Perseroan bergantung pada fasilitas utama pertambangan, peralatan, mesin dan fasilitas-
86 Penawaran Umum Perdana Saham – PT Toba Bara Sejahtra Tbk
22. Sifat musiman dari beberapa industri para pengguna akhir Batubara Perseroan dapat berdampak negatif dan material terhadap kinerja usaha Perseroan
Permintaan Batubara terkadang bersifat musiman. Perubahan iklim dan musim dingin yang hangat serta musim panas yang sejuk yang berkepanjangan di beberapa daerah geografis di tempat pengguna akhir
Batubara Perseroan berlokasi dapat berdampak negatif dan material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja usaha dan prospek usaha Perseroan.
23. Penambangan ilegal dapat mengganggu kegiatan usaha dari Entitas Anak Perseroan Kegiatan pengambilan Batubara tanpa izin atau penambangan ilegal merupakan masalah di Indonesia
dan terkadang juga mengganggu kegiatan perusahaan pertambangan lainnya. Penambangan ilegal di Indonesia umumnya meningkat seiring dengan naiknya harga Batubara. Kerugian yang disebabkan oleh
penambangan ilegal termasuk diantaranya adalah hilangnya cadangan Batubara dan timbulnya biaya rehabilitasi terkait dengan area yang telah ditambang secara ilegal.
Meskipun saat ini Perseroan tidak menyadari ada atau tidaknya pihak yang melakukan penambangan ilegal di area konsesinya, tidak ada kepastian bahwa pengambilan Batubara tanpa izin atau
penambangan ilegal di salah satu atau lebih area konsesinya tidak akan terjadi di masa mendatang, atau bahwa penambang setempat tidak akan menerima izin dari pemerintah daerah atau pemerintah
setempat untuk melakukan pertambangan Batubara di satu atau lebih area konsesi, yang bertentangan dengan hak-hak Perseroan berdasarkan IUPOP yang dimilikinya. Pengambilan Batubara tanpa izin atau
penambangan ilegal di area konsesi Perseroan dapat berdampak negatif dan material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja usaha dan prospek usaha Perseroan.
24. Kemampuan Perseroan untuk beroperasi secara efektif dapat terganggu apabila Perseroan kehilangan karyawan kunci atau apabila para kontraktor pertambangan tidak mampu merekrut
dan mempertahankan karyawan yang terampil dan memiliki kualifikasi yang dibutuhkan Perseroan mengelola kegiatan usahanya melalui sejumlah karyawan kunci, namun Perseroan tidak
memiliki jaminan untuk mempertahankan karyawan-karyawan kunci tersebut. Ketiadaan salah satu karyawan kunci tersebut dapat berdampak negatif dan material terhadap kegiatan usaha, kondisi
keuangan, kinerja usaha dan prospek usaha Perseroan. Dengan berkembangnya industri Batubara di Indonesia dan di kawasan regional, persaingan untuk mendapatkan karyawan yang memiliki kualifikasi
yang dibutuhkan menjadi lebih ketat. Perseroan tidak dapat menjamin dapat mempertahankan karyawan kunci atau bahwa Perseroan akan mampu merekrut dan mempertahankan karyawan yang terampil dan
memiliki kualifikasi yang dibutuhkan di masa mendatang. Pertambangan Batubara merupakan industri padat karya. Semakin luasnya kegiatan pertambangan
Perseroan, maka keberhasilan Perseroan di masa mendatang akan sangat bergantung pada faktor ketenagakerjaan serta kemampuan para kontraktor dan sub-kontraktor untuk terus merekrut dan
mempertahankan karyawan tambahan yang terampil dan memiliki kualifikasi yang dibutuhkan. Oleh karena Entitas Anak akan meningkatkan kegiatan produksinya, maka Perseroan memerlukan tambahan
karyawan, terutama karyawan terampil seperti insinyur-insinyur. Ketidakmampuan yang dihadapi Perseroan, para kontraktor dan sub-kontraktor di masa mendatang untuk menarik, merekrut, melatih dan
mempertahankan karyawan yang terampil dan memiliki kualifikasi yang dibutuhkan dapat berdampak negatif dan material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja usaha dan prospek usaha
Perseroan. 25. Kegiatan pertambangan Perseroan memerlukan biaya kepatuhan lingkungan hidup yang
signifikan, dan perubahan terhadap peraturan perundang-undangan lingkungan hidup atau peraturan pelaksanaannya, atau dampak lingkungan hidup yang tidak diantisipasi dari
kegiatan Perseroan, dapat mewajibkan Perseroan untuk mengeluarkan biaya baru atau tambahan, atau dapat berdampak negatif dan material terhadap kegiatan usaha, kondisi
keuangan, kinerja usaha dan prospek usaha Perseroan
87 Penawaran Umum Perdana Saham – PT Toba Bara Sejahtra Tbk
Kegiatan pertambangan Perseroan melibatkan penggunaan air, pemindahan Overburden, pembuatan saluran pembuangan air dari pit pertambangan, timbunanpenyimpanan Batubara, penyimpanan
Overburden dan tanah lapisan atas serta pembuangan emisi dari fasilitas crusher dan pemisahan Batubara, yang dapat membawa pengaruh yang merugikan terhadap lingkungan. Perseroan harus
mematuhi peraturan perundang-undangan nasional maupun daerah mengenai lingkungan hidup, kesehatan dan keselamatan, dan berbagai kewajiban hukum lainnya. Peraturan perundang-undangan
tersebut mengatur pembuangan zat ke udara dan air, pengelolaan dan pembuangan zat dan limbah berbahaya, pembersihan lahan, kualitas dan ketersediaan air tanah, perlindungan flora dan fauna serta
reklamasi dan pemulihan lahan pertambangan setelah penambangan selesai dilakukan. Peraturan perundang-undangan tentang lingkungan hidup mewajibkan Perseroan menyerahkan dokumen AMDAL,
atau UKL-UPL, tergantung ukuran proyek, untuk disetujui oleh Pemerintah sebelum Perseroan melakukan kegiatan pertambangan tertentu, seperti memulai produksi atau meningkatkan kapasitas
produksi di area konsesinya. UU Lingkungan Hidup 32, yang diberlakukan pada tanggal 3 Oktober 2009, lebih lanjut mewajibkan perusahaan untuk memperoleh persetujuan atas AMDAL atau UKL-UPL untuk
memperoleh Izin Lingkungan. Walaupun Pemerintah belum mengeluarkan seluruh peraturan pelaksanaan dari UU Lingkungan Hidup 32, pada tanggal 23 Februari 2012, Pemerintah mengeluarkan
PP 272012 yang merupakan peraturan pelaksana dari UU Lingkungan Hidup 32, yang mengatur secara spesifik mengenai Izin Lingkungan. Dengan berlakunya PP 272012, Peraturan Pemerintah 27 Tahun
1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan “PP 271999” dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Berdasarkan PP 272012, setiap usaha danatau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL atau
UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan yang diterbitkan Menteri Lingkungan Hidup, gubernur, bupatiwalikota sesuai dengan kewenangannya. Dalam PP 272012 disebutkan bahwa AMDAL atau
UKL-UPL yang telah mendapat persetujuan sebelum berlakunya PP 272012, dinyatakan tetap berlaku dan dipersamakan sebagai Izin Lingkungan. Biaya yang terkait dengan kepatuhan terhadap semua
ketentuan perundang-undangan tersebut telah dan akan terus berdampak pada biaya operasional dan daya saing Perseroan. Disamping itu, segala pelanggaran, tanggung jawab, atau perubahan terhadap
undang-undang tentang lingkungan hidup dan kesehatan dan keselamatan dapat mengakibatkan Perseroan dikenakan biaya dan sanksi yang material. Selain itu, izin untuk melaksanakan kegiatan
pertambangan dapat ditangguhkan apabila terdapat bukti adanya kegagalan untuk memenuhi standar lingkungan hidup, atau izin tersebut dapat dicabut secara permanen jika terjadi kegagalan yang ekstrim.
Kegiatan pertambangan terhadap lingkungan dapat memberikan dampak yang secara material lebih besar dibandingkan dengan dampak yang telah diantisipasi, dan mungkin dapat melanggar peraturan
perundang-undangan lingkungan hidup di Indonesia. Disamping itu, Undang-Undang dan peraturan baru dan perubahan dalam interpretasi atau pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang telah ada
dapat meningkatkan kewajiban kepatuhan dan remediasi secara material, dan keabsahan izin-izin perusahaan termasuk dokumen lingkungan seperti Izin Lingkungan, AMDAL, dan UKL-UPL juga dapat
terkena dampak oleh perubahan-perubahan tersebut. Walaupun pada masa lalu amandemen atas AMDAL yang telah disetujui Pemerintah tidak diperbolehkan dan beberapa perusahaan tidak beroperasi
sesuai AMDAL-nya, Pemerintah saat ini sudah menyadari bahwa perusahaan-perusahaan mungkin perlu melakukan perubahan terhadap dokumen lingkungan-nya yang berlaku selama masa tambang
dikarenakan oleh, antara lain, perubahan terhadap rencana tambang dan kegiatan tambang, sehingga Pemerintah mengizinkan perusahaan-perusahaan tersebut untuk melakukan perubahan terhadap
dokumen lingkungan-nya. Namun demikian, tidak ada kepastian bahwa permohonan untuk mengubah dokumen lingkungan akan disetujui dan tidaklah jelas bagaimana status dari dokumen lingkungan
tersebut jika terjadi penolakan terhadap permohonan tersebut. Selain itu, Pemerintah menetapkan standar reklamasi dan pascatambang atas semua aspek
pertambangan terbuka open-pit dan bawah tanah. Perseroan telah mengembangkan strategi-strategi reklamasi pertambangan dan pascatambang berdasarkan karakteristik tambang-tambang yang
dimilikinya. Overburden dipindahkan ke tempat pembuangan atau ditempatkan ke dalam pit sebagai timbunan selama pelaksanaan penambangan, tergantung pada rancangan dari tambang tersebut.
Perseroan diwajibkan untuk menyerahkan rencana reklamasi dan rencana pascatambang kepada Pemerintah untuk memperoleh persetujuan. Proses reklamasi dan pascatambang tersebut harus dimulai
dalam waktu 30 Hari Kalender setelah berakhirnya kegiatan usaha pertambangan pada lahan tersebut. Selesainya suatu reklamasi didasarkan pada suatu standar penyelesaian yang disebutkan di dalam
rencana reklamasi. Pada saat dimulainya kegiatan operasi pada lahan baru, Perseroan mencatat biaya pertambangan yang terdiri dari estimasi biaya reklamasi dan biaya kegiatan penutupan tambang-
88 Penawaran Umum Perdana Saham – PT Toba Bara Sejahtra Tbk
tambang. Perseroan juga mencatat kewajiban atas estimasi pengeluaran uang kas di masa mendatang untuk reklamasi dan penutupan tambang. Pengeluaran-pengeluaran tersebut semakin bertambah
dengan dibukanya lahan-lahan baru untuk dioperasikan dalam rangka meningkatkan produksi. Berdasarkan IUPOP yang dimiliki oleh Perseroan, Peraturan Pemerintah No. 78 tahun 2010 tentang
Reklamasi dan Pascatambang “Peraturan 78” dan Peraturan Menteri ESDM No. 18 tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang “Permen No. 18 tahun 2008”, Perseroan bertanggung jawab
kepada Pemerintah atas reklamasi dan penutupan tambang pada semua lahan yang telah ditambang di area konsesi miliknya. Tidak ada kepastian bahwa reklamasi dan penutupan tambang yang dilakukan
oleh Perseroan akan memenuhi standar yang ditetapkan oleh Pemerintah. Apabila reklamasi dan penutupan tambang ternyata tidak memenuhi syarat yang ditetapkan Pemerintah, maka biaya yang
harus dikeluarkan oleh Perseroan dapat meningkat secara signifikan, yang dapat berdampak negatif dan material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja usaha dan prospek usaha Perseroan.
Berdasarkan IUPOP, Peraturan 78 dan Permen No. 18 tahun 2008, Perseroan diharuskan untuk memberikan jaminan-jaminan reklamasi dan penutupan tambang kepada Pemerintah dalam bentuk,
antara lain, menempatkan deposito berjangka pada bank pemerintah guna menjamin kinerja dan pelaksanaan kewajiban reklamasi dan penutupan tambang di setiap area konsesinya. Sebagai contoh,
sebelum fase kegiatan produksi pada suatu tambang, Perseroan diwajibkan untuk membayar jaminan reklamasi dan jaminan penutupan tambang dalam jangka waktu 30 Hari Kalender sejak rencana
reklamasi atau rencana penutupan tambang, masing-masing, disetujui oleh Pemerintah. Jika penutupan tambang telah selesai sesuai dengan rencana penutupan tambang yang disetujui oleh Pemerintah, maka
uang jaminan tersebut akan dikembalikan kepada Perseroan. Pemerintah dapat menggunakan uang jaminan tersebut untuk menunjuk dan membayar pihak ketiga untuk melaksanakan reklamasi dan
penutupan tambang apabila pekerjaan-pekerjaan tersebut tidak dilaksanakan oleh Perseroan sebagaimana yang disepakati dengan Pemerintah berdasarkan rencana reklamasi dan rencana
penutupan tambang untuk periode tersebut. Perusahaan pertambangan harus mematuhi peraturan lainnya termasuk menetapkan indikator ramah
lingkungan untuk usaha danatau kegiatan open-pit. Ketentuan ini diatur dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 2012 tentang Indikator Ramah Lingkungan untuk Usaha danatau
Kegiatan Penambangan Terbuka Batubara “Permen No. 4 Tahun 2012”, yang diundangkan pada tanggal 13 Februari 2012. Dalam hal ini, Perseroan dalam melakukan kegiatan open-pit harus
memperhatikan indikator ramah lingkungan, baik dalam tahapan kegiatan penambangan, reklamasi maupun pasca tambang.
Perseroan mungkin dapat mengalami kesulitan dalam memenuhi peraturan lingkungan hidup baru. Adanya peningkatan material pada biaya kepatuhan dan remediasi lingkungan hidup, atau terjadinya
bencana lingkungan hidup di area konsesi Perseroan, dapat berdampak negatif dan material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja usaha dan prospek usaha Perseroan.