commit to user 40
tidak akan menghasilkan bentuk bebas, dan pemajemukan dengan am- juga tidak
memungkinkan. Pradasar
adalah bentuk
yang membutuhkan
pengimbuhan dan pengklitikan atau pemajemukan untuk menjadi bentuk bebas. Misalnya, morfem ajar berupa pradasar. Morfem ini dapat menjadi bebas
melalui pengimbuhan misalnya dalam mengajar, belajar, dan lain sebagainya, dapat juga melalui pengklitikaan, misalnya dalam kami ajar, saya
ajar, dan sebagainya, dan dapat juga dengan pemajemukan misalnya dalam kurang ajar.
Kemudian, morfem dasar tidak selalu berupa monomorfemis. Sebagai misal kata berpengalaman, terdiri atas pangkal polimorfemis pengalaman
diimbuhi ber-, tetapi pangkal itu sendiri adalah polimorfemis dan dapat dibagi lagi atas pangkal monomorfemis alam ditambahi imbuhan terbagi pen- -an.
Atau dengan contoh yang lain, seperti bentuk pradasar berikut, yaitu: ajar. Adapun kemungkinan-kemungkinan pengimbuhan yang dapat muncul adalah
sebagai berikut:
belajar, pelajar,
mengajar, pengajar,
mengajari, mengajarkan, mempelajari, diajar, diajari, diajarkan, kuajar, kuajari,
kuajarkan, kauajar, dan lain sebagainya.
6. Morfem afiks
Morfem aditif additive morpheme merupakan konsep yang mencakup dasar, prefiks, sufiks, infiks, suprafiks, konfiks, simulfiks, dan pengulangan
Kridalaksana, 2008:157.
commit to user 41
Selanjutnya, Kridalaksana 1985:19 menjelaskan bahwa dalam bahasa Indonesia dikenal jenis-jenis afiks yang secara tradisional diklasifikasikan atas
tujuh macam sebagai berikut. a.
Prefiks adalah afiks yang diletakkan di muka bentuk dasar. Contoh: meN-,
di-, ber-, ke-, ter-, se-, peN-, dan pe-per.
b. Infiks adalah afiks yang diletakkan di dalam bentuk dasar. Contoh: -el-,
-er-, dan –em-. c.
Sufiks adalah afiks yang diletakkan di belakang bentuk dasar. Contoh: -kan, -i, -nya, -wati, -wan, -isme, dan –isasi.
d. Simulfiks adalah afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental
yang dileburkan pada bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia simulfiks dimanifestasikan dengan nasalisasi dari fonem pertama suatu bentuk dasar
dan fungsinya ialah memverbalkan nomina, ajektiva, atau kelas kata lain. Contoh berikut terdapat dalam bahasa Indonesia tidak baku: kopi-ngopi,
soto-nyoto, sate-nyate, kebut-ngebut. e.
Kombinasi afiks adalah kombinasi dari dua afiks atau lebih yang dihubungkan dengan sebuah bentuk dasar. Afiks ini bukan jenis afiks yang
khusus dan hanya merupakan gabungan beberapa afiks yang mempunyai bentuk dan makna gramatikal tersendiri, digabungkan secara simultan pada
bentuk dasar. Contoh: 1 memperkatakan
sebuah bentuk dasar dengan kombinasi tiga afiks: dua prefiks dan satu sufiks;
commit to user 42
2 mempercayakan sebuah bentuk dasar dengan kombinasi dua
afiks: satu prefiks dan satu sufiks. Dalam bahasa Indonesia kombinasi afiks yang dikenal ialah
me-…-kan, me-…-i, memper-…-kan, memper-…-i, ber-…-kan, ter-…-kan, pe-…-an, dan se-…-nya.
Selanjutnya, kombinasi afiks dikenal juga dengan nama afiks gabung yaitu beberapa afiks yang terdapat dalam satu kata jadi misalnya:
berkewarganegaraan nomina dasar: warga dan negara
ke-warga-negara-an konfiks: ke-an
kewarga-negaraan prefiks: ber-
ber- disini: ber- ke-an adalah afiks gabung.
f. Konfiks adalah afiks yang terdiri dari dua unsur, satu di muka bentuk dasar dan satu di belakang bentuk dasar, dan berfungsi sebagai satu morfem
terbagi. Konfiks harus dibedakan dengan kombinasi afiks. Konfiks adalah satu morfem dengan satu makna gramatikal. Greenberg 1966
menggunakan istilah ambifiks untuk morfem ini. Istilah lain untuk gejala ini adalah sirkumfiks. Istilah dan konsep konfiks sudah lama dikenal dalam
linguistik dan pernah dikenalkan oleh Knobloch 1961:57 dan Akhmanova 1966:423.
Dalam bahasa Indonesia ada empat konfiks, yaitu ke-…-an, peN-…-an, per-…-an, dan ber-…-an, yang terlihat dalam contoh berikut.
1 Keadaan dasarnya adalah ada. Kita tidak mengenal bentuk adaan, atau keada. Jadi, ke-…-an di sini merupakan sebuh konfiks.
commit to user 43
2 Pengiriman kita jumpai konfiks peN-…-an. Juga kita temukan bentuk pengirim dan kiriman. Jadi, peN-…-an dalam pengiriman mempunyai
makna gramatikal tersendiri. 3 Persahabatan, per-…-an adalah sebuah konfiks. Sahabat adalah bentuk
dasarnya, sedangkan bentuk persahabat dan sahabatan tidak ditemukan. Jadi, bentuk per-…-an mempuyai makna gramatikal
tersendiri. 4 Bertolongan, ber-…-an merupakan konfiks, tetapi ber-…-an dalam
berpajangan bukan konfiks karena proses pembentukannya berbeda. Proses ber-…-an dalam berpajangan ialah ber+pajangan, sedangkan
dalam bertolongan prosesnya ialah ber-…-an + tolong. Ber- mengandung makna ‘mempunyai’, sedangkan ber-…-an mengandung
makna ‘resiprokal’. g. Superfiks atau suprafiks adalah afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri
suprasegmental atau
afiks yang
berhubungan dengan
morfem suprasegmental. Afiks ini tidak ada dalam bahasa Indonesia.
Proses afiksasi bukanlah hanya sekedar perubahan bentuk saja. Sebenarnya, ada pula perubahan makna gramatikal karena afiks adalah bentuk
yang sedikit banyak mengubah makna gramatikal bentuk dasar. Proses yang lengkap:
ajar- belajar- pelajar
pelajaran mengajar
pengajar pengajaran
tinju bertinju petinju
meninju peninju
commit to user 44
Proses dengan rumpang:
juang berjuang
pejuang menjuang
pejuang suruh
menyuruh penyuruh
bersuruh pesuruh
Bentuk bersuruh ini tidak ada dalam bahasa Indonesia, tetapi ada antara lain dalam dialek Melayu Riau Daratan. Dalam bahasa Indonesia kini
masih terdapat bentuk-bentuk ber- yang berfungsi seperti itu, tetapi terbatas jumlahnya, yaitu batu bersurat, beras bertumbuk, dan dalam peribahasa
“Gayung bersambut, kata berjawab”. Dari kejadian kata itu tampak bahwa tidak semua matriks terisi.
Adanya rumpang dalam pola itu, di samping kesahihan sistem yang disokong oleh proses morfofonemis yang dialami oleh bentuk itu masing-masing, harus
diterima sebagai kenyataan dalam bahasa Indonesia. Di samping itu, adanya rumpang itu dapat dianggap sebagai potensi pembentukan kata yang dapat
dikembangkan lebih jauh.
Sementara itu, adapun beberapa pembagian afiks dalam BBA, yaitu :
1 Prefiks, yang diimbuhkan di sebelah kiri dasar dalam proses yang disebut prefiksasi. Contohnya: kata dasar potuk [p¿tuk] ‘pukul’ menjadi mamotuk
[mam¿tuk] ‘memukul’, mengalami prefiksasi yang berupa prefiks nasal {maN-}. Fonem p pada kata dasar luluh karena adanya proses nasalisasi.
2 Sufiks, yang diimbuhkan di sebelah kanan dasar dalam proses yang disebut sufiksasi. Contohnya: kata dasar ela [ela] ‘ambil’ menjadi elai
[elaI] ‘ambili’, mengalami sufiksasi yaitu sufiks {-i}. 3 Infiks, yang diimbuhkan dengan penyisipan di dalam dasar itu, dalam
proses yang namanya infiksasi. Contohnya: kata dasar baen [baen] ‘bikin’
commit to user 45
menjadi binaen [binaen] ‘dibikindibuat’, mengalami infiksasi yaitu infiks {-in-}.
4 Konfikssimulfiksambifikssirkumfiks, yang diimbuhkan untuk sebagian di sebelah kiri dasar dan untuk sebagian di sebelah kanannya, dalam
proses yang dinamai konfiksasisimulfiksasiambifiksasisirkumfiksasi. Namun dalam penelitian ini istilah yang digunakan adalah konfiks dan
konfiksasi saja. Contohnya: kata dasar suan [suw¿n] ‘tanam’ menjadi manyuani [maøuw¿ni] ‘menanami’, mengalami konfiksasi yaitu konfiks
{maN-i}.
7. Morfologi Infleksional dan Morfologi Derivasional