Perkembangan Pola Pemanfaatan Ruang di Wilayah Kalimantan Dalam Mendukung Perekonomian Daerah
60
BAB V.
PERKEMBANGAN POLA PEMANFAATAN
RUANG DI WILAYAH KALIMANTAN DALAM
MENDUKUNG PEREKONOMIAN DAERAH
Pola ruang wilayah mencakup kawasan lindung dan kawasan budi daya termasuk kawasan
andalan dengan sektor unggulan yang prospektif dikembangkan. Pola pemanfaatan ruang
disusun untuk mewujudkan keserasian dan keselarasan pemanfaatan ruang bagi kegiatan
budidaya dan non budidaya kawasan lindung. Kawasan lindung ditujukan untuk memelihara
dan memulihkan kawasan‐kawasan yang berfungsi lindung dan kritis lingkungan dalam rangka
mendukung keberlanjutan pemanfaatan sumber daya alam, serta mengurangi resiko dampak
bencana alam, sementara kawasan andalan ditujukan sebagai penggerak pengembangan
ekonomi wilayah.
5.1. Kondisi Kawasan Lindung Di Wilayah Kalimantan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Tentang Penunjukkan Kawasan Hutan serta TGHK,
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan 2008, Kawasan lindung yang merupakan hutan
lindung HL, kawasan suaka alam KSA, dan kawasan pelestarian alam KPA di wilayah
Kalimantan adalah seluas 54.415.007 Ha atau 20.30 persen dari total wilayah Kalimantan.
Kawasan lindung terbesar berada di Provinsi Kalimantan Timur seluas 4.916,400 Ha, dan
terkecil berada di Provinsi Kalimantan Selatan seluas 729.704 Ha. Sementara menurut
persentase dari luasan masing‐masing provinsi, terbesar di Kalimantan Barat yaitu 26.8 persen,
dan terkecil di Kalimantan Tengah 9,95 persen.
Tabel: 5.1. Kawasan Hutan Menurut Provinsi Di Wilayah Kalimantan.
No Provinsi
Kawasan Hutan
1
Luas Wilayah
Provinsi Ha
2
Pangsa KSA, KPA,
dan Hutan Lindung
terhadap Luas
Wilayah Provinsi
Kawasan Suaka
Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam
Darat Ha
Hutan Lindung
Ha Total
Ha
1 Kalimantan
Barat 1.565.580
2.307.045 3.872.625
14.730.700 26.28
2 Kalimantan
Timur 2.164.698
2.751.702 4.916.400
20.453.434 24.03
3
Kalimantan Selatan
175.565 554.139
729.704 3.874.423
18.83
4 Kalimantan
Tengah 729.419
800.000 1.529.419
15.356.450 9.95
TOTAL 4.635.262
6.412.886 11.048.148
54.415.007 20.30
Sumber data :
1
Data Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Tentang Penunjukkan Kawasan Hutan serta TGHK, Direktorat Jenderal Planologi
Kehutanan, 2008
2
Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum, 2010
Berdasarkan TGHK, Kawasan hutan di wilayah Kalimantan seluas 133.695 ribu Ha meliputi 30,6
persen dari total kawasan hutan di seluruh Indonesia. Kawasan Hutan Produksi Terbatas HPT
Perkembangan Pola Pemanfaatan Ruang di Wilayah Kalimantan Dalam Mendukung Perekonomian Daerah
61
seluas 10.614,2 ribu hektar meliputi 47,2 persen dari total nasional, Hutan Produksi HP tetap
seluas 14.144,4 ribu hektar meliputi 38,6 persen, dan Hutan Lindung HL seluas 6.413 Ribu Ha
meliputi 20,3 persen dari total HL nasional. Kondisi ini mengindikasikan betapa tingginya
kontribusi wilayah Kalimantan terhadap keberadaan hutan secara nasional, dan sekaligus
menjadi paru‐paru dunia.
Tabel: 5.2. Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Tentang Penunjukan Kawasan Hutan Dan Perairan Serta Tata Guna Hutan Kesepakatan TGHK
JENIS KAWASAN
KAWAAN HUTAN Ribu Ha
Hutan Lindung
Hutan Produksi
Terbatas Hutan
Produksi Tetap
Hutan Produksi
yang dapat
Dikonversi Taman
Buru
TOTAL
Kalimantan Barat
2.307 2.446
2.266 514
9.102 Kalimantan
Tengah 800
3.400 6.068
4.303
15.300 Kalimantan
Timur 2.752
4.613 5.122
14.651 Kalimantan
Selatan 554
155 689
266
1.840
TOTAL KALIMANTAN
6.413 10.614
14.144 5.083
‐ 40.892
NASIONAL 31.604
22.503 36.650
22.796 234
133.695 DARI NASIONAL
20,3 47,2
38,6 22,3
30,6
Sumber: Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, 2008
Namun sejalan dengan berjalannya waktu, dan meningkatnya ketergantungan terhadap
kawasan hutan, wilayah hutan di Kalimantan saat ini memiliki masalah serius, karena sangat
rentan terhadap perusakan hutan, pembalakan hutan, maupun kebakaran hutan. Pada tahun
2007, luas konversi hutan penggunan pertanianperkebunan sebesar 1.4 juta hektar atau 30,37
dari luas konversi kawasan hutan nasional dengan konversi terbesar terjadi di Kalimantan Tengah
619.868,37 hektar. Selain itu, pinjam pakai kawasan hutan sampai dengan tahun 2007 berjumlah
43.109,975 hektar tertinggi di Kalimantan Timur seluas 24.955,640 hektar sekitar 58
dari jumlah yang dipinjam pakai dan luas pelepasan kawasan hutan untuk permukiman transmigrasi
sebesar 20,77 198.727,51 hektar dari total nasional. Selain itu, kecenderungan terjadinya
beberapa bencana alam seperti banjir, longsor dan kekeringan akibat perusakan dan pencemaran
lingkungan hidup dan juga terjadinya perubahan iklim global. Tahun 2007, luas kebakaran
hutan dan lahan di Kalimantan mencapai 373,19 hektar atau 3,3 dari luas kebakaran
hutan nasional, dengan jumlah hotspot sebanyak 13.289 hotspot, yang tersebar di Kalimantan
Barat dan Kalimantan Tengah. Pada
tahun 2007 tercatat luas lahan kritis Pulau Kalimantan sebesar 27,9 juta hektar atau 35,88 dari total luas lahan kritis nasional yang sebagian besar berada di Kalimantan Barat dan
Kalimantan Timur dan jumlah DAS yang perlu penanganan prioritas DAS rusak mencapai 40
DAS. Disamping itu, laju deforestasi yang meningkat juga berdampak semakin tingginya tingkat
kerusakan sumberdaya hayati dan non hayati, serta meningkatnya kerusakan DAS dalam
kondisi kritis yang mengancam terhadap kelangkaan sumber daya air bersih.
Perkembangan Pola Pemanfaatan Ruang di Wilayah Kalimantan Dalam Mendukung Perekonomian Daerah
62
Tabel:5.3. Angka Deforestasi Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Periode 2003 - 2006 HaTh
PROVINSI KAWASAN
HUTAN TETAP KSA
‐KPA HL
HPT HP
Jumlah
Kalimantan Barat
1756,4 3408,8
3.774,60 13.548,80
22.488,7
Kalimantan Tengah
1341,6 1506,2
2.025,10 38.451,00
43.323,8
Kalimantan Selatan
858,6 1102,3
149,9 2.435,00
4.545,7
Kalimantan Timur
9685,2 7704,6
36.284,90 92.749,20
146.424,0 Sumber:
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan.
Angka deforestasi kawasan hutan tetap di wilayah kalimantan, tertinggi adalah di Provinsi
Kalimantan Timur sebesar 146,424 Hatahun atau sekitar 1 persen dari total kawasan hutan,
dan berikutnya di provinsi Kalimantan Tengah sebesar 43.323,8 Hatahun 0,3 persen.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab terdegradasinya sumberdaya hutan di wilayah Pulau
Kalimantan: i Banyak perusahaan HPH yang melanggar pola‐pola tradisional hak kepemilikan
atau hak penggunaan lahan; ii Pengembangan Hutan tanaman industri, sebagian besar adalah
hutan alam, telah dialokasikan untuk pembangunan hutan tanaman industri; iii Lonjakan
pembangunan perkebunan, terutama perkebunan kelapa sawit, merupakan penyebab lain dari
deforestasi; iv Pencurian kayu dalam skala yang sangat besar dan yang terorganisasi; vi
Peran pertanian tradisional skala kecil ladang berpindah; vii Program transmigrasi, yang
berlangsung dari tahun 1960‐an sampai 1999; dan viii Pembakaran secara sengaja oleh
pemilik perkebunan skala besar untuk membuka lahan, dan oleh masyarakat lokal untuk
memprotes perkebunan atau kegiatan operasi HPH mengakibatkan kebakaran besar yang tidak
terkendali. Banyak kawasan hutan di wilayah Kalimantan yang mengalami kerusakan,
sementara nilai manfaatnya tidak dinikmati oleh masyarakat lokal. Bahkan dampak dari
kerusakan tersebut harus ditanggung oleh masyarakat lokal yang tinggal di daerah tersebut.
Dampak dari semakin tingginya kerusakan hutan pada akhirnya menimbulkan berbagai bencana
baik berupa banjir maupun tanah longsor yang kemudian merusak infrastruktur. Selain itu juga
terjadi kehilangan sumber daya non hutan seperti keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.
Hal ini karena kerusakan hutan banyak terjadi di kawasan hutan dataran rendah. Seperti
diketahui kawasan hutan dataran rendah memiliki keanekaragaman hayati yang tertinggi.
Padahal di negara lain keanekaragaman hayati yang tinggi justru dimanfaatkan untuk
menghasilkan produk obat‐obatan, kosmetik, bahan pangan, bahan serat, sumber energi dan
sebagainya. Berbagai produk bioteknologi tersebut pada saat ini justru menghasilkan nilai
tambah yang luar biasa.
Belum akuratnya data kawasan hutan, dapat diindikasikan dari jenis penggunaan lahan non
hutan di kawasan hutan di bawah wewenang kehutanan luasannya cukup besar. Untuk data
agregat Pulau Kalimantan dapat dilihat bahwa pada hutan konservasi KSA‐KPA hampir 20
merupakan lahan non hutan. Selanjutnya pada hutan lindung HL 11.40 merupakan lahan
non hutan. Pada hutan produksi terbatas HPT 17.22 merupakan lahan non hutan.
Sementara pada hutan produksi HP 45.48 merupakan lahan non hutan. Dengan demikian
Perkembangan Pola Pemanfaatan Ruang di Wilayah Kalimantan Dalam Mendukung Perekonomian Daerah
63
secara total 32.35 kawasan hutan, terkonversi menjadi kawasan non hutan pada saat berada
di bawah pengelolaan Depertemen Kehutanan. Kondisi inipun tidak terlepas dari adanya konflik
antar sektor dan kebutuhan lahan dari pemerintah daerah untuk pelaksanaan pembangunan
yang berbasis sumberdaya lahan.
5.2. Kondisi Kawasan Andalan di Setiap Provinsi