Kesehatan Reproduksi TINJAUAN PUSTAKA

angka kejadian mencapai 80-90 dari total kejadian di dunia. Penularan lebih mudah terjadi apabila terdapat lesi penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan jaringan seperti herpes genetalis, sifilis, genorea, klamidia, kankroid dan trikomonalis. Risiko pada seks anal lebih besar dibandingkan seks pervagina. b. Kontak langsung dengan darah atau produk darah atau jarum suntik 1 Transfusi darah atau produk darah yang tercemar HIV, risikonya sangat tinggi hingga mencapai 90. Ditemukan sekitar 3-5 dari total kejadian di dunia. 2 Pemakaian jarum yang tidak steril atau pemakaian bersama jarum suntik pada pengguna narkoba suntik. Risiko kejadian mencapai 0,5-1 dan terdapat 5-10 dari total kejadian di dunia. 3 Penularan lewat kecelakaan, seperti tertusuk jarum pada petugas kesehatan, risikonya kurang dari 0,5 dan telah terdapat kurang dari 0,1 dari total kejadian di dunia. c. Terjadinya penularan secara vertikal, melalui ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selama hamil, saat melahirkan atau setelah melahirkan. Risiko kejadian sekitar 25-40 dan terdapat 0,1 dari total kejadian di dunia Notoatmodjo, 2007.

3. Penanganan HIV

Sampai saat ini belum ada obat yang mampu mengobati HIV secara total dari tubuh pengidapnya. Obat-obat yang dipakai adalah obat antiretroviral ARV dan obat profilaksis infeksi. Obat antiretroviral ARV adalah obat yang digunakan untuk menghambat perkembangan virus Astuti, 2008.

4. Cara Pencegahan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencegahan infeksi HIV diantaranya adalah sebagai berikut Astuti, 2008: Pencegahan penularan melalui hubungan seksual memegang peranan penting. Oleh karena itu setiap orang perlu memiliki perilaku seksual yang aman dan bertanggung jawab, yaitu serangkaian upaya yang sering disebut dengan strategi A,B,C,D,E: a. Abstinence yaitu tidak melakukan hubungan seksual b. Be faithful yaitu selalu setia terhadap pasangan

c. Condom yaitu menggunakan pengaman saat melakukan hubungan yang

tidak aman atau berisiko

d. Don’t inject yaitu tidak melakukan penyalahgunaan Napza sama sekali

terutama yang disuntikkan, termasuk selalu menggunakan jarum steril untuk tindik, tato dan akupuntur.

e. Education yaitu selalu berusaha mendapatkan informasi yang edukatif dan

benar tentang bahaya HIVAIDS, kesehatan reproduksi dan Napza.