Bapak Toyo Profil Informan dan Temuan Data 1. Bapak Edi Susanto dan Ibu Yuyuk Kusnifah

diantara mereka dengan saling mengingatkan dalam melaksanakan kewajiban beragama dalam kehidupan mereka sehari. Sikap yang ditujukkan oleh Kedua orangtua membuat Yani tidak merasakan perbedaan yang ada dalam kelaurganya. Dalam penetapan Agama yang dilakukan Yani sangat dipengaruhi oleh Ibu, Keluarga terdekat dari pihak Ibunya , dan masyarakat sekitar yang kebetulan lingkungan tempat tinggal mereka mayoritas Islam ketika itu. Walaupun pengaruh Ibu dan keluarga sangat besar bukan berarti Yani menjalankan ajaran agama atas paksaan dari orangtuanya, melainkan karena dia sudah terbiasa dan sangat familiar dengan ajaran agama tersebut sejak dia masih kecil. Kebiasaan itu membuat Yani merasa nyama dan senang dalam menerapakan nilai-nilai agama dala ajaran agama islam dalam kehidupannya sehari-hari.

15. Bapak Toyo

Bapak Toyo 64 merupakan seorang pensiunan guru. Bapak toyo adalah salah satu keturunan bangsawan ningrat yang di segani di Desa Sukorejo ini. Menurut bapak Toyo bahwa pembagian kelas secara khusus di desa ini pada dasarnya tidak ada, tapi di desa ini terdapat beberapa keluarga yang merupakan keturunan ningrat. Dimana keturunan ningrat ini berasal dari keraton di Jawa tengah. Keluarga keturunan ningrat ini berasal dari keturunan Sunan Kali Geseng dan Amangkurat ke IV, dimana mereka mempunyai sembilan anak dan salah satu mereka bertempat tinggal di desa ini. Universitas Sumatera Utara Pandangan masyarakat desa terkait dengan keturunan ningrat ini tentunya berubah seiring berkembangnya jaman. Dimana pemberian penghargaan dalam hal ini beupa rasa hormat masyarakat desa dulu dengan sekarang sangat berbeda dan mengalami perubahan. Walau demikian hingga saat ini pemberian penghargaan tetap masih ada walaupun tidak sekental dulu. Bentuk penghargaan yang di berikan oleh masyarakat bagi keturunan ningrat tersebut dengan menyematkan nama “Raden” di depan nama kami yang merupakan keturunan ningrat tersebut, kemudian dalam menyapa oarang- orang yang keturunan ningrat akan berbeda dengan masyarakat biasa. Dimana dalam menyapa mereka akan menggunakan sebutan “Raden” atau “Den” untuk laki-laki dan “Raden Mas” atau “mas” untuk perempuan. Selain itu dulu masyarakat desa akan sangat segan melewati rumah keturunan ningrat ini. Biasanya mereka akan menuntun kendaraan misalnya sepeda mereka jika melewati rumah tersebut apa bila pemilik rumah itu berada di luar rumah. Namun hal itu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan yang tersebut terjadi bukan tanpa alasan, dimana salah satu faktor terjadinya perubahan tersebuta adalah keinginan kami yang keturunan keraton. Dimana kami mulai membatasi perlakuan khusus yang diberikan masyarakat sekitar kepada keturunan ningrat tersebut. Bapak Toyo menjelaskan keinginan mereka tersebut dikarenakan mereka tidak ingin membatasi interaksi yang terjadi antara mereka denagn masyarakat sekitar. Selain itu mereka juga ingin bahwa masyarakat desa tertap memandang mereka sama dengan mereka tanpa memandang latar belakang keluarga tersebut. Selain itu jika di perlakukan seperti jaman dulu ada persaan risih dalam perasaan mereka Universitas Sumatera Utara dengan perlakuan tersebut. Namun demikian masyarakat desa tetap menaruh rasa hormat yang tinggi bagi para keturunan ningrat tersebut. Saat ini interaksi yang terjadi dalam masyarakat menjadi lebih baik tidak sekaku dulu sehingga hubungan keturanan ningrat dengan masyarakat juga sangat dekat tanpa ada batasan karena adanya status sosial yang ada. Sehingga saat ini segala kegiatan yang ada di desa dilakukan bersama-sama seperti kegiatan gotong royong, musyawarah tentang perkembangan desa, dll. Sehingga komunikasi diantara mereka dengan masyarakat sangat baik. Dengan demikian pembagian peran dalam struktur desa tidak lagi memandang status sosial. Siapa yang dianggap mampu dan juga merasa mampu memiliki kesempatan untuk memegang perenan-peranan tersebut. Terkait dengan pernikahan yang terjadi di dalam kelaurga yang merupakan keturunan ningrat bahwa pernikahan merupakan hala yang sangat sakral, sehingga perlu banyak pertimbangan sebelum melakukan pernikahan. Pertimbangan yang dimaksud yaitu dengan melihat bibit, bebet, dan bobot mereka yang akan menikah. Dalam keluarga keturunan ningrat ini penilaian atas tiga aspek itu tentunya sangat berbeda dulu dengan sekarang. Dulu latar belakang keluarga dan agama keluarga dari calon suamiistri merupakan faktor yang sangat penting dilakukan. Latar belakang keluarga tentunya berkaitan pula dengan latar belakang keturunan ningrat atau tidak. Bahkan jika mereka juga termasuk keluarga ningrat maka diperhatikan pula bagaimana tingkatan kelaurga mereka dalam keraton tersebut. Namun saat ini memperhatikan ketiga aspek tersebut tetap dilakukan namun dengan konsep yang berbeda. Ningrat atau tidak bukan lah menjadi Universitas Sumatera Utara suatu masalah begitu pula dengan masalah agama. Agama memang bagian terpenting untuk diperhatikan, tapi dalam hal ini calon suamiistri tidak harus memiliki agama yang sama tetapi lebih melihat kepada bagaimana pelaksanaan kewajiban beragama dari calon tersebut. Hal ini tentu berbeda di bandingkan dengan penilain zaman dahulu. Menurut Bapak Toyo dalam keluarga mereka sendiri bahwa mereka menikah dengan berbagai kalangan, suku, dan agama. Dan hal itu bukan lah menjadi masalah yang penting bagai mereka menjalani dan menjaga nama baik keluarga mereka. Dan sejauh ini semua berjalan dengan baik. 4.3 Interpretasi Data 4.3.1 Keluarga Berbeda Keyakinan Agama