Perkembangan Kinerja dan Produk Unggulan KAPET SASAMBAKaltim

Perkembangan Pola Pemanfaatan Ruang di Wilayah Kalimantan Dalam Mendukung Perekonomian Daerah 95 triliun metrik ton. Areal penambangan terdapat di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Satui, Batulicin, dan Kusan Hulu. Adapun tambang di Kusan Hulu lebih banyak digali oleh para pengusaha lokal yang memperoleh izin penambangan dari pemerintah kabupaten. Ada 11 wilayah kuasa penambangan yang beroperasi. Produksi batu bara rata‐rata 500.000‐700.000 ton per bulan. Jumlah ini hanya sekitar setengah dari yang bisa dihasilkan kuasa penambangan perusahaan besar seperti PT Arutmin, per bulannya. Produksi ini memenuhi kebutuhan beberapa perusahaan pembangkit listrik tenaga uap PLTU di wilayah Jawa, seperti PLTU Suralaya di Banten dan PLTU di Jawa Timur, Kalimantan, serta Sulawesi, termasuk juga pabrik semen atau industri‐industri yang masih menggunakan batu bara sumber : diolah dari Moh. Fatkul Maskur, BisnisIndonesia, http:www.mediacenterkopukm.com, 18 nov 2008. Jalur tata niaga batu bara di Batulicin sangat bergantung pada pelabuhan untuk pemasaran antarpulau. Kondisi pelabuhan di Batulicin, sudah ada pelabuhan yang berfungsi sebagai pelabuhan peti kemas, pelabuhan samudra, dan pelabuhan umum di Kecamatan Batulicin serta Satui. Perusahaan ‐perusahaan tambang swasta umumnya memiliki pelabuhan sendiri untuk mengapalkan batu baranya. Bila tidak punya, biasanya mereka menjalin kerja sama dengan perusahaan yang memiliki pelabuhan. Di Batulicin terdapat tiga pelabuhan swasta khusus batu bara, sedangkan di Satui ada 16 pelabuhan. Pelabuhan di Satui yang menjadi pintu gerbang pertama arus barang dan manusia dari Kabupaten Tanah Laut bahkan menjadi sarana vital pelayaran batu bara yang dihasilkan kabupaten ini. Sadar dengan posisi yang dimiliki Satui, pemerintah daerah ingin menjadikan daerah ini sebagai sentra industri dan pertambangan. Prospek penambangan di Tanah Bumbu tidak hanya mengandalkan batu bara, tetapi juga terdapat bijih besi di Kecamatan Batulicin dan Sungai Loban, penemuan gas alam di Selat dalam Kecamatan Batulicin, sawit dan karet.

5.4.4. Perkembangan Kinerja dan Produk Unggulan KAPET SASAMBAKaltim

KAPET SASAMBA meliputi Kabupaten Kutai Kartanegara 4 Kecamatan, Kota Balikpapan dan Kota Samarinda. Kapet Sasamba termasuk dalam lingkup kerjasama regional Asean BIMP EAGA Brunei Darussalam‐Indonesia‐Malaysia‐The Philippines East Asean Growth Area. Lokasi KAPET Sasamba strategis karena berada di garis depan serta dapat menjadi gerbang kerjasama antar negara khususnya negara Sekitarnya. berada dalam jalur ALKI. Produk unggulannya adalah : Industri Pengalengan Nanas, Industri Minyak Goreng, Peternakan Burung Walet, wisata Desa Budaya Pampang, Jembatan Kanopi Bangkiray, Taman Hutan Raya Bukit Soeharto, Hutan Lindung Sungai Wain. Kondisi infrastruktur yang direncanakan akan Gambar 5.8: Aktifitas Pertambangan Batu Bara di KAPET Batulicin Kalsel Sumber : www.kapetbatulicin.com Perkembangan Pola Pemanfaatan Ruang di Wilayah Kalimantan Dalam Mendukung Perekonomian Daerah 96 dibangun adalah Jembatan Teluk Balikpapan, Pembangunan Pelabuhan Palaran, Pembangunan Jalan Arteri Primer Balikpapan‐Samarinda‐Bontang, Proyek Jalur Kereta Api dan Terminal Batubara Kalimantan Timur, Pelabuhan Kariangau. Kawasan industri yang berpotensi untuk dikembangkan adalah Kawasan Industri Api‐api, Kawasan Industri dan Pelabuhan Lepas Pantai Pendingin, Kawasan Industri Kariangau KIK. Pengembangan Kawasan Industri Kariangau merupakan salah satu komponen Rencana Pengembangan Prioritas Kapet sasamba, karena Kawasan Industri Kariangau itu sendiri diibaratkan sebagai jantungnya Kapet Sasamba. Tinjauan Wilayah pengembangan KIK meliputi lahan seluas 5.000 ha yang terdiri dari Kawasan Industri Kariangau yang terdelineasi dan wilayah pengembangannya. KIK sendiri merupakan kawasan pengembangantahap awal dari seluruh wilayah pengembangan KIK. KIK terletak pada lahan seluas 1.548,24 ha. Sedangkan sisanya merupakan kawasan pengembangan tahap berikutnya. Wilayah pengembangan KIK saat ini relatif belum dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi. Sebagian besar lahan masih berupa alang‐alang, semak belukar dan hutan. Penduduk yang memanfaatkan lahan tersebut masih terbatas pada perladangan berpindah. Berdasarkan kondisi fisik saat ini, wilayah ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan industri. Namun, pengembangan ke arah utara harus dibatasi dengan wilayah penyangga karena berbatasan dengan Kawasan Lindung Sungai Wain. Untuk menunjang pengembangan wilayah pengembangan KIK, maka direncanakan jaringan transportasi dengan tiga pintu, yaitu : • Ke arah timur : melalui jaringan jalan darat KM. 13, yang akan menghubungkan wilayah ini dengan jaringan jalan propinsi Balikpapan Samarinda • Ke arah barat : melalui Pelabuhan Teluk waru • Ke arah utara : melalui Pelabuhan Teluk Balikpapan. Ketiga pintu ini akan mendukung Wilayah pengembangan KIK sebagai kawasan industri, yaitu dlm penyediaan bahan baku dari kawasan Sasamba dan sekitarnya, serta dalam pengangkutan hasil industri ke luar wilayah. Kegiatan yang akan berada di KIK dapat digolongkan menjadi 2 kegiatan besar : yaitu kegiatan industri dengan fasilitas pendukungnya sertakegiatan non industri yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan industri yang ada. Beberapa kegiatan non industri yang akan dikembangkan adalah fasilitas akomodasi untuk pengunjung kawasan industri, kegiatan komersial dan jasa, perkantoran, rekreasi serta kegiatan penunjang lainnya yang diharapkan dapat mendukung kegiatan industri yang ada di Kawasan Industri Kariangau. Karena ada 2 kelompok kegiatan dalam kawasan ini, maka komponen kegiatan yang nantinya ada juga dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : Komponen kegiatan industri, dan komponen kegiatan non industri. Berdasarkan analisis jenis industri yang berpotensi untuk dikembangkan, jenis industri yang akan ada di KIK dapat dikelompokkan menjadi kegiatan industri besar, menengah, dan kecil, dengan konsentrasi terbanyak adalah industri besar dan menengah. Selain itu juga akan dilengkapi oleh fasilitas pendukung kegiatan industri seperti Pelabuhan Laut, Pergudangan, Instalasi Pengolahan Limbah, dan fasilitas pemadam kebakaran. Perkembangan Pola Pemanfaatan Ruang di Wilayah Kalimantan Dalam Mendukung Perekonomian Daerah 97 Kegiatan industri merupakan kegiatan‐kegiatan utama yang ada di KIK, direncanakan akan menempati lahan yang cukup luas. Seperti telah diuraikan di atas, kegiatan industri besar dan menengah merupakan jenis kegiatan industri yang dominan dibandingkan dengan industri kecil. Selain itu pembagian industri di kawasan ini juga didasarkan pada jenis produksinya, yaitu industri makanan dan minuman, karet, kayu pengolahan hasil pertanian, industri kimia, industri logam, batubara, dan aneka industri. Industri kimia, batubara dan logam akan lebih diorientasikan untuk pasar di luar Propinsi Kalimantan Timur, sehingga lokasinya akan berada dekat dengan pelabuhan laut yang akan dibangun. Sementara industri pengolahan pertanian yang senagian besar bahan bakunya berasal dari daerah sekitar akan berada di dekat jalan utama kawasan yang menghubungkan kawasan industri ini dengan kota Balikpapan dan daerah‐ daerah lain di sekitarnya. Kegiatan pergudangan, yang akan disediakan berfungsi untuk penyimpanan sementara, baik itu barang hasil produksi maupun bahan baku, sebelum dikirim ke tempat tujuan. Kawasan pergudangan ini akan berada dekat pelabuhan laut, atau bahkan berada dalam satu kawasan dengan pelabuhan laut. Karena berfungsi untuk tempat penyimpanan sementara, maka kawasan pergudangan yang dibangun tidak terlalu luas. Pelabuhan laut, Kawasan industri Kariangau dilengkapi oleh pelabuhan laut untuk angkutan barang, khususnya barang ‐barang hasil produksi. Pelabuhan laut ini dilengkapi dengan peralatan bongkar muat untuk kontainer atau peti kemas, seperti crane dan lapangan penumpukan peti kemas. Selain itu pelabuhan tersebut juga dipersiapkan sebagai pelabuhan ekspor, sehingga akan dilengkapi dengan kantor dokumen ekspor, bea cukai dan fasilitas pendukung kegiatan ekspor lainnya. Pelabuhan Kariangau ini dijelaskan mulai beroperasi pada Februari 2009, dimana pada 24 maret 2009 diadakan penandatanganan Memorandum of Understanding MoU pengoperasioan Pelabuhan Kariangau antara Pemprov Kaltim dan PT Pelabuhan Indonesia Pelindo. Walikota Balikpapan Imdaad Hamid dalam Tribun Kaltim, Balikpapan, Senin, 23 Maret 2009 mengatakan bahwa jika pembangunan pelabuhan selesai akan dilanjutkan pengoperasiannya. Tahap pertama kapasitas pelabuhan panjangnya mencapai 200 meter. Sedangkan pengoperasioan tahap kedua panjangnya mencapai 450 Gambar 5.9: Kawasan Industri Kariangau di KAPET SASAMBA Kaltim sumber http:www.kawasanindustrikariangau Gambar 5.10: Site Plan Kawasan Industri Kariangau Balikpapan, di KAPET SASAMBA Kaltim Perkembangan Pola Pemanfaatan Ruang di Wilayah Kalimantan Dalam Mendukung Perekonomian Daerah 98 meter. Dengan selesainya pembangunan Pelabuhan Kariangau, kegiatan bongkar muat peti kemas yang selama ini dilaksanakan di Pelabuhan Semayang, Balikpapan akan ikut dipindah kesana. Pengoperasian pelabuhan peti kemas akan membuat semakin berkembangnya kawasan industri di Kariangau. Pelabuhan ini otomatis akan mendorong kawasan industri dan menyerap tenaga kerja, namun belum diketahui bentuk kerjasama pengoperasian Pelabuhan Kariangau tersebut. 99 BAB VI. ANALISIS KETERKAITAN EKONOMI ANTARWILAYAH Keterkaitan ekonomi antarwilayah pada kajian ini akan dilihat dari indikasi keterkaitan ekonomi berdasarkan multiplier output inter‐regional secara sektoral maupun spasial, dan indikasi keterkaitan berdasarkan hasil pengolahan data Origin Destination di wilayah Kalimantan. Informasi keterkaitan ekonomi antarprovinsi di dalam dan di luar wilayah Kalimantan berdasarkan Multiplier Output inter‐regional mengacu pada hasil Kajian Prakarsa Strategis, Bappenas 2008, sedangkan informasi keterkaitaninteraksi antarwilayah berdasarkan hasil pengolahan data OD yang menggambarkan pola pergerakan barang dan penumpang yang disajikan melalui Matriks Asal Tujuan dan Garis kehendak Desire Line, serta analisis model gravitasi untuk mengetahui daerah mana saja yang memiliki interaksi kuat, dan memetakan potensi daya dorong pembangkit dan daya tarik dari setiap daerah yang menjadi simpul daerah asal maupun daerah tujuan.

6.1. Analisis Dampak Output Inter‐Regional