Identifikasi Sektor Unggulan dan Kompetitif di Daerah Tertinggal dan Perbatasan.

Perkembangan Pola Pemanfaatan Ruang di Wilayah Kalimantan Dalam Mendukung Perekonomian Daerah 87 kelapa sawit, tanaman pohon, dan tata pengelolaan jangka panjang hutan dan lahan bekas hutan. Bukti‐bukti dan berbagai indikasi tidak positif, investasi tergesa‐gesar di wilayah‐ wilayah ini hampir pasti akan gagal setelah beberapa tahun karena hilangnya minat. Laju tumbuh di daerah‐daerah pantai sub‐wilayah ini kemungkinan besar tidak tinggi, sedangkan pertumbuhan daerah pedalaman mungkin semakin kecil seiring dengan semakin tipisnya produksi kayu. • Kawasan Tanjung Redeb dan Sekitarnya, yang diindikasikan oleh perkembangan Kabupaten Berau yang termasuk daerah cepat berkembang. Sektor unggulan yang dimiliki meliputi sektor pertanian, pertambangan, listrik, perdagangan, pengangkutan dan jasa‐jasa. Sementara sektor unggulan yang kompetitif meliputi sektor pertanian dan pertambangan. Kawasan ini didominasi batubara dari cadangan yang sangat besar di Kabupaten Berau dan eksploitasi hutan, sebagian besar kegiatan liar. Ada sebuah jalan ke selatan, tetapi perannya tidak berarti dalam kegiatan ekonomi umumnya, dan karena penduduknya jarang, perbaikan jalan tidak akan berdampak besar pada lalulintas. Pembangunan jangka panjang tergantung sebagian besar pada kehutanan dan kelapa sawit, ditunjang peraturan dan tata pengelolaan yang baik. • Kawasan Andalan Laut Bontang‐Tarakan dan Sekitarnya diindikasikan oleh Kota Bontang dan Tarakan.

5.3. Identifikasi Sektor Unggulan dan Kompetitif di Daerah Tertinggal dan Perbatasan.

Berdasarkan hasil analisis Klassen, LQ dan Shift Share, dapat diidentifikasi perkembangan pola struktur perekonomian daerah tertinggal, serta sektor unggulan basis dan sektor kompetitif yang di miliki oleh daerah tertinggal dan perbatasan di wilayah Kalimantan. Rincian dari hasil tabulasi komponen tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.20. Tabel 5.20: Identifikasi Sektor Unggulan Basis dan Kompetitif di SetiapKabupatenKota, Provinsi Kalimantan Barat KABUPATENKOTA T IP O LO G I kL AS S E N 1 . P E RT A N IA N 2 . P E RT A M B A N G A N P E N G G A LI A N 3 . IN D U ST R I P E N G O LA H A N 4 . LI ST R IK , G A S A IR BE RS IH 5 . K O N S T R U K S I 6 . P E R D A G A N G A N , H O T E L R E ST O R A N 7 . P E N G A N G K U T A N K O M U N IK A S I 8 . K E U A N G A N , RE A L E ST A T , JS . P R S H . 9 . JA SA ‐J A S A P E RB A T A SA N D A E R A H T E RT IN G G A L LQ DS LQ DS LQ DS LQ DS LQ DS LQ DS LQ DS LQ DS LQ DS KALIMANTAN BARAT Kab. Sambas III 2 1 1 1 1 1 1 1 v v Kab. Bengkayang IV 2 1 1 1 1 1 1 v v Kab. Landak III 2 1 1 1 1 1 1 1 v Kab. Sanggau I 1 1 1 1 1 1 1 1 v v Kab. Ketapang I 1 6 2 1 1 1 1 1 1 v Kab. Sintang III 1 1 1 1 2 1 1 1 3 1 1 2 1 1 2 v v Kab. Kapuas Hulu III 1 1 1 1 1 3 2 1 1 2 1 1 v v Kab. Sekadau IV 2 1 1 1 1 1 1 1 v Kab. Melawi III 1 2 1 1 1 1 1 1 v Kab. Kayong Utara IV 2 1 1 2 1 1 1 1 v KALIMANTAN TENGAH Kab. Seruyan I 1 1 1 1 1 1 1 v Perkembangan Pola Pemanfaatan Ruang di Wilayah Kalimantan Dalam Mendukung Perekonomian Daerah 88 KABUPATENKOTA T IP O LO G I k LAS S E N 1 . P E R T A N IA N 2 . P E R T A M B A N G A N P E N G G A LI A N 3 . IN D U S T R I P E N G O LA HA N 4 . LIS T RIK , G A S A IR BE RS IH 5 . K O N S T R U K S I 6 . P E RD A G A N G A N , H O T E L RE ST O R A N 7 . P E N G A N G K U T A N K O M U N IK A S I 8 . K E U A N G A N , RE A L E ST A T , JS . P R S H . 9 . JA SA ‐J A S A P E R B A T A SA N D A E R A H T E RT IN G G A L LQ DS LQ DS LQ DS LQ DS LQ DS LQ DS LQ DS LQ DS LQ DS KALIMANTAN SELATAN Kab. Barito Kuala III 1 2 2 2 1 1 1 1 1 v Kab. Hulu Sungai Utara III 1 1 1 1 1 1 1 1 2 v KALIMANTAN TIMUR Kab. Kutai Barat II 4 1 1 5 1 1 1 1 v v Kab. Malinau III 8 1 1 4 2 1

3 10

v v Kab. Nunukan IV 5 1 6 2 1 2 1 1 2 v v Keterangan: tidak tersedia data PDRB sektor tahun 2005. LQ = Location Quotient DS= Differential Shif Daerah tertinggal di Provinsi Kalimantan Barat, yang diidentifikasi sebagai daerah cepat maju dan cepat berkembang adalah Kabupaten Sanggau, dan Ketapang. Kelompok lainnya adalah daerah maju tapi tertekan yaitu Kabupaten Bengkayang dan Sekadau, serta kelompok daerah relatif tertinggal meliputi Kabupaten Sambas, Sintang, Kapuas Hulu dan Melawi. Berdasarkan penyebaran sektor unggulan dan sektor kompetitif di wilayah Kalimantan Barat, daerah tertinggal yang memiliki sektor unggulan dan kompetitif terbanyak adalah Kabupaten Sintang 7 sektor, Kapuas Hulu 5 sektor, Kabupaten Melawi 5 sektor. Sementara daerah tertinggal yang memiliki sektor unggulan dan kompetitif paling sedikit adalah Kabupaten Landak, yaitu pada sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan. Namun demikian, Kabupaten Landak sebenarnya memiliki sektor unggulan pada 6 sektor, kecuali sektor konstruksi dan pengangkutan dan komunikasi. Berdasarkan gambaran di atas, sektor primer pertanian dan pertambangan dan sektor industri pengolahan yang menjadi mejadi unggulan disebagian besar daerah tertinggal masih belum menjadi sektor yang kompetitif untuk bersaing dengan kabupatenkota lain di Kalimantan Barat. Hal inipun mengindikasikan masih tingginya peluang untuk mengoptimalkan pengembangan sektor primer dan industri pengolahan di daerah tertinggal. Daerah tertinggal di provinsi Kalimantan Tengah yang terdapat di Kabupaten Seruyan, termasuk kelompok daerah cepat maju dan cepat berkembang Tipologi Klassen. Sektor unggulan yang dimiliki meliputi sektor pertanian, industri pengolahan, perdagangan, pengangkutan dan sektor jasa‐jasa. Sebagian besar sektor tersebut termasuk sektor yang kompetitif, kecuali sektor pertanian. Daerah tertinggal di Provinsi Kalimantan Selatan yang meliputi Kabupaten Barito Kuala dan Hulu Sungai Utara termasuk kelompok daerah relatif tertinggal Tipologi Klassen. Sektor unggulan yang dimiliki kedua daerah ini meliputi sektor pertanian, industri pengolahan, konstruksi, keuangan, jasa‐jasa, serta sektor lainnya di Kabupaten Hulu Sungai Kapuas yang meliputi sektor listrik, dan pengangkutan. Sementara sektor unggulan yang kompetitif di Kabupaten Barito Kuala meliputi sektor konstruksi, perdagangan, dan keuangan, serta di Perkembangan Pola Pemanfaatan Ruang di Wilayah Kalimantan Dalam Mendukung Perekonomian Daerah 89 Kabupaten Hulu Sungai Utara yang meliputi sektor pertanian, industri pengolahan, listrik, dan pengangkutan. Sebagian besar lahan di Barito Kuala, sekitar 82 persen lahan berupa rawa‐rawa pasang surut dengan PH sangat masam, sehingga banyak titik lokasi yang sulit dikembangkan perikanan budidaya seperti ikan nila, mas, patin. Namun masih memiliki potensi untuk pengembangan ikan jenis lokal seperti ikan betok, sepat, gabus yang relatif tahan terhadap PH rendah. Untuk pengembangan komoditas peternakan seperti sapi, sangat tergantung pada rumput, namun rumput hanya dapat tumbuh pada lahan tipe B dan C artinya lahan hanya akan terluapi air jika terjadi pasang, dan sebagian lagi berupa lahan kering. Daerah tertinggal di Provinsi Kalimantan Timur, meliputi Kabupaten Kutai Barat yang diidentifikasi sebagai daerah cepat berkembang, Kabupaten Malinau diidentifikasi sebagai daerah relatif tertinggal, dan kabupaten Nunukan sebagai daerah maju tapi tertekan Tipologi Klassen. Berdasarkan sektor unggulan yang dimiliki daerah tertinggal, sektor pertanian, listrik, konstruksi, perdagangan, pengangkutan, dan jasa‐jasa dimiliki oleh ketiga daerah tersebut, sedangkan untuk sektor pertambangan dan keuangan hanya dimiliki oleh Kabupaten Kutai Barat, dan Kabupaten Nunukan dengan sektor pertambangan. Sementara sektor unggulan yang kompetitif di Kutai Timur meliputi sektor pertambangan, dan jasa‐jasa, di Kabupaten Malinau meliputi sektor listrik, konstruksi, perdagangan, pengangkutan dan jasa‐jasa, serta di Kabupaten Nunukan meliputi sektor konstruksi, perdagangan, pengangkutan, dan jasa‐jasa. Berdasarkan gambaran di atas, khususnya sektor primer pertanian dan pertambangan yang menjadi menjadi unggulan disebagian besar daerah tertinggal masih belum menjadi sektor yang kompetitif untuk bersaing dengan kabupatenkota lain di Kalimantan Timur. Hal inipun mengindikasikan masih tingginya peluang dalam mengoptimalkan pengembangan sektor primer dan industri pengolahan di daerah tertinggal.

5.4. Perkembangan Kinerja KAPET di Wilayah Kalimantan