Perkembangan Pola Pemanfaatan Ruang di Wilayah Kalimantan Dalam Mendukung Perekonomian Daerah
95
triliun metrik ton. Areal penambangan terdapat di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Satui,
Batulicin, dan Kusan Hulu.
Adapun tambang di Kusan Hulu lebih banyak digali oleh para pengusaha lokal yang
memperoleh izin penambangan dari pemerintah kabupaten. Ada 11 wilayah kuasa
penambangan yang beroperasi. Produksi batu bara rata‐rata 500.000‐700.000 ton per bulan.
Jumlah ini hanya sekitar setengah dari yang bisa dihasilkan kuasa penambangan perusahaan
besar seperti PT Arutmin, per bulannya. Produksi ini memenuhi kebutuhan beberapa
perusahaan pembangkit listrik tenaga uap PLTU di
wilayah Jawa, seperti PLTU Suralaya di Banten dan
PLTU di Jawa Timur, Kalimantan, serta Sulawesi,
termasuk juga pabrik semen atau industri‐industri
yang masih menggunakan batu bara sumber :
diolah dari Moh. Fatkul Maskur, BisnisIndonesia,
http:www.mediacenterkopukm.com, 18
nov 2008.
Jalur tata niaga batu bara di Batulicin sangat bergantung
pada pelabuhan untuk pemasaran antarpulau.
Kondisi pelabuhan di Batulicin, sudah ada
pelabuhan yang berfungsi sebagai pelabuhan peti
kemas, pelabuhan samudra, dan pelabuhan umum
di Kecamatan Batulicin serta Satui. Perusahaan
‐perusahaan tambang swasta umumnya memiliki
pelabuhan sendiri untuk mengapalkan batu
baranya. Bila tidak punya, biasanya mereka menjalin kerja sama dengan perusahaan yang memiliki
pelabuhan. Di Batulicin terdapat tiga pelabuhan swasta khusus batu bara, sedangkan di
Satui ada 16 pelabuhan. Pelabuhan di Satui yang menjadi pintu gerbang pertama arus barang dan
manusia dari Kabupaten Tanah Laut bahkan menjadi sarana vital pelayaran batu bara yang dihasilkan
kabupaten ini. Sadar dengan posisi yang dimiliki Satui, pemerintah daerah ingin menjadikan
daerah ini sebagai sentra industri dan pertambangan. Prospek penambangan di Tanah
Bumbu tidak hanya mengandalkan batu bara, tetapi juga terdapat bijih besi di Kecamatan
Batulicin dan Sungai Loban, penemuan gas alam di Selat dalam Kecamatan Batulicin, sawit
dan karet.
5.4.4. Perkembangan Kinerja dan Produk Unggulan KAPET SASAMBAKaltim
KAPET SASAMBA meliputi Kabupaten Kutai Kartanegara 4 Kecamatan, Kota Balikpapan dan
Kota Samarinda. Kapet Sasamba termasuk dalam lingkup kerjasama regional Asean BIMP
EAGA Brunei Darussalam‐Indonesia‐Malaysia‐The Philippines East Asean Growth Area.
Lokasi KAPET Sasamba strategis karena berada di garis depan serta dapat menjadi gerbang
kerjasama antar negara khususnya negara Sekitarnya. berada dalam jalur ALKI. Produk
unggulannya adalah : Industri Pengalengan Nanas, Industri Minyak Goreng, Peternakan
Burung Walet, wisata Desa Budaya Pampang, Jembatan Kanopi Bangkiray, Taman Hutan Raya
Bukit Soeharto, Hutan Lindung Sungai Wain. Kondisi infrastruktur yang direncanakan akan
Gambar 5.8: Aktifitas Pertambangan Batu Bara di KAPET Batulicin Kalsel
Sumber : www.kapetbatulicin.com
Perkembangan Pola Pemanfaatan Ruang di Wilayah Kalimantan Dalam Mendukung Perekonomian Daerah
96
dibangun adalah Jembatan Teluk Balikpapan, Pembangunan Pelabuhan Palaran,
Pembangunan Jalan Arteri Primer Balikpapan‐Samarinda‐Bontang, Proyek Jalur Kereta Api
dan Terminal Batubara Kalimantan Timur, Pelabuhan Kariangau. Kawasan industri yang
berpotensi untuk dikembangkan adalah Kawasan Industri Api‐api, Kawasan Industri dan
Pelabuhan Lepas Pantai Pendingin, Kawasan Industri Kariangau KIK.
Pengembangan Kawasan Industri Kariangau merupakan salah satu komponen Rencana
Pengembangan Prioritas Kapet sasamba, karena Kawasan Industri Kariangau itu sendiri
diibaratkan sebagai jantungnya Kapet Sasamba. Tinjauan Wilayah pengembangan KIK
meliputi lahan seluas 5.000 ha yang terdiri dari Kawasan Industri Kariangau yang
terdelineasi dan wilayah pengembangannya. KIK sendiri merupakan kawasan
pengembangantahap awal dari seluruh wilayah pengembangan KIK. KIK terletak pada lahan
seluas 1.548,24 ha. Sedangkan sisanya merupakan kawasan pengembangan tahap berikutnya.
Wilayah pengembangan KIK saat ini relatif belum dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi.
Sebagian besar lahan masih berupa alang‐alang, semak belukar dan hutan. Penduduk yang
memanfaatkan lahan tersebut masih terbatas pada perladangan berpindah. Berdasarkan
kondisi fisik saat ini, wilayah ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan industri.
Namun, pengembangan ke arah utara harus dibatasi dengan wilayah penyangga karena
berbatasan dengan Kawasan Lindung Sungai Wain. Untuk menunjang pengembangan wilayah
pengembangan KIK, maka direncanakan jaringan transportasi dengan tiga pintu, yaitu :
• Ke
arah timur : melalui jaringan jalan darat KM. 13, yang akan menghubungkan wilayah
ini dengan jaringan jalan propinsi Balikpapan Samarinda •
Ke arah barat : melalui Pelabuhan Teluk waru
• Ke
arah utara : melalui Pelabuhan Teluk Balikpapan. Ketiga
pintu ini akan mendukung Wilayah pengembangan KIK sebagai kawasan industri, yaitu dlm
penyediaan bahan baku dari kawasan Sasamba dan sekitarnya, serta dalam pengangkutan
hasil industri ke luar wilayah. Kegiatan yang akan berada di KIK dapat digolongkan
menjadi 2 kegiatan besar : yaitu kegiatan industri dengan fasilitas pendukungnya sertakegiatan
non industri yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan industri yang ada. Beberapa
kegiatan non industri yang akan dikembangkan adalah fasilitas akomodasi untuk pengunjung
kawasan industri, kegiatan komersial dan jasa, perkantoran, rekreasi serta kegiatan
penunjang lainnya yang diharapkan dapat mendukung kegiatan industri yang ada di Kawasan
Industri Kariangau. Karena ada 2 kelompok kegiatan dalam kawasan ini, maka komponen
kegiatan yang nantinya ada juga dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : Komponen kegiatan
industri, dan komponen kegiatan non industri. Berdasarkan
analisis jenis industri yang berpotensi untuk dikembangkan, jenis industri yang akan
ada di KIK dapat dikelompokkan menjadi kegiatan industri besar, menengah, dan kecil, dengan
konsentrasi terbanyak adalah industri besar dan menengah. Selain itu juga akan dilengkapi
oleh fasilitas pendukung kegiatan industri seperti Pelabuhan Laut, Pergudangan, Instalasi
Pengolahan Limbah, dan fasilitas pemadam kebakaran.
Perkembangan Pola Pemanfaatan Ruang di Wilayah Kalimantan Dalam Mendukung Perekonomian Daerah
97
Kegiatan industri merupakan kegiatan‐kegiatan utama yang ada di KIK, direncanakan akan
menempati lahan yang cukup luas. Seperti telah diuraikan di atas, kegiatan industri besar dan
menengah merupakan jenis kegiatan industri yang dominan dibandingkan dengan industri
kecil. Selain itu pembagian industri di kawasan ini
juga didasarkan pada jenis produksinya, yaitu
industri makanan dan minuman, karet, kayu
pengolahan hasil pertanian, industri kimia, industri
logam, batubara, dan aneka industri. Industri kimia,
batubara dan logam akan lebih diorientasikan untuk
pasar di luar Propinsi Kalimantan Timur, sehingga
lokasinya akan berada dekat dengan pelabuhan laut
yang akan dibangun. Sementara industri pengolahan
pertanian yang senagian besar bahan bakunya
berasal dari daerah sekitar akan berada di dekat
jalan utama kawasan yang menghubungkan kawasan
industri ini dengan kota Balikpapan dan daerah‐
daerah lain di sekitarnya.
Kegiatan pergudangan, yang akan disediakan berfungsi untuk penyimpanan sementara, baik
itu barang hasil produksi maupun bahan baku, sebelum dikirim ke tempat tujuan. Kawasan
pergudangan ini akan berada dekat pelabuhan laut, atau bahkan berada dalam satu kawasan
dengan pelabuhan laut. Karena berfungsi untuk tempat penyimpanan sementara, maka
kawasan pergudangan yang dibangun tidak terlalu luas.
Pelabuhan laut, Kawasan industri Kariangau dilengkapi oleh pelabuhan laut untuk angkutan
barang, khususnya
barang ‐barang
hasil produksi.
Pelabuhan laut ini dilengkapi dengan peralatan
bongkar muat untuk kontainer atau peti
kemas, seperti crane dan lapangan penumpukan
peti kemas. Selain itu pelabuhan tersebut
juga dipersiapkan sebagai pelabuhan ekspor,
sehingga akan dilengkapi dengan kantor
dokumen ekspor, bea cukai dan fasilitas pendukung
kegiatan ekspor lainnya. Pelabuhan
Kariangau ini dijelaskan mulai beroperasi
pada Februari 2009, dimana pada 24
maret 2009 diadakan penandatanganan Memorandum
of Understanding MoU pengoperasioan Pelabuhan Kariangau antara Pemprov Kaltim
dan PT Pelabuhan Indonesia Pelindo. Walikota Balikpapan Imdaad Hamid dalam Tribun Kaltim,
Balikpapan, Senin, 23 Maret 2009 mengatakan bahwa jika pembangunan pelabuhan selesai
akan dilanjutkan pengoperasiannya. Tahap pertama kapasitas pelabuhan panjangnya mencapai
200 meter. Sedangkan pengoperasioan tahap kedua panjangnya mencapai 450
Gambar 5.9: Kawasan Industri Kariangau di
KAPET SASAMBA Kaltim
sumber http:www.kawasanindustrikariangau
Gambar 5.10: Site Plan Kawasan Industri Kariangau Balikpapan, di KAPET SASAMBA Kaltim
Perkembangan Pola Pemanfaatan Ruang di Wilayah Kalimantan Dalam Mendukung Perekonomian Daerah
98
meter. Dengan selesainya pembangunan Pelabuhan Kariangau, kegiatan bongkar muat peti
kemas yang selama ini dilaksanakan di Pelabuhan Semayang, Balikpapan akan ikut dipindah
kesana. Pengoperasian pelabuhan peti kemas akan membuat semakin berkembangnya
kawasan industri di Kariangau. Pelabuhan ini otomatis akan mendorong kawasan industri dan
menyerap tenaga kerja, namun belum diketahui bentuk kerjasama pengoperasian Pelabuhan
Kariangau tersebut.
99
BAB VI.
ANALISIS KETERKAITAN EKONOMI
ANTARWILAYAH
Keterkaitan ekonomi antarwilayah pada kajian ini akan dilihat dari indikasi keterkaitan
ekonomi berdasarkan multiplier output inter‐regional secara sektoral maupun spasial, dan
indikasi keterkaitan berdasarkan hasil pengolahan data Origin Destination di wilayah
Kalimantan. Informasi keterkaitan ekonomi antarprovinsi di dalam dan di luar wilayah
Kalimantan berdasarkan Multiplier Output inter‐regional mengacu pada hasil Kajian
Prakarsa Strategis, Bappenas 2008, sedangkan informasi keterkaitaninteraksi antarwilayah
berdasarkan hasil pengolahan data OD yang menggambarkan pola pergerakan barang dan
penumpang yang disajikan melalui Matriks Asal Tujuan dan Garis kehendak Desire Line,
serta analisis model gravitasi untuk mengetahui daerah mana saja yang memiliki interaksi
kuat, dan memetakan potensi daya dorong pembangkit dan daya tarik dari setiap daerah
yang menjadi simpul daerah asal maupun daerah tujuan.
6.1. Analisis Dampak Output Inter‐Regional