Konflik Diri dan Interpersonal yang dihadapi orangtua

melaksanakan ajaran agama tersebut bukan karena rasa sungkanterhadap orangtua melainkan berasal dari kemauan dari dalam dirinya sendiri.

4.3.5 Masalah Yang Dihadapi Keluarga Berkaitan Dengan Perbedaan Keyakinan Agama Dalam Keluarga

1. Konflik Diri dan Interpersonal yang dihadapi orangtua

Menjadi sebuah keluarga yang berbeda keyakinan agama bukan lah suatu hal yang mudah dijalani. Banyak hal yang harus dihadapi dalam menjalani dan mempertahankan keluarga dengan didasari dua keyakinan agama dala satu rumah tangga. banyak permasalahan yang dihadapi anggota keluarga ini dalam kehidupan mereka. Masalah yang dihadapi tidak hanya masalah yang berasal dari luar keluarga seperti masalah pandangan miring lingkungan sekitar dan keluarga terhadap keluarga ini tetapi juga berasala dari diri masing-masing. Sebagai orangtua perasaan sedih sering muncul ketika harus melihat keluarga lain yang dapat berkumpul dengan seluruh anggota keluarga dalam melakukan ibadah dan hal ini tidak dapat dilakukan oleh keluarga ini. Saat itu lah muncul konflik yang terjadi dalam diri oarangtua ini. Dimana terjadi sebuah benturan antara perbedaan keyakinan, opini, nilai keinginan, pendapat, dan perbedaan tujuan. Benturan benturan tersebut muncul akibat kejujuran, perbedaan adanya kesalahpahaman, kemarahan atau bahkan adanya harapan yang tidak terpenuhi dari seseorang atau situasi yang ada. Masalah ini dirasakan oleh Bapak Wantoro yang disampaikannya ketika wawancara dilapangan. Namun dia menyadari ini merupakan konsekwensi dari keputusannya untuk menikah berbeda keyakinan agama. Dan hal ini juga Universitas Sumatera Utara disamapaikan oleh Ibu Sri dan Bapak Edi yang merasakan adanya benturan mengenai hal ini. Perbedaan agama yang ada dalam keluarga ini membentuk batasan pada keluraga mereka untuk berkumpul dalam suatu kesempatan tertentu. Konflik diri yang dialami oleh Ibu Sumiyati ketika menjalankan kelurga berbeda keyakinan agama ini membuatnya berharap agar anak-anaknya kedepannya tidak memilih jalan yang sama dengan apa yang dia dan suaminya pilih. Karena rasa bersalah yang sangat besar dirasakan oleh Ibu Sumiyati ketika dia tidak bisa beribadah bersama dengan anak-anaknya yang sejak lahir diputuskan untuk beragama Islam. Respon anak yang tidak dapat menerima akan perbedaan agama yang ada ketika kecil menjadi konflik diri yang sangat berat menurutnya. Konflik diri yang terjadi antara Ayah dan anak juga terjadi ketika akhirnya anak-anak mereka memilih satu agama yang diyakini. Hal ini di alami oleh Bapak Wantoro yang keenam anaknya memilih untuk ikut agama Ibunya. Pada dasarnya Bapak Wantoro memberikan kebebasan sepenuhnya kepada anak-anaknya mengenai hal ini. Namun ketika semua anaknya memilih ikut agama istrinya perasaan kecewa dan sedih dirasakan Bapak Wantoro. Karena kenyataan yang dia hadapi tidaka sesuai dengana apa yang diharapkan. Namun demikian sebagai orangtua dia harus bijak dan berusaha tidak menunjukkan kekecewaannya dengan mendukung setiap keputusan anak-anaknya. Namun konflik interpersonal yang berkaitan dengan perbedaan agama ini yang dialami antara Ayah dan Ibu diakui oleh informan tidak ada. Karena mereka merasa bahwa jan ini merupakan keputusan mereka jadi segala konsewensi yang dihadapi setelah pengambilan keputusan ini sudah diperkirakan sejak awal. Universitas Sumatera Utara Sehingga mereka pada umumnya telah siap menghadapi apapun dan tidak mempermasalahkan perbedaan yang ada dalam keluarga ini. Yang terpenting bagi mereka adalah saling menghargai dan menghormati. Seperti Bapak Edi dan Istrinya yang berprinsip walau dengan keadaan keluarga yang seperti ini mereka harus mampu membesarkan anak mereka lebih baik dari pada keluarga pada umumnya dengan saling bekerja sama dalam mendidik dan mengauh anak-anak mereka.

2. Masalah keagamaan anak dalam keluarga berbeda keyakinan agama