Perjanjian Bongkar Muat antar

144 Penawaran Umum Perdana Saham – PT Toba Bara Sejahtra Tbk

N. PERKARA HUKUM YANG SEDANG DIHADAPI PERSEROAN, ENTITAS ANAK, DIREKSI DAN KOMISARIS

ABN dan TMU saat ini terlibat dalam perkara hukum terkait pembatalan IUPOP yang diterbitkan untuk ABN dan TMU serta beberapa sertipikat Hak Guna Usaha yang diberikan kepada sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit, yaitu PKU, pada sekitar 800 hektar pada bagian barat wilayah pertambangan ABN dan 2.767 hektar pada bagian timur wilayah pertambangan TMU. Saat ini terdapat lima gugatan yang saling berkaitan. Pada dua gugatan pertama, ABN dan TMU masing-masing mengajukan gugatan kepada Kepala Kantor Pertanahan Nasional Tergugat I dan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Kutai Kartanegara Tergugat II berdasarkan dalil bahwa pejabat tersebut secara tidak sah menerbitkan sertipikat Hak Guna Usaha di atas wilayah pertambangan ABN dan TMU yang mengganggu kegiatan pertambangan. PKU kemudian mengajukan permohonan untuk diikutsertakan dalam perkara ini sebagai Tergugat II Intervensi berdasarkan putusan sela. Pada tanggal 4 Juli 2011, Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta memenangkan masing-masing ABN dan TMU dan memerintahkan pencabutan beberapa sertipikat Hak Guna Usaha yang diterbitkan untuk PKU. Namun pada tanggal 14 dan 18 Juli 2011, PKU beserta Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kepala Kantor Nasional mengajukan banding terhadap putusan ini ke hadapan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta, yang kemudian menegaskan putusan Pengadilan Negeri Tata Usaha Jakarta pada tanggal 20 Desember 2011 untuk perkara ABN dan 29 November 2011 untuk perkara TMU. Pada tanggal 17 Januari 2012, PKU kemudian mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung terhadap putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta. Dari situs http:putusan.mahkamahagung.go.id, disebutkan bahwa Mahkamah Agung mengabulkan Kasasi PKU atas dua gugatan pertama tersebut, namun demikian, hingga Prospektus ini diterbitkan Perseroan belum menerima salinan putusan resmi dari Mahkamah Agung. Pada gugatan ketiga, PKU juga mengajukan gugatan untuk pembatalan dan pencabutan IUPOP, yang diterbitkan oleh Bupati Kutai Kartanegara sebagai Tergugat dalam kasus ini atas nama ABN dan TMU, di Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda melalui surat gugatan tanggal 19 Mei 2011 sebagaimana direvisi pada tanggal 15 Juni 2011. PKU mempermasalahkan penerbitan IUPOP yang mencakup wilayah perkebunan yang digunakan olehnya. ABN dan TMU kemudian mengajukan permohonan untuk diikutsertakan dalam perkara ini sebagai Tergugat II Intervensi. Pada tanggal 8 November 2011, Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda memenangkan ABN dan TMU serta Bupati Kutai Kartanegara dan menolak gugatan PKU tersebut. Kemudian, pada tanggal 21 November 2011, PKU mengajukan banding terhadap putusan tersebut kepada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta. Pada tanggal 2 April 2012, Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta menguatkan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda tersebut. Lebih lanjut, pada gugatan keempat dan kelima tanggal 13 Februari 2012, PKU mengajukan dua gugatan perdata di hadapan Pengadilan Negeri Tenggarong terhadap masing-masing ABN dan TMU serta Bupati Kutai Kartanegara. Perkebunan kelapa sawit itu menuntut ganti rugi dengan dalil adanya perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan kerugian bagi PKU dalam kaitannya dengan penerbitan IUPOP untuk TMU dan ABN di wilayah bersertipikat Hak Guna Usaha yang diperuntukkan bagi perkebunan kelawa sawit PKU. Dalam gugatannya, PKU menuntut ganti rugi materiil sebesar Rp41,3 miliar kepada TMU dan Rp19,06 miliar kepada ABN serta ganti rugi immateriil senilai Rp1 triliun untuk masing-masing TMU dan ABN. Di samping itu, PKU juga menuntut agar majelis hakim menyatakan IUPOP ABN dan TMU tidak berkekuatan hukum. Selain dari yang telah disebutkan di dalam Prospektus maupun dalam Pendapat Segi Hukum yang disampaikan Konsultan Hukum, berdasarkan Surat Keterangan Bebas Perkara dari masing-masing Pengadilan Negeri, Pengadilan Niaga, Pengadilan Tata Usaha Negara, Pengadilan Hubungan Industrial dan BANI yang memiliki jurisdiksi terhadap Perseroan dan Entitas Anak, Perseroan dan Entitas Anak beserta dengan Dewan Komisaris dan Direksi tidak sedang terlibat perkara baik perdata, pidana, tata usaha Negara, kepailitan, hubungan industrial maupun sengketa arbitrase pada masing-masing Pengadilan Negeri, Pengadilan Niaga, Pengadilan Tata Usaha Negara, Pengadilan Hubungan Industrial dan BANI dalam periode sebagaimana disebutkan dalam masing-masing Surat Keterangan Bebas Perkara tersebut. 145 Penawaran Umum Perdana Saham – PT Toba Bara Sejahtra Tbk Tabel di bawah ini menyajikan keterangan mengenai luas lahan yang disengketakan beserta perkiraan jumlah cadangan dalam lahan yang disengketakan tersebut: ENTITAS ANAK LUAS HEKTAR 1 LUAS LAHAN SENGKETA HEKTAR 1 CADANGAN BATUBARA JUTA TON 2 3 PERKIRAAN CADANGAN DALAM LAHAN SENGKETA JUTA TON 2 3 ABN 2.990 800 117 - 4 Indomining 683 - 22 - TMU 3.414 2.767 8 5 8 1 Total hektar termasuk sekitar 800 hektar area konsesi ABN dan 2.767 hektar area konsesi TMU yang saat ini sedang terlibat perkara karena memiliki hak yang bertumpang tindih dengan PKU. Total hektar termasuk tanah dimana ABN, Indomining dan TMU belum memberikan kompensasi kepada pemilik lahan. 2 Dibulatkan 3 Laporan Runge untuk ABN per tanggal 31 Desember 2011, Laporan SMGC untuk Indomining per tanggal 1 Januari 2012, Laporan Marston untuk TMU per tanggal 30 Oktober 2011. 4 Lahan ABN yang disengketakan merupakan lahan pembuangan, dimana tidak terdapat cadangan Batubara pada lahan tersebut 5 Laporan Marston untuk TMU mencakup sekitar 680 hektar dari 3.414 hektar dalam area konsesi TMU. Apabila perkara-perkara yang dihadapi tersebut diputus dengan mengalahkan TMU, dimana hal tersebut mengakibatkan hilangnya hak TMU untuk beroperasi pada lahan tersebut serta hilangnya hak Perseroan untuk mengakses cadangan Batubara dalam lahan tersebut, maka dapat menyebabkan gangguan, hambatan atau bahkan penangguhan tak terbatas terhadap kegiatan pertambangan Perseroan di area konsesi milik TMU yang terkena imbas, yang pada akhirnya dapat berakibat pada penurunan kinerja operasi dan kerugian finansial. Meskipun terdapat adanya potensi gangguan dan hambatan tersebut diatas, namun manajemen Perseroan berkeyakinan bahwa kelangsungan usaha going concern Perseroan secara keseluruhan tidak akan terganggu dan kegiatan usaha dapat tetap dilaksanakan secara normal dan memadai. Kelangsungan usaha Perseroan tetap dapat berlangsung mengingat saat ini perkiraan cadangan dalam lahan sengketa yang dihadapi TMU hanya mewakili 5,4 dari total seluruh cadangan yang dimiliki Perseroan saat ini. Dengan jumlah cadangan sebesar 94,6 dari total 147 juta ton Batubara di luar wilayah tersebut, Perseroan masih dapat melanjutkan kelangsungan usahanya. Perseroan juga berencana untuk melakukan akuisisi dalam rangka meningkatkan produksi Perseroan sebagaimana yang telah diungkapkan dalam rencana penggunaan dana yang termuat dalam Bab II Prospektus ini. Pendapat Perseroan tersebut diatas telah dianalisa oleh KJPP Jennywati, Kusnanto Rekan sebagaimana diuraikan dalam laporan KJPP Jennywati, Kusnanto Rekan No. JKLA1206033 pada tanggal 1 Juni 2012 tentang Laporan Analisa Atas Kemampuan Perseroan Mengenai Kelangsungan Hidup Going Concern. Dalam laporan tersebut disimpulkan bahwa Perseroan tetap dapat melangsungkan kegiatan usaha secara normal dan memadai walaupun TMU tidak dapat mengoperasikan tambang di area konsesi TMU, sepanjang proyek-proyek yang direncanakan bisa diperoleh dan dilaksanakan serta tidak akan ada perubahan yang material pada struktur dan aktivitas utama Perseroan atau pada sumber utama penghasilan Perseroan.