tidak menjadi alasan untuk berpisah karena menurut mereka agama merupakan sesuatu yang diciptakan oleh manusia yang mengajarkan kebaikan
dan semua agama menyembah Tuhan yang sama hanya saja nama dan caranya saja yang berbeda.
Dalam membangun keluarga yang berbeda keyakinan agama ini Bapak Edi dan Ibu Yuyuk menghadapi sedikit konflik baik itu konflik sebelum
menikah maupun setelah menikah yang berkaitan dengan perbedaan agama mereka. Dan mereka mampu menghadapi perasahan itu dengan baik. Hingga
saat ini Bapak Edi dan Ibu Yuyuk telah di karuniai dua orang anak, satu perempuan telah menikah dan mempunyai anak satu dan satu laki-laki usia 14
tahun. Sebagai sebuah keluarga, Bapak Edi dan Ibu Yuyuk dituntut untuk dapat mempertahankan dan menjaga keharmonisan keluarga mereka di
tengah perbedaan mereka. Namun mereka dapat melakukan hal tersebut hingga mereka masih tetap bersama hingga saat ini.
Sebagai keluarga yang berbeda keyakinan agama keluarga ini juga sangat menjujung tinggi kebebasan beragama. Sehingga dalam melakukan
pengasuhan anak baik dalam mengasuh anak maupun mendidik anak-anak mereka, keluarga ini tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan.
2. Agam
Agam 14 merupakan anak bungsu dari Bapak Edi Susanto dan Ibu Yuyuk Kusnifah saat ini duduk di kelas 2 SMP. Kegiatan sehari-hari Agam
yaitu bersekolah dan mengikuti beberapa les tambahan yang diberikan di sekolah. Selain itu Agam aktif dalam kegiatan remaja Masjid dan berlatih
futsal dari sekolah dan tim futsal yang di bentuk di dusunnya.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai anak yang berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda keyakinanan, bukan lah hal yang mudah bagi Agam untuk memahami dan
menerima tentang perbedaan tersebut. Semuanya butuh proses hingga akhirnya dia siap memilih agama yang akan dia anut. Dan penentuan agama
yang akan diyakini Agam sejak kecil pun merupakan keputusan dan pilihan Agam, karena sejak kecil orangtuanya memberikan kebebasan bagi Agam
dalam memutuskan masalah agamanya. Dalam proses memahami dan menerima perbedaan agama yang terjadi
banyak permasalahan yang dihadapi oleh Agam. Begitu pula dengan memutuskan agama yang ingin dia anut bukan lah sesuatu yang mudah untuk
diputuskan. Kekecewaan, rasa bingung, dan takut sempat dirasakan Agam ketika dia mencoba memutuskan agama yang ingin diajalani. Namun peran
orangtua dalam mengasuhnya membantu dan mendukung Agam dalam memilih agama yang akan dianutnya.
3. Bapak Cyriacus Hendro Wantoro dan Ibu Siti Nurlaila
Bapak Cyriacus Hendro Wantoro 50 seorang beragama Khatolik yang bekerja sebagai seorang supir. Setiap hari Bapak Wantoro lebih sering berada
diluar rumah karena profesinya ini, sehingga tidak banyak waktu yang dapat diberikannya kepada keluarganya. Ibu Siti Nurlaila 46 adalah istri Bapak
Wantoro yang merupakan seorang beragama Islam yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Dimana kegiatan sehari-hari Ibu Siti hanya mengurus rumah
dan anak-anaknya. Mereka membangun sebuah keluarga yang berbeda keyakinan agama pada tahun 1986, maka usia pernikahan mereka hingga saat
ini adalah 28 tahun. Hingga saat ini mereka mempunyai empat orang anak
Universitas Sumatera Utara
satu sudah menikah, satu sudah bekerja, dan selebihnya masih sekolah. Dari keenam anak Bapak Wantoro dan Ibu Siti tiga diantaranya sudah sah memilih
Islam sebagai agama mereka dan tiga lainnya belum memilih agama secara sah namun mereka lebih cenderung menjalankan agama Islam.
Alasan keduanya memutuskan untuk membentuk sebuah keluarga yang berbeda keyakinan agama adalah karena mereka saling menyayangi satu sama
lain dan ingin hidup bersama namun tidak ingin melepaskan agama masing- masing. Sehingga dalam mengambil keputusan ini banyak konflik yang
mereka hadapi baik sebelum menikah maupun sesudah menikah yaitu berasal dari keluarga dan dari diri sendiri.
Untuk menjadi keluarga yang bahagia dan harmonis Bapak Wantoro dan Ibu Siti hanya selalu menjaga kerukunan dalam keluarga dengan memberikan
kebebasan dalam beragama dan juga saling mengingatkan serta menjaga kekompakan keluarga ini. Kebebasan beragama juga berlaku pada anak-anak
mereka, artinya anak-anak mereka diberikan kebebasan daam memutuskan agama yang akan mereka jalani.
Dalam memberikan pemahaman tentang agama ataupun dalam mengasuh anak-anaknya, Bapak Wantoro dan Ibu Siti tidak membedakan pola
pengasuhan pada setiap anak, artinya anak laki-laki dan anak perempuan diperlakukan sama dan tidak dibeda-bedakan. Karena memberikan
pemahaman tentang agama dan perbedaan agama kepada anak menurut Bapak wantoro merupakan tanggung jawab mereka sebagai orangtua.
Universitas Sumatera Utara
4. Wahyu Laras Wati