Hasil Analisis Keterkaitan Antardaerah Menurut Model Gravitasi

121 konsumen dari wilayah asal i. Jika wilayah tujuan tersebut berfungsi sebagai wilayah pelayanan, maka semakin besar nilai Vj menunjukkan bahwa kapasitas pelayanan di wilayah tersebut mampu bersaing dengan wilayah pusat pelayanan j yang lain sehingga mampu menarik konsumen dari wilayah asal i. Jika wilayah tujuan tersebut berfungsi sebagai pusat industri pengolahan, maka semakin besar nilai Vj menunjukkan bahwa kawasan industri tersebut mampu bersaing dengan kawasan‐kawasan industri di wilayah lain dalam mendapatkan pasokan bahan baku dari wilayah asal i. Berdasarkan nilai Vj antarkabupaten.kota di Provinsi Kalimantn Barat, dapat digunakan sebagai pendekatan untuk mengetahui relevansinya dengan perkembangan struktur kota‐kota yang menjadi Pusat Kegiatn Nasional PKN dan Pusat Kegiatan Kegiatan Wilayah PKW di Provinsi Kalimantan Barat.

6.2.3. Hasil

Analisis Model Gravitasi di Provinsi Kalimantan Barat Berdasarkan perhitungan dalam metode gravitasi tabel 4.13, terlihat bahwa interaksi antarkabupatenkota di provinsi Kalimantan Barat. Menurut nilai interaksi spasial Tij antarkabupatenkota menurut daerah asal, Kabupatenkota yang memiliki interaksi dengan daerah lain paling banyak adalah Kota Pontianak, yakni hampir seluruh kabupatenkota, kecuali dengan Kabupaten Kapuas Hulu, Melawi, Sekadau dan Sintang. Urutan berikutnya adalah Kota Singkawang dan Kabupaten Pontianak, dengan nilai interaksi relatif tinggi dengan 6 kabupatenkota, kecuali Kabupaten Kapuas Hulu, Ketapang, Melawi, Sekadau dan Sintang. Interaksi tertinggi dari Kabupaten Pontianak adalah dengan Kota Pontianak dan Kota Singkawang. Sementara daerah asal yang memiliki nilai interaksi relatif rendah dengan kabupatenkota lainnya di Provinsi Kalimantan Barat adalah Kabupaten Kapuas Hulu. Menurut daerah tujuan, kabupatenkota yang memiliki nilai interaksi relatif tinggi dengan daerah lain paling banyak adalah Kota Pontianak, yakni hampir terhadap seluruh kabupatenkota kecuali Kabupaten Kapuas Hulu. Urutan berikutnya adalah Kabupaten Pontianak dan Kabupaten Sanggau yang memiliki nilai interaksi relatif kuat terhadap 9 kabupatenkota, kecuali Kabupaten Kapuas Hulu dan Kabupaten Melawi untuk daerah tujuan Pontianak, dan Kabupaten Kapuas Hulu dan Ketapang untuk daerah tujuan Kabupaten Sanggau. Daerah tujuan yang memiliki nilai interaksi relatif rendah dengan daerah lain adalah Kabupaten Kapuas Hulu terhadap seluruh kabupatenkota, Kabupaten Ketapang yang hanya memiliki nilai interaksi relatif tinggi dengan Kota Pontianak, Kabupaten Melawi yang hanya memiliki nilai interaksi relatif tinggi dengan Sintang, dan Kabupaten sekadau yang hanya memiliki nilai interaksi relatif tinggi dengan Kabupaten Sanggau dan Sintang. Berdasarkan gambaran dari pola keterkaitan dari setiap kabupatenkota, Interaksi yang kuat tersebut secara umum disebabkan karena jaraknya yang relatif dekat sehingga mempermudah akses penduduk ke daerah tersebut. Misalnya, Kabupaten dan Kota Pontianak sebagai daerah tujuan dari sebagian besar kabupatenkota di Provinsi Kalimantan Barat, memiliki jumlah penduduk dan nilai tambah aktivitas ekonomi paling tinggi dibandingkan dengan daerah lain komponen gravitasi. Di lain pihak, Kota Pontianak adalah daerah yang tinggi mobilitas ekonominya maupun sosialnya di bandingkan dengan daerah sekitarnya. Gambaran secara rinci untuk nilai indeks keterkaitan spasial dari setiap kabupatenkota dapat dilihat pada Tabel 6.25. . 122 Tabel

6.25. Matriks Keterkaitan Spasial Antar KabupatenKota di Wilayah Kalimantan Barat