Kemudian pengasuhan anak yang di lakukan dalam keluarga ini tidak membedakan bagaimana membedakan pengasuhan anak-anak mereka.
Dimana baik anak perempuan maupun anak laki-laki diperlakukan sama hanya saja untuk anak laki-laki ditempah untuk menjadi pribadi yang lebih
keras dan kuat. Dalam mengasuh anak terutama proses sosialisasi tersebut tidak ada kendala yang dihadapi karena kondisi Bapak Sutara yang sering
Dinas luar maka Ibu tini yang memegang peran lebih dominan dalam memberikan pemahaman tentang agama. Dengan demikian tidak sulit bagi
anak-anak dan Ibu Tini dalam menerapkan ajaran agama tersebut, karena anak lebih sering mendapatkan sosialisasi agama Islam dan hnya menerapkan
nilai-nilai agama Islam yang di peroleh dari Ibunya. Sehingga pengaruh dari Ibu Tini juga sangat besar dalam pemilih keyakinan agama anak. Selain dari
Ibu Tini pengaruh pemilihan agama juga di peroleh dari keluarga besar dari pihak Ibu Tini yang merupakan keturunan dari Kyai.
14. Yani
Yani 36 merupakan anak bungsu dari Bapak Sutara dan Ibu Tini dan telah memilih agama Islam sebagai agama yang dianutnya. Yani yang bekerja
sebagai ibu rumah tangga telah menikah dan memiliki dua orang anak. Sejak kecil Yani di berikan kebebasan untuk memilih agama yang ingin dia
jalankan. Kedua orangtuanya sama-sama sering memberikan pemahaman agama mereka masing-masing, namun pada suatu waktu Ayahnya sering
Dinas luar, maka Ayahnya jarang sekali tinggal bersama mereka. Hal ini membuat Yani menjadi lebih dekan dan lebih sering mendapat pemahaman
agama Ibunya yaitu agama Islam. Selama dia mendapatkan sosialisasi agama
Universitas Sumatera Utara
dari Ibunya dan menerapkan nilai-nilai agama tersebut Yani merasa nyaman dan tidak tertekan. Respon yang diberikan Yani mengenai hal ini bukan
hanya karena dia merasa nyaman dalam penerapan nilai-nilai agama tersebut, tetapi juga karena dia menghargai Ibunya sebagai orangtuanya yang begitu
dekat dengannya. Mengenai Perbedaan agama yang terjadi di dalam keluarganya , Yani
sempat merasa bingung mengapa keluarga mereka memiliki dua agama sementara keluarga lain menganut satu agama saja. Maka muncul banyak
pertanyaan yang diajukan Yani kepada orangtuanya. Dan pertanyaan tersebut sering diutarakan Yani ketika Ayah dan Ibunya sedang berkumpul bersama,
maka dengan demikian kedua orangtuanya menjelaskan mengapa terjadi perbedaan dengan menyelipkan ajaran agama mereka masing-masing. Hal ini
membentuk pemikiran Yani bahwa setiap agama sama baiknya hanya saja nama dan caranya saja yang berbeda, sedangkan berkaitan dengan tujuan
agama pada dasarnya adala sama yaitu mengarahkan kita untuk kebaikan. Selain itu berkumpul bersama juga membuat Yani memperoleh masukan dan
nasihat positif dari orangtuanya hal ini membuat Yani sangat dekat dengan Ayah, Ibu, dan Kakaknya.
Terkait dengan ada atau tidaknya konflik yang terjadi dalam diri Yani tentang perbedaan yang ada dalam keluarganya, semuanya tergantung pada
orangtuanya. Menurut Yani Konflik tersebut tidak ada karena kedua orangtuanya menjalankan peran mereka dengan sangat baik dalam hal
memberikan pengertian denga kondisi keluarga mereka. Kedua orangtuanya selalu menunjukkan sikap toleransi, menghargai, dan tidak saling fanatik
Universitas Sumatera Utara
diantara mereka dengan saling mengingatkan dalam melaksanakan kewajiban beragama dalam kehidupan mereka sehari. Sikap yang ditujukkan oleh Kedua
orangtua membuat Yani tidak merasakan perbedaan yang ada dalam kelaurganya.
Dalam penetapan Agama yang dilakukan Yani sangat dipengaruhi oleh Ibu, Keluarga terdekat dari pihak Ibunya , dan masyarakat sekitar yang
kebetulan lingkungan tempat tinggal mereka mayoritas Islam ketika itu. Walaupun pengaruh Ibu dan keluarga sangat besar bukan berarti Yani
menjalankan ajaran agama atas paksaan dari orangtuanya, melainkan karena dia sudah terbiasa dan sangat familiar dengan ajaran agama tersebut sejak dia
masih kecil. Kebiasaan itu membuat Yani merasa nyama dan senang dalam menerapakan nilai-nilai agama dala ajaran agama islam dalam kehidupannya
sehari-hari.
15. Bapak Toyo