Wahyu Laras Wati Bapak Yohanes Theodorus Hani Setiawan dan Ibu Yuni Wulansari

4. Wahyu Laras Wati

Wahyu Laras Wati 19 merupakan salah satu anak dari Bapak Wantoro dan Ibu Siti. Wahyu memutuskan untuk berhenti bersekolah ketika dia duduk di bangku SMA sehingga pada saat ini sudah tidak bersekolah lagi. Kegiatan Wahyu sehari-hari adalah membantu Ibunya dalam menyelesaikan pekerjaan rumah dan mengurus adik-adiknya yang masih kecili-kecil. Wahyu sudah memilih agamanya secara sah yaitu agama Islam. Dimana ketika memilih agama yang akan dianutnya keputusan sepenuhnya berada ditangan Wahyu. Namun pemilihan agama ini mendapat pengaruh bersar dari Ibu Siti karena menurut Wahyu Ibu Siti paling dominan dalam mengasuh dia sejak kecil, baik itu dalam mendidik maupun memberikan penjelasan dan pemahaman keagamaan kepada Wahyu. Namun dalam hal ini bukan berarti Ibu Siti memaksa Wahyu untuk memilih agama Islam sebagai agamanya. Namun dalam mengambil keputusan tersebut, diakui Wahyu banyak permasalahan yang dihadapinya. Tapi dengan bercerita dan konsultasi dengan kedua orangtuanya, Wahyu merasa mendapat banyak masukan dan dukungan sehingga dia dengan mantap memilih Islam sebagai agama yang di yakininya. Dalam mengasuh, Wahyu merasa tidak pernah dibedakan. Kedua orangtuanya memperlakukan mereka sama saja, namun yang palaing dominan mengasuh mereka adalah ibunya karena kondisi pekerjaan Ayahnya yang mengharuskan ayahnya untuk lebih lama di luar rumah.

5. Bapak Yohanes Theodorus Hani Setiawan dan Ibu Yuni Wulansari

Bapak Yohanes Theodorus Hani Setiawan 32 adalah seorang beragama katolik yang bekerja sebagai pendamping supir bus antar provinsi, sehingga Universitas Sumatera Utara membuat Bapak Hani lebih sering diluar rumah dalam waktu yang lama. Ibu Yuni Wulansari 28 adalah istri Bapak Hani yang merupakan seorang muslim yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. kegitan sehari-hari Ibu Yuni selain mengurus rumah dan anaknya, dia juga membuka warung kecil-kecilan untuk menambah pemasukan selain dari suaminya. Mereka menikah pada tahun 2000 silam secara katolik dan kemudian melaporkan pernikahan mereka pada pencatatan sipil. Selama dua tahun berkeluarga Ibu Yuni menjalani ajaran agama Khatolik, namun selama dua tahun itu Ibu Yuni merasa tidak nyaman dan dapat menjalankan ajaran agama tersebut karena keyakinannya tetap pada ajaran agama Islam. Hingga pada akhirnya dia memutuskan untuk kembali menjadi seorang yang beragama Islam setelah dua tahun penikahannya dengan Bapak Hani. Sehingga mereka kembali melakukan pernikahan kemabali secara Islam, sejak saat itu lah Keluarga mereka menjadi keluarga yang berbeda keyakinan agama. Di tengah perbedaan yang ada Bapak Hani dan Ibu Yuni di tuntut untuk membangun sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis, maka untuk mewujudkan hal itu mereka menyadari bahwa mereka harus sadar akan perbedaan yang ada sehingga mereka akan selalu menghargai satu sama lain, saling melengkapi satu sama lain, dan saling mengingatkan kewajiban dalam beragama mereka satu sama lain. Selain itu untuk menjaga kerukunan dan kebersamaan keluarga mereka sering berkumpul besama untuk sekedar berbincang-bincang misalnya ketika makan malam bersama atau melaukan rekreasi bersama. Universitas Sumatera Utara Bapak Hani dan Ibu Yuni hanya memiliki satu orang anak. Berkaitan dengan keyakinan si anak mereka berdua memberikan kebebasan kepada anak tentang keyakinan yang akan dianut kedepannya. Artinya tidak ada kesepakatan-kesepakatan tertentu mengenai hal ini sebelumnya. Sebagai orangtua mereka meyadari bahwa mereka sebagai orangtua hanya bisa mengajarkan dan mengarahkan yang terbaik kepada anak dan keputusan sepenuhnya adalah hak anak tersebut. Sehingga ketika melakukan sosialisasi agama keduanya saling bergantian untuk memberikan pemahaman dan mengingatkan anak setiap harinya untuk menjalankan kewajibannya dalam beragama, karena ini akan sangat berpengaruh terhadap keputusan beragama anak kedepannya. Anak tidak akan begitu saja memahami perbedaan agama yang terjadi dalam keluarganya maka memberikan pemahaman akan hal ini perlu dilakukan. Bapak Hani dan Ibu Yuni memberikan pemahaman tersebut secara perlahan-lahan hingga akhirnya anaknya mengerti dengan kondisi yang ada.

6. Andhika