Pengaruh Industri terhadap Guna Lahan Kondisi Sosial Ekonomi Dalam Industri

commit to user 23

C. Pengaruh Industri terhadap Guna Lahan

Pengertian lahan adalah tanah yang sudah ada peruntukannya dan umumnya ada pemiliknya. Sedangkan tata guna lahan adalah pengaturan pemanfaatan lahan atau metode pengaturan penggunaan lahan secara legal guna melindungi hak-hak masyarakat terhadap kesehatan, keamanan dan kesejahteraan Jayadinata. Guna Lahan dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan Wilayah. 1990:10. Menurut Canter Dikutip dalam Chafid Fandelli. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. 1992:146, tata guna lahan diklasifikasikan untuk pertanian, perdagangan, industri, rekreasi, permukiman dan hutan. Menurut Saefulhakim dan Nasoetion 1995, penggunaan lahan atau land use diartikan sebagai setiap bentuk intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Soerjono Soekanto 1990, pembangunan industri di wilayah perdesaan akan sangat berpengaruh terhadap penggunaan lahan yang ada di wilayah perdesaan. Wilayah perdesaan yang identik dengan lahan pertanian akan mengalami penurunan luas lahan akibat meningkatnya kebutuhan lahan industri untuk membangun kawasan operasi industri. Pembangunan lahan untuk industri secara langsung akan menyebabkan perubahan pola guna lahan perdesaan yaitu yang semula merupakan lahan pertanian maka berubah menjadi lahan non pertanian. Perubahan guna lahan ini tentunya akan diikuti oleh dampak ikutan industri seperti kebutuhan akan fasilitas jalan serta fasilitas pendukung lainnya.

D. Pengaruh Ekonomi dalam Industri.

Dalam Gunarwan Suratmo. Analisis Mengenai Dampak lingkungan. 1995:109, pengaruh aktivitas industri terhadap ekonomi yaitu: terbukanya lapangan kerja sehingga menyerap tenaga kerja, berkembangnya aktivitas commit to user 24 industri, peningkatan pendapatan keluarga. Indikator pengaruh adanya industri terhadap ekonomi yaitu sebagai berikut :

1. Tingkat Pendapatan

Apabila terjadi perubahan pendapatan maka dapat diketahui sumbangan keberadaan industri terhadap pendapatan tenaga kerja baik pengusaha maupun buruh atau pegawai. Tingkat pendapatan dapat menentukan suatu keluarga dapat dikatakan miskin atau sejahtera. Menurut laporan PBB, terdapat 12 komponen kebutuhan dasar, yaitu kesehatan, makanan dan gizi, pendidikan, kondisi pekerjaan, situasi kesempatan kerja, konsumsi dan tabungan, pengangkutan, perumahan, sandang, rekreasi dan hiburan, jaminan sosial, serta kebebasan. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN menerapkan ukuran kemiskinan dengan pendekatan kesejahteraan keluarga. Kesejahteraan Keluarga dapat dibagi dalam beberapa kategori yaitu: a. Kategori Miskin 1 Pra sejahtera Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari lima kebutuhan dasarnya basic needs seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan. Luas lantai per anggota keluarga kurang dari 6 m 2 . Dalam seminggu belum tentu mengkonsumsi daging telursusu. 2 Kurang Sejahtera Adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi sebagian lima kebutuhan dasarnya. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 dua kali sehari atau lebih hanya mengkonsumsi dagingtelor susu sekali dalam seminggu. Hanya membeli satu stel pakaian dalam setahun. Luas lantai per orang antara 6-7 m 2 . commit to user 25 b. Kategori Sejahtera atau Tidak Miskin Adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi lima kebutuhan dasarnya. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 dua kali sehari atau lebih dengan mengkonsumsi dagingtelursusu, lebih dari sekali dalam seminggu. Mampu membeli lebih dari satu stel pakaian dalam setahun. Luas lantai per orang minimal 8 m 2 . Indikator ekonomi digunakan untuk mengukur kondisi ekonomi masyarakat dari hasil usaha pengolahan alkohol. Dengan mengetahui tingkat pendapatan penduduk yang memiliki usaha pengolahan alkohol maka juga dapat diketahui kontribusi pendapatan terhadap rumah tinggal, konsumsi sehari-hari dan kendaraan pribadi. Selain itu, kondisi ekonomi masyarakat yang memiliki usaha pengolahan alkohol juga dapat untuk mengetahui tingkat kesejahteraan yang terbagi menjadi dua tingkatan yaitu keluarga miskin dan tidak miskin atau sejahtera. Berikut indikator keluarga miskin dan sejahtera yang dapat dilihat dari indikator fisik tempat tinggal perumahan dan indikator ekonomi: Tabel 2.3 Pembagian Tingkat Kesejahteraan. No. Indikator Tingkatan Kesejahteraan Miskin Tidak Miskin Pra Sejahtera Kurang Sejahtera Sejahtera

1. Indikator Fisik

Tempat Tinggal a. Luas Lantai Tempat Tinggal 6 m 2 per orang 6-7 m 2 per orang ≥ 8 m 2 per orang b. Dinding Tempat Tinggal Dinding dari bambu, rumbia, kayu kualitas rendah. Dinding dari bambu, rumbia, kayu berkualitas rendah dan sebagian sudah berupa tembok. Dinding sudah berupa tembok c. Lantai Bangunan Lantai masih berupa tanah. Lantai sebagian masih berupa tanah dan sebagian sudah berupa cor, tegel dan keramik. Lantai sudah berupa cor, tegel dan keramik. commit to user 26 No. Indikator Tingkatan Kesejahteraan Miskin Tidak Miskin Pra Sejahtera Kurang Sejahtera Sejahtera

2. Indikator Ekonomi

a. Penghasilan Kepala Keluarga Penghasilan kurang dari Rp 300.000 per bulan. Penghasilan kurang dari Rp 600.000-Rp 300.000 per bulan. Penghasilan Rp 600.000 per bulan atau lebih. b. Konsumsi Makanan Belum tentu mengkonsumsi daging telur susu satu kali dalam seminggu. Hanya mengkonsumsi daging telursusu satu kali dalam seminggu. Mengkonsumsi daging telur susu lebih dari satu kali dalam seminggu. c. Kepemilikan Barang Tidak memiliki barang yang mudah dijual. Memiliki barang yang mudah dijual dengan nilai barang kurang dari Rp 500.000 Memiliki barang yang mudah dijual dengan nilai barang lebih dari Rp 500.000 seperti mobil, sepeda motor dll. Sumber : Analsis Peneliti, 2011 berdasarkan ukuran kemiskinan dari BKKBN.

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja menurut Biro Pusat Statistik adalah semua orang yang biasanya bekerja di perusahaan atau usaha. Tenaga kerja dibagi atas tenaga kerja di bayar dan tenaga kerja tak dibayar. Tenaga kerja di bayar atau sering disebut dengan buruh atau pegawai adalah pekerja yang mendapat upah atau gaji dan tunjangan-tunjangan, baik berupa uang atau barang. Sedangkan tenaga kerja tak dibayar adalah pemilik perusahaan dan pekerja keluarga yang ikut aktif dalam perusahaan, tetapi tidak mendapat upah atau gaji. Tenaga Kerja dapat dikelompokkan menjadi tenaga kerja berdasarkan aspek demografi dan sosial ekonomi. Tenaga kerja berdasarkan aspek demografi dilihat dari umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, commit to user 27 beban tanggungan keluarga dan daerah asal tenaga kerja. Sedangkan tenaga kerja berdasarkan aspek sosial ekonomi dilihat dari lama kerja, sistem upah dan lama jam kerja. Heru Kristanto, 2009:18. Pengklasifikasian tersebut yaitu : a. Tenaga Kerja Berdasarkan Aspek Demografi 1 Umur Umur menentukan data demografi yang sangat vital karena umur dapat digunakan sebagai dasar kependudukan yang erat kaitannya dengan ekonomi penduduk. Umur dapat diketahui dari tanggal, bulan, dan tahun kelulusan. Perhitungan umur dinyatakan dalam tahun yang dibulatkan kebawah atau menurut ulang tahun terakhir Nurdin, dalam Wirosuhardjo. Komposisi penduduk menurut umur Samadi.2006:32 dapat dikelompokkan menjadi : a Umur 0-14 tahun Pada kelompok umur ini maka seseorang dikatakan mempunyai usia yang belum produktif atau belum mampu bekerja. b Umur 15-59 tahun Pada kelompok umur ini maka seseorang dapat dikatakan mempunyai usia yang sudah produktif atau usia kerja. c Umur diatas 60 tahun Pada kelompok umur ini maka seseorang dapat dikatakan mempunyai usia yang sudah tidak produktif lagi atau tidak mampu bekerja. Dengan mengelompokkan komposisi tenaga kerja menurut umur maka dapat di ketahui tenaga kerja industri alkohol termasuk dalam kelompok tenaga kerja berusia belum produktif, produktif atau tidak produktif. commit to user 28 2 Jenis Kelamin Jenis kelamin dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui tenaga kerja industri alkohol termasuk kategori jenis kelamin laki- laki atau perempuan. 3 Tingkat Pendidikan Untuk mengetahui tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh tenaga kerja yaitu membagi tingkat pendidikan sebagai berikut: a Tidak Tamat SD b Tamat SD c Tamat SLTP d Tamat SLTA e Tamat Diploma Sarjana 4 Status Perkawinan Menurut Wirosuhardjo 1981:146, status perkawinan di kelompokkan menjadi : a Belum Kawin b Kawin c JandaDuda d Cerai Dengan mewawancarai para tenaga kerja maka diketahui status perkawinan para tenaga kerja industri alkohol. Tahap mengetahui status perkawinan para tenaga kerja sangat penting karena status perkawinan mempengaruhi beban tanggungan keluarga. 5 Beban Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga menjadi indikator untuk mengetahui tingkat konsumsi dan biaya rumah tangga. Semakin tinggi jumlah tanggungan keluarga maka akan semakin berat tanggungan ekonomi yang harus dipikul kepala rumah tangga dan sebaliknya. Pencarian commit to user 29 informasi beban tanggungan keluarga terhadap para tenaga kerja dapat untuk mengetahui berapa jumlah anggota keluarga atau orang yang ikut tinggal dan menggantungkan hidup pada rumah tangga masing-masing tenaga kerja. 6 Daerah Asal Data mengenai daerah asal para tenaga kerja digunakan untuk mengetahui apakah tenaga kerja termasuk dalam kelompok tenaga kerja asli daerah tersebut atau tenaga kerja pendatang dari daerah lain. Seseorang akan melakukan mobilitas ke daerah lain untuk memperoleh peningkatan pendapatan dalam mencapai pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan hidup. 7 Tenaga kerja berdasarkan aspek sosial ekonomi a Lama Kerja Lama kerja berkaitan erat dengan waktu bekerja tahun tenaga kerja. Dengan mencari data lama kerja maka untuk mengetahui berapa lama para tenaga kerja sudah bekerja di industri tersebut. b Sistem Upah Sistem upah merupakan hal penting dalam menentukan tingkat pendapatan yang diterima para tenaga kerja sehingga dapat diketahui seberapa besar pendapatan tersebut meningkatkan taraf kesejahteraan hidup. Sistem upah dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan lama kerjapengalamankeahlian masing-masing tenaga kerja. c Lama Jam Kerja Jam kerja merupakan total waktu para tenaga kerja bekerja dari mulai masuk kerja sampai dengan pulang kerja. Jam kerja mempengaruhi tingkat pendapatan tenaga kerja. commit to user 30

E. Pengaruh Sosial dan Budaya dalam Industri.

1. Pengertian Perubahan Sosial

Pengertian dari perubahan sosial sangat dekat artinya dengan kebudayaan sehingga para ahli memberikan batasan-batasan yang jelas antara perubahan sosial dan kebudayaan itu sendiri. William F. Ogburn dalam Soerjono Soekanto, 1990:335 memberikan suatu pengertian tertentu walau tidak memberikan definisi tentang perubahan sosial. William F. Ogburn mengemukakan ruang lingkup perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-unsur sosial kebudayaan baik yang material maupun yang immaterial. Kingsley Davis dalam Soerjono Soekanto, 1990:335 mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dengan majikan dan seterusnya menyebabkan perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik. Mac Iver dalam Soerjono Soekanto, 1990:336 membedakan antara utilitarian elements dengan cultural elements yang didasarkan pada kepentingan manusia yang primer dan sekunder. Utilitarian elements merupakan semua mekanisme dan organisasi yang dibuat manusia dalam upaya menguasai kondisi-kondisi kehidupannya termasuk didalamnya sistem-sistem organisasi, teknik dan alat-alat material. Sedangkan culture elements adalah ekspresi jiwa yang terwujud dalam cara-cara hidup dan berpikir, pergaulan hidup, seni kesusasteraan, agama, rekreasi, dan hiburan. Mac iver mengeluarkan unsur material dalam ruang lingkup culture. Perubahan-perubahan sosial dikatakannya sebagai perubahan-perubahan dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial. commit to user 31 John Gillin dan Lewis Gillin dalam Soerjono Soekanto, 1990:337 mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara- cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi maupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Menurut Selo Soemardjan pengaruh sosial adalah segala perubahan- perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Definisi tersebut menekankan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan pokok manusia, perubahan-perubahan mana yang kemudian mempengaruhi struktur masyarakat lainnya Soemardjan, 1962 : 379.

2. Ruang Lingkup Sosial

Menurut Canter dalam Hadi, 1995 : 26 menyatakan bahwa empat komponen lingkungan aspek sosial terdiri dari tata guna lahan, rekreasi, estetika dan kebudayaan. Menurut pedoman penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL dari Menneg. Lingkungan Hidup No: 014 Tahun 1994, aspek sosial ekonomi budaya meliputi komponen demografi, ekonomi, budaya, dan kesehatan masyarakat.

3. Perilaku Menyimpang dan Penyimpangan Sosial

Menurut Mar’at dalam Soerjono Soekanto, 1981: 12, perilaku merupakan suatu reaksi yang terbuka akibat adanya rangsangan stimulan setelah melalui proses rangsang. Perilaku ini dilandasi oleh asumsi-asumsi bahwa perilaku selalu mempunyai sebab, perilaku selalu mempunyai motivasi, perilaku selalu mempunyai tujuan. commit to user 32 Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai- nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Menurut Robert M. Z. Lawang dalam Arief Herdiyanto C Penyimpangan Sosial. 2006: 5, perilaku menyimpang merupakan perbuatan yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku dan menimbulkan usaha dari pihak yang berwenang dalam sistem tersebut untuk memperbaiki perilaku menyimpang. Keberadaan industri alkohol juga mempengaruhi masyarakatnya dalam hal perilaku. Masyarakat mempunyai kecenderungan untuk menyalahgunakan hasil produksi setengah jadi yang berkadar rendah untuk dikonsumsi. Hal ini berarti melakukan perilaku menyimpang yaitu alkoholisme, karena alkoholisme merupakan suatu perilaku menyimpang dan melanggar norma masyarakat Sumarni. Modul Sosiologi Kesehatan Jurusan Perilaku Promosi Kesehatan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2002. Menurut Sundeen Tahun 1997, kecenderungan tindakan alkoholisme yaitu sebagai berikut : a. Penggunaan alkohol yang bersifat eksperimental. Adalah suatu kondisi penggunaan alkohol pada taraf awal, disebabkan rasa ingin tahu dari seseorang biasanya remaja. Sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya, ingin mencari pengalaman baru atau sering juga dikatakan taraf coba-coba. b. Penggunaan alkohol yang bersifat rekreasional. Adalah penggunaan alkohol pada waktu berkumpul bersama-sama teman sebaya, misalnya pada waktu pertemuan malam minggu, ulang tahun atau acara pesta lainnya. Penggunaan ini mempunyai tujuan untuk rekreasi bersama teman sebaya. commit to user 33 c. Penggunaan alkohol yang bersifat situasional. Seseorang minum-minuman alkohol mempunyai tujuan tertentu secara individual, hal itu sebagai pemenuhan kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi. Seringkali penggunaan ini merupakan cara untuk melarikan diri atau mengatasi masalah yang dihadapi. Seseorang akan minum- minuman beralkohol pada saat sedang menghadapi konflik, stress dan frustasi. d. Penggunaan alkohol yang bersifat penyalahgunaan. Penggunaan alkohol yang bersifat patologis, sudah mulai digunakan secara rutin, paling tidak sudah berlangsung selama 1 satu bulan. Sudah terjadi penyimpangan perilaku, mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan sosial seperti lingkungan pendidikan atau pekerjaan. e. Penggunaan alkohol yang bersifat ketergantungan. Penggunaan alkohol yang sudah cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan adanya toleransi dan sindroma putus zat alkohol. Suatu kondisi dimana individu yang bisa menggunakan zat adiktif misal alkohol secara rutin pada dosis tertentu akan menurunkan jumlah zat yang digunakan atau berhenti memakai, sehingga akan menimbulkan gejala sesuai dengan macam zat yang digunakan. Toleransi suatu kondisi dari individu yang mengalami peningkatan dosis jumlah zat, untuk mencapai tujuan yang biasa diinginkan. Dari rentang respon individu terhadap penyalahgunaan alkohol seperti tersebut diatas, dampak yang diakibatkan oleh individu yang sudah berada pada fase penyalahgunaan dan ketergantungan adalah fase yang paling berat. Individu yang sudah berada pada fase penyalahgunaan dan ketergantungan akan dapat berperilaku anti sosial. Mencuri, suka commit to user 34 berkelahi dan marah-marah, acuh dan apatis terhadap permasalahan dan kondisi sosialnya adalah sifat-sifat yang sering muncul pada orang dengan penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap alkohol. Pada fase eksperimental, rekreasional, dan situasional, dampak yang muncul biasanya diakibatkan oleh perilaku kelompok remaja pemakai alkohol pada tahap awal ini adalah kebut-kebutan, berkelahi dan tawuran. Dampak penyimpangan sosial terhadap masyarakat atau kelompok Arief Herdiyanto C. Penyimpangan Sosial. 2006 : 16 yaitu: Kriminalitas, Keseimbangan sosial menjadi terganggu, nilai dan norma semakin diabaikan.

4. Indikator Dampak Sosial-Budaya

Menurut Soekidjo Notoatmodjo. Dalam Pendidikan dan perilaku kesehatan. 2003, indikator dampak sosial budaya akibat adanya suatu kegiatan industri ada tiga macam yaitu kesehatan fisik, kesehatan mental dan kesehatan sosial. Berikut penjelasan dari masing-masing indikator: a. Kesehatan fisik Apabila individu merasa tubuhnya sehat atau tidak sakit dan dapat melakukan aktivitasnya. b. Kesehatan Mental Apabila kesehatan pikiran dan emosional berada kondisi baik. Kesehatan pikiran yang baik apabila individu mampu berpikir rasional sedangkan kesehatan emosional yang baik apabila individu mampu mengendalikan emosionalnya. c. Kesehatan Sosial Individu dalam berinteraksi dengan orang lain atau kelompok lain tanpa memandang perbedaan dan dapat membaur dengan baik. commit to user 35

F. Kondisi Sosial Ekonomi Dalam Industri

Menurut Gunarwan Suratmo, 1995 : 89-90 kondisi sosial ekonomi dengan adanya proyek atau industri adalah sebagai berikut : 1. Kondisi sosial ekonomi yang semakin merosot akibat adanya proyek atau industri. Pengaruh adanya proyek atau industri pada suatu kawasan berakibat pada perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Proyek atau industri pada suatu kawasan berpengaruh negatif terhadap perubahan sosial ekonomi. Kondisi sosial ekonomi mengalami penurunan dari keadaan sebelumnya. Kondisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1. Kondisi Sosial Ekonomi Menurun Akibat Industri. 2. Kondisi sosial ekonomi yang semakin baik akibat adanya proyek atau industri. Pengaruh adanya proyek atau industri pada suatu kawasan berakibat pada perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Proyek atau industri pada suatu kawasan berpengaruh positif terhadap perubahan sosial ekonomi. Kondisi sosial ekonomi mengalami peningkatan dari keadaan sebelumnya yaitu dengan semakin baiknya kehidupan masyarakat dan interaksi sosial masyarakat yang semakin luas. Kondisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Kualitas Sosial Ekonomi Kondisi sosial ekonomi tanpa industri Kondisi sosial ekonomi dengan industri Waktu Ti commit to user 36 Gambar 2.2. Kondisi Sosial Ekonomi Meningkat Akibat Industri. 3. Kondisi sosial ekonomi yang relatif tidak berubah dengan adanya proyek atau industri. Adanya proyek atau industri tidak berpengaruh terhadap perubahan kondisi sosial ekonomi. Kondisi sosial ekonomi tidak berubah dari kondisi sebelumnya. Kondisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.3. Kondisi Sosial Ekonomi Tidak Berubah Akibat Industri. Kondisi sosial ekonomi dengan industri Kualitas Sosial Ekonomi Kondisi sosial ekonomi tanpa industri Waktu Ti Kualitas Sosial Ekonomi Kondisi sosial ekonomi dengan atau tanpa proyek Waktu Ti commit to user 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat analitik dengan metode kualitatif dan kuantitatif sehingga data yang digunakan adalah data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Penelitian analitik, hasilnya sudah tidak hanya berhenti pada taraf menguraikan atau pendiskripsian, akan tetapi dilanjutkan sampai pada taraf pengambilan kesimpulan yang berlaku secara umum serta menerangkan hubungan sebab akibat Mochammad Arief T. Pengantar Metodologi Penelitian. 2004:8. Pengambilan keputusan atau kesimpulan akan dilakukan dengan menggunakan uji statistik. Metode Kualitatif adalah metode atau teknik pengumpulan data dengan meninjau lapangan daerah yang akan diteliti secara langsung field research sehingga dapat mengetahui kondisi di daerah tersebut yang kemudian akan disesuaikan dengan data yang di dapat dari sumber lain. Data yang diperoleh dari metode ini merupakan data primer, yaitu data yang langsung berasal dari sumbernya dan data sekunder yang diperoleh dari instansi yang terkait dengan topik kajian. Sedangkan metode kuantitatif adalah jenis penelitian yang menggunakan rancangan penelitian berdasarkan prosedur statistik atau dengan cara lain dari kuantifikasi untuk mengukur variabel penelitiannya. Penggunaan data kuantitatif diperlukan dalam analisis yang dapat dipertanggungjawabkan keshahihannya demi tercapainya ketepatan data dan ketepatan penggunaan model hubungan variabel bebas dan variabel tergantung Suparlan. 1997:95. Menurut Soeryono Soekanto, 2004 : 250, suatu tata cara penelitian yang menghasilkan data yang dinyatakan responden secara lisan, tertulis dan perilaku nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh. Penelitian ini menekankan pada pengaruh yang ditimbulkan dari adanya kegiatan industri alkohol terhadap aspek commit to user 38 fisik lingkungan yaitu berkenaan dengan limbah yang dihasilkan, dan pengaruh terhadap ekonomi, sosial budaya masyarakat.

B. Pengumpulan Data

1. Variabel

Variabel yang ada dalam penelitian ini yaitu terdiri dari : a. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kegiatan industri alkohol. b. Variabel terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perubahan lingkungan, ekonomi dan sosial. c. Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Variabel merupakan petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Definisi operasional variabel berisikan indikator-indikator dari suatu variabel yang memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang relevan untuk variabel tersebut. Dalam penelitian ini, definisi operasional variabel adalah sebagai berikut: 1 Kegiatan Industri Alkohol Kegiatan atau aktivitas industri merupakan aktivitas pengolahan suatu barang dari proses awal hingga barang tersebut menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dari segi ekonomi. Kegiatan pengolahan industri alkohol yaitu pengolahan tetes tebu dengan melakukan penyulingan hingga menjadi alkohol yang mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi. Dengan adanya aktivitas industri alkohol ini maka akan mempengaruhi kondisi lingkungan, ekonomi maupun sosial. 2 Lingkungan Lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lingkungan keruangan dan lingkungan non keruangan. Dari segi keruangan, industri

Dokumen yang terkait

Pengaruh Keberadaan Dan Kegiatan Industri Pulp Dan Rayon Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Petani Sekitar Di Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir

0 28 111

STUDI INDUSTRI GENTENG DI DESA DEMAKAN KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2007

2 5 126

PERKEMBANGAN INDUSTRI ROTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA TRANGSAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO

0 26 91

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT TERHADAP BANJIR DI DESA TEGALMADE KECAMATAN MOJOLABAN Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Banjir Di Desa Tegalmade Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.

0 0 14

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT TERHADAP BANJIR DI DESA TEGALMADE KECAMATAN MOJOLABAN Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Banjir Di Desa Tegalmade Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.

0 1 14

MAKNA REFERSENSIAL PADA NAMA GENTENG DI DESA BEKONANG KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO.

0 2 6

ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI USAHA INDUSTRI ALKOHOL DI DESA BEKONANG KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2002 – TAHUN 2006.

0 0 19

JUAL BELI ALKOHOL DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DI PABRIK CIU DESA BEKONANG KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO.

0 3 26

PENGARUH KEBERADAAN INDUSTRI SIRUP JERUK NIPIS PERAS TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA CIAWIGEBANG KECAMATAN CIAWIGEBANG KABUPATEN KUNINGAN.

9 27 40

PENGARUH KEBERADAAN INDUSTRI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT: Studi di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung.

19 76 49