Penjenisan Kata Bahasa Indonesia Secara Umum

commit to user 9 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

A. Landasan Teori

Penulis menguraikan beberapa landasan teori dan kajian pustaka untuk memberi gambaran tentang uraian penelitian ini dan juga beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya.

1. Penjenisan Kata Bahasa Indonesia Secara Umum

Secara umum kata dalam Bahasa Indonesia terdiri atas beberapa jenis. Alwi, dkk., 2003 memaparkan bahwa kata dapat dibagi menjadi sepuluh jenis yaitu verba, ajektiva, adverbia, nomina, pronomina, numeralia, kata tugas, interjeksi, artikula, dan partikel penegas. Kesepuluh jenis kata ini memiliki peran yang berbeda penerapannya di dalam kalimat yang dapat dilihat sebagai berikut: a. Verba merupakan unsur yang sangat penting dalam kalimat karena verba berpengaruh besar terhadap unsur-unsur lain yang harus atau boleh ada dalam kalimat tersebut. Contoh: lari, belajar, dan seterusnya. b. Ajektiva adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Contoh: baik, rajin, pintar, putih dan seterusnya. c. Adverbia adalah kata yang menjelaskan verba, ajektiva, atau adverbia lain. Contoh: sangat, selalu, hampir, hanya, dan seterusnya. 9 commit to user 10 d. Nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Contoh: guru, kucing, meja, kebangsaan, dan seterusnya. e. Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain. Contoh: saya, kamu, dia, mereka, dan seterusnya. f. Numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya maujud orang, binatang, atau barang dan konsep. Contoh: lima hari, setengah abad, orang ketiga, beberapa masalah, dan seterusnya. g. Kata tugas hanya mempunyai arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Arti suatu kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, melainkan oleh kaitannya dengan kata lain dalam frasa atau kalimat. Contoh: dan, ke, karena, dari, dan seterusnya. h. Interjeksi adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara. Contoh: ayo, mari, aduh, nah, dan seterusnya. i. Artikula adalah kata tugas yang membatasi makna nomina, seperti: yang bersifat gelar, yang mengacu ke makna kelompok, dan yang menominalkan. Contoh: sang, hang, si, dan seterusnya. j. Partikel penegas meliputi kata yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang mengiringinya. Contoh: -kah, -lah, -tah, dan pun. commit to user 11 Selanjutnya, Kridalaksana, dkk., 1985 membagi kategorisasi kata sebagai berikut: a. Nomina adalah kategori gramatikal yang tidak dapat bergabung dengan tidak. b. Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina. c. Ajektiva adalah kategori kata yang ditandai oleh 1 kemungkinannya didampingi partikel seperti lebih, sangat, dan agak, atau 2 ciri-ciri morfologis, seperti -if dalam sensitif, dan –i dalam alami. Secara semantis, ajektiva mengungkapkan makna keadaan suatu benda. d. Numeralia adalah kategori gramatikal yang tidak bergabung dengan tidak tapi dapat bergabung dengan nomina, seperti dalam dua guru. Istilah numeralia dipakai menyatakan konsep sintaksis yang mewakili bilangan yang terdapat dalam alam di luar bahasa. e. Verba adalah kategori gramatikal yang dalam konstruksi mempunyai kemungkinan diawali dengan kata tidak, tidak mungkin diawali dengan kata di, ke, dari, dan tidak mungkin diawali dengan prefiks ter- ‘paling’. Secara semantis, verba mengungkapkan makna perbuatan, proses, atau keadaan. f. Adverbia adalah kategori yang mendampingi kategori verba, ajektiva, numeralia, adverbia, dan proposisi. g. Preposisi adalah partikel yang berfungsi menghubungkan kata atau frase sehingga berbentuk frase eksosentris. commit to user 12 h. Interogativa adalah kategori dalam kalimat interogatif yang berfungsi menggantikan sesuatu yang ingin diketahui oleh pembicara atau mengukuhkan apa yang telah diketahui oleh pembicara. i. Demonstrativa adalah kategori yang berfungsi untuk menunjukkan anteseden. j. Konjungsi adalah kategori yang berfungsi meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis. Konjungsi menghubungkan bagian-bagian ujaran yang setataran ataupun yang tidak setataran. k. Interjeksi bertugas mengungkapkan perasaan pembicara dan secara sintaktis tidak berhubungan dengan kata-kata lain dalam sebuah kalimat. l. Kategori fatis bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Kategori fatis ini tidak dapat diucapkan dalam monolog. Kategori fatis ini biasanya terdapat dalam konteks dialog atau wawacara bersambutan, yaitu kalimat-kalimat yang diucapkan oleh pembicara dan kawan bicara. m. Pertindihan kelas kategori, contoh: 1 Sapi saya mati kemarin. mati sebagai verba intransitif. 2 Mati itu bukan akhir segalanya. mati sebagai nomina. 3 Ini harga mati. mati sebagai ajektiva. Pendapat para ahli di atas menunjukkan bahwa penjenisan kata secara umum dalam bahasa Indonesia masih belum seragam. Hal ini terjadi karena penjenisan itu tergantung pada sudut pandang bagaimana membagi jenis kata tersebut secara umum. Dengan demikian, pembagian jenis kata ini commit to user 13 dapat dimanfaatkan sesuai fungsinya pada saat dibutuhkan. Dalam penelitian ini, Peneliti hanya akan fokus pada jenis kata verba saja.

2. Verba dalam Bahasa Indonesia dan Ciri-cirinya