Kualitas Batubara yang dijual Perseroan dapat berubah selama transportasi ke pelanggan,

88 Penawaran Umum Perdana Saham – PT Toba Bara Sejahtra Tbk tambang. Perseroan juga mencatat kewajiban atas estimasi pengeluaran uang kas di masa mendatang untuk reklamasi dan penutupan tambang. Pengeluaran-pengeluaran tersebut semakin bertambah dengan dibukanya lahan-lahan baru untuk dioperasikan dalam rangka meningkatkan produksi. Berdasarkan IUPOP yang dimiliki oleh Perseroan, Peraturan Pemerintah No. 78 tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang “Peraturan 78” dan Peraturan Menteri ESDM No. 18 tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang “Permen No. 18 tahun 2008”, Perseroan bertanggung jawab kepada Pemerintah atas reklamasi dan penutupan tambang pada semua lahan yang telah ditambang di area konsesi miliknya. Tidak ada kepastian bahwa reklamasi dan penutupan tambang yang dilakukan oleh Perseroan akan memenuhi standar yang ditetapkan oleh Pemerintah. Apabila reklamasi dan penutupan tambang ternyata tidak memenuhi syarat yang ditetapkan Pemerintah, maka biaya yang harus dikeluarkan oleh Perseroan dapat meningkat secara signifikan, yang dapat berdampak negatif dan material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja usaha dan prospek usaha Perseroan. Berdasarkan IUPOP, Peraturan 78 dan Permen No. 18 tahun 2008, Perseroan diharuskan untuk memberikan jaminan-jaminan reklamasi dan penutupan tambang kepada Pemerintah dalam bentuk, antara lain, menempatkan deposito berjangka pada bank pemerintah guna menjamin kinerja dan pelaksanaan kewajiban reklamasi dan penutupan tambang di setiap area konsesinya. Sebagai contoh, sebelum fase kegiatan produksi pada suatu tambang, Perseroan diwajibkan untuk membayar jaminan reklamasi dan jaminan penutupan tambang dalam jangka waktu 30 Hari Kalender sejak rencana reklamasi atau rencana penutupan tambang, masing-masing, disetujui oleh Pemerintah. Jika penutupan tambang telah selesai sesuai dengan rencana penutupan tambang yang disetujui oleh Pemerintah, maka uang jaminan tersebut akan dikembalikan kepada Perseroan. Pemerintah dapat menggunakan uang jaminan tersebut untuk menunjuk dan membayar pihak ketiga untuk melaksanakan reklamasi dan penutupan tambang apabila pekerjaan-pekerjaan tersebut tidak dilaksanakan oleh Perseroan sebagaimana yang disepakati dengan Pemerintah berdasarkan rencana reklamasi dan rencana penutupan tambang untuk periode tersebut. Perusahaan pertambangan harus mematuhi peraturan lainnya termasuk menetapkan indikator ramah lingkungan untuk usaha danatau kegiatan open-pit. Ketentuan ini diatur dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 2012 tentang Indikator Ramah Lingkungan untuk Usaha danatau Kegiatan Penambangan Terbuka Batubara “Permen No. 4 Tahun 2012”, yang diundangkan pada tanggal 13 Februari 2012. Dalam hal ini, Perseroan dalam melakukan kegiatan open-pit harus memperhatikan indikator ramah lingkungan, baik dalam tahapan kegiatan penambangan, reklamasi maupun pasca tambang. Perseroan mungkin dapat mengalami kesulitan dalam memenuhi peraturan lingkungan hidup baru. Adanya peningkatan material pada biaya kepatuhan dan remediasi lingkungan hidup, atau terjadinya bencana lingkungan hidup di area konsesi Perseroan, dapat berdampak negatif dan material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja usaha dan prospek usaha Perseroan.

26. Kepatuhan terhadap standar lingkungan hidup terkait dengan pembakaran Batubara dapat

menyebabkan para pelanggan Perseroan beralih ke bahan bakar alternatif sehingga berdampak negatif dan material terhadap penjualan Batubara Perseroan Batubara mengandung berbagai macam bahan-bahan pengotor impurities, polutan, dan produk sampingan, termasuk sulfur, merkuri, karbondioksida, klorin, nitrogen oksida serta unsur dan senyawa lainnya, yang sebagian besar dilepas ke udara saat Batubara dibakar. Peraturan lingkungan hidup yang lebih ketat mengenai emisi dari pembangkit listrik tenaga Batubara serta pabrik industri lainnya yang menggunakan Batubara dapat meningkatkan biaya penggunaan Batubara, sehingga mengurangi permintaan terhadap Batubara sebagai sumber bahan bakar dan berdampak negatif pada penjualan dan harga Batubara, yang kemudian dapat berdampak negatif dan material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja usaha dan prospek usaha Perseroan. Indonesia dan lebih dari 160 negara lainnya melakukan penandatanganan atas Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim tahun 1992 UNFCCC, yang bertujuan untuk membatasi atau menghentikan emisi gas rumah kaca, seperti karbondioksida. Pada tanggal 11 Desember 1997, di Kyoto, Jepang, para penandatangan konvensi tersebut menetapkan serangkaian target emisi yang berpotensi 89 Penawaran Umum Perdana Saham – PT Toba Bara Sejahtra Tbk mengikat negara-negara maju “Protokol Kyoto”. Protokol Kyoto mulai berlaku pada tanggal 16 Februari 2005. Pada tanggal 3 Desember 2004, Indonesia meratifikasi Protokol Kyoto melalui Undang-Undang No. 17 tahun 2004 tentang Ratifikasi Protokol Kyoto dari Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim. Target emisi secara spesifik berbeda-beda antara satu negara dengan negara lainnya. Pemberlakuan Protokol Kyoto atau peraturan lainnya yang berfokus pada emisi gas rumah kaca dapat berakibat pada pembatasan penggunaan Batubara di pasar primer yang dipasok dan ditargetkan oleh Perseroan. Usaha-usaha lain untuk mengurangi emisi gas rumah kaca serta berbagai inisiatif di beberapa negara untuk mendorong penggunaan gas alam juga dapat mempengaruhi penggunaan Batubara sebagai sumber energi dan dapat berdampak negatif dan material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja usaha dan prospek usaha Perseroan.

27. Permasalahan dengan Masyarakat setempat dapat berdampak negatif dan material terhadap

kegiatan usaha Perseroan Permasalahan dengan Masyarakat setempat di sekitar area dimana Perseroan melakukan kegiatan usahanya dapat timbul sebagai hasil dari pelaksanaan kegiatan usaha Perseroan, termasuk perselisihan mengenai pembebasan lahan dan relokasi. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat mengakibatkan protes dari Masyarakat setempat, pemblokiran jalan dan gugatan pihak ketiga. Kegagalan untuk menyelesaikan permasalahan secara baik dengan Masyarakat setempat dapat berdampak negatif dan material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja usaha dan prospek usaha Perseroan. 28. Perseroan mungkin tidak memiliki cakupan asuransi yang memadai Industri pertambangan mengandung risiko yang besar yang dapat mengakibatkan kerusakan, atau kehancuran pada properti pertambangan, peralatan dan mesin pertambangan dan fasilitas produksi, serta kecelakaan karyawan yang menyebabkan cedera atau kematian, kerusakan lingkungan, penundaan dan gangguan operasional, kerugian keuangan dan potensi kewajiban hukum. Selain itu, beberapa jenis risiko seperti risiko perang mungkin tidak dapat diasuransikan atau biaya asuransi dapat menjadi terlalu tinggi apabila dibandingkan dengan risiko kerugian. Perseroan memiliki asuransi terhadap risiko tertentu dalam kegiatan operasinya, dalam jenis dan jumlah yang diyakini oleh manajemen Perseroan telah sesuai dengan praktik industri Batubara. Namun demikian, berdasarkan perjanjian fasilitas revolving sebesar US70,0 juta antara Perseroan dengan BNP Paribas, Citibank, NA dan PT ANZ Panin Bank Fasilitas Kredit, ABN menjaminkan dan mengalihkan hak atas polis asuransinya. Jika Perseroan mengalami gagal bayar, dan kreditur melakukan eksekusi atas jaminan tersebut, maka Perseroan tidak lagi memiliki hak atas uang pertanggungan dari polis asuransi yang dijaminkan tersebut. Selain itu TMU saat ini sedang merencanakan untuk menutup polis asuransi standar, dan tidak memiliki asuransi aset maupun persediaan serta tidak memiliki asuransi untuk gangguan kegiatan usaha. Tidak ada kepastian bahwa TMU akan dapat memperoleh polis asuransi pada harga wajar atau tidak sama sekali. Polis asuransi Perseroan tidak mencakup seluruh kerugian yang berhubungan dengan kegiatan operasinya. Oleh karena itu, terjadinya kerugian, kewajiban dan kerusakan yang tidak tercakup oleh asuransi Perseroan, atau yang melebihi jumlah maksimum tertentu, dapat berdampak negatif dan material terhadap kegiatan usaha, prospek usaha, pendapatan, profitabilitas, kondisi keuangan dan kinerja operasi Perseroan. Tidak ada kepastian bahwa Perseroan akan dapat memperbaharui asuransi yang ada, atau menambah cakupan asuransi tambahan yang dianggap perlu, dengan premi yang dapat diterima secara ekonomis, atau tidak sama sekali. 29. Risiko kecelakaan pada area konsesi Perseroan Kegiatan operasi di area konsesi Perseroan melibatkan pemakaian mesin berat dan kecelakaan industri yang dapat mengakibatkan cedera atau kematian karyawan. Apabila hal itu terjadi, Perseroan dapat dimintakan pertanggungjawaban atas hilangnya nyawa, kerusakan properti, biaya kesehatan, cuti medis dan pembayaran denda atau sanksi menurut hukum yang berlaku. Perseroan juga dapat mengalami gangguan bisnis atau pemberitaan negatif sebagai akibat dari penghentian operasional karena investigasi yang dilakukan oleh Pemerintah, atau pelaksanaan atau pemberlakuan langkah-langkah keamanan sebagai akibat dari kecelakaan tersebut. Pada 1 Februari 2012, BKPL, salah satu kontraktor pertambangan Perseroan di area konsesi ABN, mengalami kecelakaan akibat human error yang menimbulkan korban jiwa. ABN mengambil inisiatif 90 Penawaran Umum Perdana Saham – PT Toba Bara Sejahtra Tbk untuk menghentikan aktivitas pertambangan selama 60 jam untuk meninjau prosedur keamanan serta untuk memastikan bahwa peristiwa ini tidak terulang kembali. Jenis kecelakaan seperti ini atau adanya peningkatan tindakan keselamatan yang diberlakukan oleh otoritas Pemerintah dapat berdampak negatif dan material terhadap Perseroan. Tidak ada kepastian bahwa asuransi yang dimiliki Perseroan telah mencakup seluruh kerugian dan tanggungan Perseroan yang muncul dari risiko-risiko yang disebutkan di atas atau bahwa interupsi pada kegiatan usaha Perseroan dan penurunan moril karyawan tidak akan berdampak material dan negatif terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja usaha dan prospek usaha Perseroan. 30. Perseroan tidak memiliki sertipikat tanah untuk sebagian propertinya pada area konsesi Hak atas tanah dapat diperoleh melalui beberapa cara, yaitu dengan pembelian tanah yang telah memiliki sertipikat tanah atau mengkompensasi pemilik tanah untuk tanah yang belum memiliki sertipikat tanah. Dalam kegiatan operasionalnya, Perseroan memberikan kompensasi kepada pemilik tanah untuk tanah yang belum terdaftar dan tidak memiliki sertipikat tanah. Melalui cara tersebut, Perseroan memiliki hak dan kendali dan berhak melakukan kegiatan operasional pertambangan di atas tanah tersebut. Namun, sesuai dengan praktik industri pada umumnya, Perseroan belum dan tidak berencana untuk mensertifikasi tanah di area konsesinya kecuali untuk lokasi pelabuhan.Tidak adanya sertipikat tanah tersebut dapat menyebabkan Perseroan menghadapi risiko hukum. Tanpa status pendaftaran formal, ada kemungkinan tinggi bahwa pihak ketiga dapat mengajukan klaim terhadap hak atas tanah yang dimiliki oleh Perseroan. Bahkan apabila Perseroan mendaftarkan tanah tersebut dan memperoleh sertipikat atas nama Perseroan, hal ini tidak mencegah pihak ketiga untuk mengajukan klaim terhadap hak atas tanah yang dimiliki Perseroan karena berdasarkan hukum Indonesia, pengadilan tidak dapat menolak klaim tanpa melalui proses persidangan. 31. Struktur Perseroan sebagai perusahaan induk menjadikan arus kas Perseroan bergantung pada arus kas ABN, Indomining dan TMU, serta hak-hak Perseroan tersubordinasi oleh hak- hak para kreditur terhadap dari Entitas Anak yang bangkrut atau terlikuidasi Perseroan merupakan perusahaan induk dimana seluruh kegiatan operasinya dilakukan melalui Entitas Anaknya. Akibatnya, kinerja operasi dan arus kas Perseroan akan bergantung pada pendapatan Entitas Anak. Kemampuan Entitas Anak untuk menyediakan dana bagi Perseroan mungkin dibatasi oleh kewajiban-kewajiban lainnya yang dimiliki oleh Entitas Anak tersebut. Selain itu, Perseroan bergantung pada distribusi pendapatan, pinjaman atau pembayaran lain oleh Entitas Anak kepada Perseroan untuk memenuhi kewajibannya. Entitas Anak Perseroan tidak berkewajiban untuk menyediakan dana bagi Perseroan atas kewajiban pembayarannya. Jika terjadi ketidakmampuan pembayaran utang, likuidasi atau reorganisasi lainnya dari salah satu Entitas Anak, maka kreditur Entitas Anak tersebut akan berhak atas pembayaran penuh dari penjualan aset Entitas Anak tersebut sebelum Perseroan, sebagai pemegang saham, berhak untuk menerima setiap distribusi dari penjualan tersebut. Perseroan juga bergantung pada penerimaan dividen dari Entitas Anak untuk membayar kewajiban-kewajibannya, dan mungkin dapat tidak menerima dividen yang cukup dari Entitas Anaknya untuk memenuhi kewajibannya. Selain itu, sejak tanggal 26 November 2010, Perseroan memiliki 51,00 saham ABN. Berdasarkan anggaran dasar ABN, aksi korporasi tertentu, seperti amandemen anggaran dasar, merger, akuisisi dan konsolidasi memerlukan persetujuan dari dua per tiga hingga tiga per empat dari jumlah pemegang saham ABN. Aksi korporasi tersebut akan memerlukan persetujuan dari pemegang saham minoritas ABN. Perseroan dan pemegang saham minoritas ABN tidak mempunyai perjanjian pemegang saham yang mengatur pemungutan suara pemegang saham. Jika pemegang saham minoritas ABN tidak menyetujui atau menunda aksi korporasi Perseroan, maka akan berdampak material dan negatif terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja usaha dan prospek usaha Perseroan. 32. Perseroan mungkin tidak berhasil mengelola risiko nilai tukar mata uang asing Fluktuasi nilai tukar telah mempengaruhi dan dapat terus mempengaruhi kondisi keuangan dan hasil operasi Perseroan. Karena Perseroan menyajikan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah, sedangkan hampir semua penjualan, piutang dagang dan utang, dan hampir seluruh beban pokok penjualan, utang dagang dan biaya-biaya lain termasuk belanja modal Perseroan berdenominasi mata 91 Penawaran Umum Perdana Saham – PT Toba Bara Sejahtra Tbk uang Dolar Amerika Serikat, maka hasil operasi dapat dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar. Sebagai contoh, kinerja Perseroan dalam mata uang Rupiah dapat dipengaruhi secara negatif oleh apresiasi Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. Meskipun Perseroan belum pernah menghadapi risiko transaksi valuta asing yang signifikan karena memiliki lindung nilai secara alami, mengingat hampir seluruh penjualan, pada satu sisi, dan beban pokok penjualan, utang dagang, dan biaya-biaya lainnya, di sisi lain, berdenominasi mata uang Dolar Amerika Serikat, Perseroan dapat terpengaruh secara negatif oleh selisih kurs sebagaimana yang ditampilkan dalam kinerja operasional karena fluktuasi nilai Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat yang bergantung pada gabungan aset dan liabilitas moneter yang berdenominasi mata uang Dolar Amerika Serikat dan penyesuaian kurs. Berdasarkan PSAK 10, yang efektif pada tanggal 1 Januari 2012, Perseroan menggunakan mata uang Dolar Amerika Serikat sebagai mata uang fungsional dan mata uang Rupiah sebagai mata uang penyajian. Oleh karena itu, Perseroan akan melakukan pencatatan akuntansi dalam Dolar Amerika Serikat dan berdasarkan PSAK No. 10, Perseroan harus melakukan sejumlah prosedur pada setiap akhir periode akuntansi. Oleh karena itu, selain adanya dampak dari fluktuasi nilai tukar mata uang asing di masa mendatang, Perseroan meyakini bahwa laporan keuangan konsolidasian akan dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar mata uang asing. Perseroan saat ini tidak melakukan lindung nilai terhadap risiko nilai tukar mata uang asing ini. Selain itu, karena hampir seluruh dari aset dan liabilitas moneter Perseroan berdenominasi mata uang asing, Perseroan terkena dampak oleh keuntungan dan kerugian valuta asing yang berasal dari fluktuasi valuta asing pada nilai aset dan liabilitas moneter dalam mata uang Rupiah, sampai sejauh nilai aset bersih atau liabilitas moneter Perseroan tersebut bernilai signifikan. 33. Kinerja operasional Perseroan dapat terpengaruh secara negatif oleh lindung nilai komoditas ABN telah memulai transaksi lindung nilai harga Batubara sesuai dengan perjanjian lindung nilai komoditas. Jika harga pasar Batubara lebih tinggi daripada harga jualnya berdasarkan perjanjian lindung nilai, maka pendapatan ABN, dan jika Indomining atau TMU turut memiliki perjanjian lindung nilai komoditas di masa depan, akan terbatas pada harga dan jumlah Batubara yang sesuai perjanjian lindung nilai. ABN juga mengadakan transaksi lindung nilai bahan bakar sesuai dengan perjanjian lindung nilai komoditas. Apabila di masa mendatang harga pasar bahan bakar lebih rendah daripada harga bahan bakar yang dibeli di bawah perjanjian lindung nilai, maka ABN, dan jika Indomining dan TMU turut memiliki perjanjian lindung nilai komoditas di masa depan, tidak dapat mengambil keuntungan dari harga bahan bakar yang lebih rendah pada jumlah bahan bakar yang tercakup dalam perjanjian lindung nilai. 34. Pajak dan Pembayaran Royalti Perseroan dan Entitas Anak kemungkinan telah diaudit Berdasarkan peraturan perpajakan dan keuangan Negara Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak dapat menetapkan dan merevisi pembayaran pajak setiap perusahaan Indonesia untuk tahun-tahun sebelum tahun 2008, dalam waktu 10 tahun sejak tanggal terutangnya pajak atau sampai pada tahun 2013, yang mana lebih dahulu, dan untuk tahun-tahun setelah tahun 2008 kedepan, dalam waktu lima tahun sejak terutangnya pajak. Sebagai hasil dari audit pajak, Perseroan dapat diwajibkan untuk membayar tambahan pajak dan penalti terkait lainnya, yang akan jatuh tempo segera setelah Direktorat Jenderal Pajak menyatakan jumlah pajak tambahan tersebut. Direktorat Jenderal Pajak saat ini sedang melakukan audit pajak Indomining untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2005 sampai 2008. Selain itu, Direktorat Jenderal Pajak dapat mengaudit pajak Perseroan, ABN, TBE dan TMU pada periode sebelumnya. Setiap pajak tambahan yang harus dibayar oleh Perseroan dan Entitas Anak dapat berdampak material dan negatif terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja usaha dan prospek usaha Perseroan. Selain itu, royalti yang dibayar oleh Perusahaan dapat juga diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan “BPK”. Berdasarkan Undang-undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan memiliki kewenangan untuk melakukan audit pengelolaan keuangan dan tanggung jawab keuangan Pemerintah dan pemerintah daerah. Kewenangan ini mencakup melakukan audit pendapatan pemerintah yang didapat dari royalti pertambangan sebagai bagian dari Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP.