalam produksi semen.
Metode penambangan Teknik penambangan Batubara yang paling tepat ditentukan oleh karakteristik lapisan seam Batubara
seperti lokasi geografis, dan karakteristik geologi, termasuk lebar lapisan, kedekatannya dengan permukaan serta jumlah cadangan yang bisa digali. Umumnya lebih mudah untuk menambang lapisan
batubara yang tebal dan terletak dekat dengan permukaan daripada lapisan batubara yang tipis dan terletak jauh di bawah tanah. Batubara ditambang dengan menggunakan metode permukaan juga
disebut sebagai ‘open-cut’ dan metode bawah tanah. Teknik penambangan di permukaan umumnya digunakan jika lapisan Batubara terletak kurang dari 80
meter di bawah permukaan, walau penambangan hingga 250 meter di bawah permukaan telah dilaksanakan secara ekonomis. Biaya pengambilan Overburden bervolume tinggi material yang tidak
bernilai yang menutupi Batubara selama ini merupakan alasan utama terbatasnya penggunaan penambangan Batubara secara open cut. Namun, perkembangan mesin berskala besar, seperti shovel
dan draglines, telah memungkinkan penggalian Batubara secara ekonomis dengan menggunakan metode ini.
Pasar Batubara Pasar Batubara internasional dapat secara umum dibagi antara kawasan pasar Asia Pasifik dan pasar
Atlantik, dimana berbagai kekuatan pasar yang berbeda-beda mempengaruhi harga Batubara. Negara- negara pengekspor di kawasan Atlantik seperti Polandia, Rusia dan AS cenderung memfokuskan
penjualan di kawasan tersebut saja. Serupa dengan hal tersebut, negara-negara di kawasan Asia Pasifik seperti Australia, Indonesia, Selandia baru dan Mongolia cenderung melakukan penjualan secara
predominan di kawasan Asia-Pasifik. Afrika Selatan, yang secara geografis berada di tengah, cenderung mengekspor ke kedua kawasan tersebut.
Penjualan antar-kawasan juga dilakukan, namun terutama untuk pertimbangan kualitas atau jika pengangkutan melalui laut dan perbedaan harga memungkinkan pengekspor untuk bersaing atas dasar
biaya darat di pasar non-tradisional mereka. Kanada dan AS, yang umumnya memiliki biaya produksi dan pengangkutan yang lebih tinggi, telah diuntungkan oleh tingginya harga Batubara baru-baru ini, yang
mempermudah mereka untuk melakukan ekspor ke kawasan Asia Pasifik. Negara-negara penghasil baja di pasar Asia Pasifik umumnya memiliki ciri sumber daya alam yang
terbatas. Negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan memiliki kebergantungan yang tinggi terhadap bahan baku yang diimpor bijih besi dan kokas serta bahan bakar seperti Batubara Termal
dan gas alam cair “LNG”. Sebelum munculnya China sebagai pengimpor kokas di tahun 2009, Jepang dan Korea Selatan merupakan negara tujuan utama untuk pengeksporan Batubara di kawasan tersebut.
Jepang dipandang sebagai ‘pasar premium’ dikarenakan perusahaan-perusahaan tenaga listrik di