commit to user 30
11. Hata piopio kata seru adalah kata seru yang mengandung seruan, misalnya:
O = Oh Hai, seperti: o anggi = hai adikku Ile baya = aduhai, amboi, seperti: ile baya, nada be da be = aduhai,
apa boleh buat, dan seterusnya. 12. Hata etongan kata bilangan yaitu kata-kata yang menunjukkan
bilangan, misalnya: sada = satu
dua = dua tolu = tiga, dan seterusnya.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, secara umum dapat dilihat bahwa jenis kata verba terdiri dari verba monomorfemis dan verba
polimorfemis. Verba monorfemis terdiri dari transitif dan intransitif seperti verba kehe ‘pergi’, tolap ‘tiba’, gadis ‘jual’, dst. Verba polimorfemis dapat
dibentuk dari afiksasi, perulangan, dan majemuk. Namun dalam penelitian ini yang akan dianalisis hanya verba polimorfemis yang dibentuk dari
afiksasi saja.
3.1 Ciri-ciri Verba Bahasa Batak Angkola
Verba dalam BBA memiliki ciri-ciri umum yang hampir sama dengan ciri-ciri verba dalam Bahasa Indonesia. Verba kata kerja merupakan salah
satu kategori yang memiliki peranan penting dalam bahasa. Verba bisa berkembang. Sebuah verba dasar dapat menghasilkan verba-verba turunan
commit to user 31
melalui penambahan afiks atau dengan kata lain disebut dengan proses morfemis. Ini adalah salah satu keistimewaan verba, karena setiap verba yang
mengalami penambahan afiks akan mengalami perubahan nosi. Verba
memiliki makna yang mengacu pada aksi seperti perintah.
Selanjutnya, verba dapat dikenali berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya. Alwi, dkk. 2003:87-88 menyatakan bahwa ciri-ciri verba dapat
diketahui dengan mengamati perilaku semantik, perilaku sintaksis, dan bentuk morfologisnya. Namun, secara umum verba dapat diidentifikasi dan dibedakan
dari kelas kata yang lain, terutama dari ajektiva, karena ciri-ciri sebagai berikut.
a Verba memiliki fungsi utama sebagi predikat atau sebagai inti predikat dalam kalimat walaupun dapat juga mempunyai fungsi lain. Contoh:
27 Pencuri itu lari. ‘Marlojong panangko i’
Marlojong [marl¿j¿N] ‘berlari’, panangko [panaNko] ‘pencuri’, i [i] ‘itu’
28 Mereka sedang belajar di kamar. ‘Dompak marsiajar halahi di bilik’
Dompak [d¿mpa] ‘sedang’, marsiajar [marsiajar] ‘belajar’, halahi [halahi] ‘mereka’, di [di] ‘di’, bilik [bIlI] ‘kamar’
29 Bom itu seharusnya tidak meledak. ‘Samustina bom i inda mapultak’
Samustina [samùstIna] ‘semestinya’, bom [b¿m] ‘bom’, i [i] ‘itu’,
inda [inda] ‘tidak’, mapultak [mapùlta] ‘meledak’. 30 Orang asing itu tidak akan suka masakan Indonesia. ‘Nangkan giot
halak asing i masakan ni Indonesia’
commit to user 32
Nangkan [naNkan] ‘tidak akan’, giot [gIot] ‘mausuka’, halak [hala] ‘orang’, asing [asIN] ‘asing’, i [i] ‘itu’, masakan
[masakan] ‘masakan’, ni [ni] ‘dari’, Indonesia [ind¿nesia] ‘Indonesia’.
Bagian yang dicetak miring pada kalimat-kalimat di atas adalah predikat, yaitu bagian yang menjadi pengikat bagian lain dari kalimat
itu. Selanjutnya, dalam sedang belajar ‘dompak marsiajar’ dompak
‘sedang’ – marsiajar ‘belajar’à marsi- ‘ber-’ + ajar ‘ajar’, tidak
meledak ‘inda mapultak’ inda ‘tidak’ – mapultak ‘meledak’ à ma- ‘me-’ + pultak ‘ledak’, dan tidak akan suka ‘nangkan giot’ nangkan
‘tidak akan’ – giot ‘suka’, verba belajar ‘marsiajar’ , meledak ‘mapultak’ dan suka ‘giot’ berfungsi sebagai inti predikat.
b Verba mengandung makna inheren perbuatan aksi, proses, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas. Contohnya maridi ‘mandi’, madabu ‘jatuh’,
mapultak ‘meledak’. c Verba, khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks ter-
yang berarti ‘paling’. Verba seperti mati ‘mate’ atau suka ‘giot’, misalnya,
tidak dapat diubah menjadi termati ‘tarmate’ atau tersuka ‘targiot’. d
Pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna kesangatan. Tidak ada bentuk seperti agak belajar
‘tarmarsiajar’, sangat pergi ‘sangat kehe’, dan bekerja sekali ‘markarejo situtu’ meskipun ada bentuk seperti sangat berbahaya ‘sangat
commit to user 33
marbahaya’, agak
mengecewakan ‘tar
mangacewaon’, dan
mengharapkan sekali ‘amana harop’.
e Verba BBA biasanya terletak di awal subjek dalam kalimat. Misalnya:
31 marsiajar halalai di sikola [marsiajar halalai di sik¿la] ‘Mereka belajar di sekolah’. Marsiajar adalah verba, halalai adalah mereka, di
sikola adalah keterangan. Namun, dalam penerjemahannya menjadi ‘Belajar mereka di sekolah’, dan untuk penerjemahan yang lebih baik
untuk dimengerti adalah ‘Mereka belajar di sekolah’. Tetapi, verba BBA juga sering terletak setelah subjek. Seperti 32 Ia marlojong [ia
marl¿j¿N] ‘Dia berlari’. Ia adalah subjek, dan marlojong adalah verba. Dengan demikian, letak SV atau VS sama-sama digunakan dalam
kehidupan sehari-hari oleh masyarakat Angkola. Penggunaannya tidak bisa dipastikan kapan tepatnya harus SV atau VS karena tuturan itu keluar
secara alami saja. Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, penelitian ini
mengkhususkan pada
verba dasar
agar lebih
mudah dalam
pengklasifikasian dan pengidentifikasian verba yang transitif dan intransitif. Sehingga perumusan sistem pembentukan verba BBA dari
morfem dasar ini akan lebih terarah pelaksanaannya.
4. Morfem, Morf, dan Alomorf