Latar Belakang Masalah SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI DASAR VERBA

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Batak Angkola selanjutnya BBA adalah salah satu bahasa Nusantara yang sudah mulai mengalami pergeseran dalam pemakaiannya. Hal itu disebabkan oleh adanya budaya merantau dan datangnya para perantau dari daerah lain yang mau tidak mau secara langsung ataupun tidak langsung membawa perubahan budaya dan bahasa bagi masyarakat itu sendiri baik di kota maupun di desa. Di samping itu, walaupun para orang tua masih menggunakan BBA dalam kehidupan sehari-hari, ternyata akibat era globalisasi kecenderungan para orang tua untuk lebih mengajarkan bahasa Indonesia atau bahasa asing kepada para generasi penerusnya lebih besar daripada mengajarkan BBA, dengan tujuan agar para generasi penerus ini dapat mengikuti perkembangan zaman yang sudah semakin canggih. Di satu sisi, sikap para orang tua ini berdampak positif karena dilandasi rasa ingin maju, tetapi di sisi lain sangat disayangkan sekali karena tanpa disadari sikap para orang tua yang demikian dapat membuat penggunaan BBA semakin lama semakin berkurang dan akhirnya bahasa daerah ini bisa punah. Hal ini tidak boleh terjadi, karena BBA merupakan warisan sejarah yang sudah turun-temurun berperan sebagai alat komunikasi yang signifikan antarmasyarakat Batak Angkola. Alangkah baiknya apabila masyarakat Batak Angkola mau menyadari dan mau bersama-sama menjaga dan melestarikan bahasa daerah ini. Setidaknya, 1 commit to user 2 walaupun tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari karena faktor situasional, masyarakat dapat menggunakannya dalam keluarga atau ketika bertemu sanak saudara karena itu merupakan sebuah ciri dan kebanggaan bagi bangsa Indonesia khususnya bagi masyarakat Batak Angkola tersebut. Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin ikut berperan serta dalam pelestarian BBA dengan membuat penelitian mengenai sistem verba BBA yang bertujuan agar masyarakat Batak Angkola baik para orang tua maupun generasi muda dapat mempelajari BBA. Selanjutnya, penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi masyarakat guru bahasa, masyarakat linguistik, dan masyarakat umum yang ingin mengetahui dan menambah wawasan tentang BBA. Senada dengan pernyataan di atas, Harahap 2007:ii menyatakan bahwa Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang dalam rangka melestarikan budaya daerah sebagai bagian dari budaya nasional. Ginting 1997:2 menekankan dalam UUD 1945 bab XV ayat 1 dan 2 dipaparkan bahwa bahasa-bahasa daerah masih dipakai sebagai alat perhubungan dan alat komunikasi yang hidup, dihargai dan dipelihara oleh negara. Hal ini dikarenakan bahasa daerah itu adalah bahagian dari kebudayaan nasional yang tetap hidup dan berkembang. Dengan demikian, bahasa daerah itu adalah pendukung kebudayaan serta menjadi lambang identitas daerah yang turut menunjang pembinaan bahasa nasional. Berlandaskan pernyataan-pernyataan di atas diharapkan pelaksanaan sosialisasi dari pelestarian BBA ini akan lebih mudah dan terbuka. commit to user 3 BBA merupakan bagian dari jenis bahasa suku Batak yang terdapat di Sumatera Utara. Menurut Hutahuruk 1987:6 suku Batak itu mempunyai tujuh sub suku: Toba, Dairi, Angkola, Mandailing, Campuran, Karo dan Simalungun. Adapun pembagian tempat tinggalnya adalah sebagai berikut: 1 Daerah Kabupaten Tapanuli Utara a. Orang Batak Toba berada di pulau Samosir Pangururan; sekitar Danau Toba Balige; tanah datar Humbang Siborong-borong; dan lembah Silindung Tarutung. b. Orang Batak Dairi di tanah Pakpak dengan kota Sidikalang. 2 Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan a. Orang Batak Angkola berada di sekitar Padangsidimpuan, Sipirok dan Gunung Tua; b. Orang Mandailing berada di sekitar Panyabungan, Natal dan Muara Sipongi. 3 Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah Pesisir Di daerah ini yang tinggal adalah pertemuan orang Batak Toba mayoritas dengan orang Batak Angkola dan orang pendatang dari luar suku Batak; terdapat di daerah pantai dari Sibolga sampai Barus. 4 Daerah Kabupaten Karo, Sumatera Timur adalah tempat tinggal orang Batak Karo Kabanjahe. 5 Derah Kabupaten Simalungun, Sumatera Timur adalah tempat tinggal orang Batak Simalungun Pematangsiantar. commit to user 4 Tarigan dalam Hasibuan 1972:6 membagi bahasa-bahasa Batak sebagai berikut: 1. Angkola 2. Karo 3. Mandailing 4. Pakpak 5. Simalungun 6. Toba Tinggibarani 2008:1 menyatakan bahwa bahasa Angkola adalah salah satu bahasa di daerah Tapanuli bahagian Selatan, yang dipergunakan sehari-hari oleh masyarakat Marancar, Angkola, Sipirok, PadangbolakPadanglawas, Barumun-Sosa, dan dapat dimengerti oleh penduduk daerah kabupaten Mandailing Natal, dengan dialek atau logat yang berbeda. Hasibuan 1972:14 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat Angkola ialah orang-orang yang masih terikat dengan kebudayaan Angkola dalam hidupnya sehari-hari dan memakai bahasa Angkola sebagai bahasa ibunya. Kemudian, Siregar dan Nasution dalam Hasibuan 1972:14-15 menjelaskan bahwa daerah yang memakai bahasa Angkola meliputi kecamatan Padangsidimpuan, kecamatan Sipirok, kecamatan Batangtoru, kecamatan Batang Angkola, kecamatan Sosopan, kecamatan Padangbolak dan kecamatan Barumun Tengah. commit to user 5 Gambar 1. Peta Kabupaten Tapanuli Selatan Gambar peta Kabupaten Tapanuli Selatan di atas menunjukkan batas wilayah antara daerah Angkola dan daerah Batak lainnya. Daerah Angkola berada di antara daerah Mandailing dan daerah Toba sehingga BBA mendapat pengaruh dari bahasa Batak Angkola dan bahasa Batak Toba, baik dalam penulisan, pengucapan, dan perbendaharaan kata. Walaupun demikian, BBA adalah tetap bahasa yang berdiri sendiri. Situs profil daerah kabupaten Tapanuli Selatan menyatakan bahwa penduduk kabupaten Tapanuli Selatan atau penduduk Angkola berjumlah 629,212 jiwa. Berdasarkan jumlah penduduk ini dapat dilihat bahwa sebenarnya masih terdapat potensi yang besar dalam mengembangkan dan melestarikan BBA ini. Penelitian tentang BBA memang sudah mengalami perkembangan, mulai dari masalah tata bahasa sampai pada budayanya. Namun sangat commit to user 6 disayangkan penelitian tentang sistem pembentukan verba masih kurang mendapat perhatian. Chafe 1973:10 yang menyatakan bahwa struktur semantik dibentuk dari verba sebagai pusatnya, yang kemudian disertai nomina yang berhubungan dengannya. Dalam hal ini, verba memiliki peranan yang penting dalam struktur semantik karena verba merupakan inti informasi dari suatu tuturan dalam berkomunikasi. Pernyataan ini senada dengan Alwi, dkk., 2003 yang menjelaskan bahwa verba merupakan unsur yang sangat penting dalam kalimat karena dalam kebanyakan hal verba berpengaruh besar terhadap unsur-unsur lain yang harus atau boleh ada dalam kalimat tersebut. Berdasarkan pernyataan di atas peneliti tertarik untuk meneliti sistem pembentukan verba BBA dari dasar verba. Penelitian ini hanya fokus pada masalah morfologi mengenai afiks-afiks derivasional dan infleksional pembentuk verba dari dasar verba BBA yang nantinya akan menghasilkan sistem pembentukan verba BBA kelas I dan kelas II dalam paradigma I.

B. Perumusan Masalah