commit to user
23
C. Pengaruh Industri terhadap Guna Lahan
Pengertian lahan adalah tanah yang sudah ada peruntukannya dan umumnya ada pemiliknya. Sedangkan tata guna lahan adalah pengaturan
pemanfaatan lahan atau metode pengaturan penggunaan lahan secara legal guna melindungi hak-hak masyarakat terhadap kesehatan, keamanan dan
kesejahteraan Jayadinata. Guna Lahan dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan Wilayah. 1990:10.
Menurut Canter Dikutip dalam Chafid Fandelli. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. 1992:146, tata guna lahan diklasifikasikan untuk
pertanian, perdagangan, industri, rekreasi, permukiman dan hutan. Menurut Saefulhakim dan Nasoetion 1995, penggunaan lahan atau
land use diartikan sebagai setiap bentuk intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Soerjono Soekanto 1990, pembangunan industri di wilayah perdesaan akan sangat berpengaruh terhadap penggunaan lahan yang ada di
wilayah perdesaan. Wilayah perdesaan yang identik dengan lahan pertanian akan mengalami penurunan luas lahan akibat meningkatnya kebutuhan lahan
industri untuk membangun kawasan operasi industri. Pembangunan lahan untuk industri secara langsung akan menyebabkan perubahan pola guna
lahan perdesaan yaitu yang semula merupakan lahan pertanian maka berubah menjadi lahan non pertanian. Perubahan guna lahan ini tentunya akan diikuti
oleh dampak ikutan industri seperti kebutuhan akan fasilitas jalan serta fasilitas pendukung lainnya.
D. Pengaruh Ekonomi dalam Industri.
Dalam Gunarwan Suratmo. Analisis Mengenai Dampak lingkungan. 1995:109, pengaruh aktivitas industri terhadap ekonomi yaitu: terbukanya
lapangan kerja sehingga menyerap tenaga kerja, berkembangnya aktivitas
commit to user
24
industri, peningkatan pendapatan keluarga. Indikator pengaruh adanya industri terhadap ekonomi yaitu sebagai berikut :
1. Tingkat Pendapatan
Apabila terjadi perubahan pendapatan maka dapat diketahui sumbangan keberadaan industri terhadap pendapatan tenaga kerja baik
pengusaha maupun buruh atau pegawai. Tingkat pendapatan dapat menentukan suatu keluarga dapat dikatakan miskin atau sejahtera.
Menurut laporan PBB, terdapat 12 komponen kebutuhan dasar, yaitu kesehatan, makanan dan gizi, pendidikan, kondisi pekerjaan, situasi
kesempatan kerja, konsumsi dan tabungan, pengangkutan, perumahan, sandang, rekreasi dan hiburan, jaminan sosial, serta kebebasan.
Badan Koordinasi
Keluarga Berencana
Nasional BKKBN
menerapkan ukuran kemiskinan dengan pendekatan kesejahteraan keluarga. Kesejahteraan Keluarga dapat dibagi dalam beberapa kategori
yaitu: a. Kategori Miskin
1 Pra sejahtera Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih
dari lima kebutuhan dasarnya basic needs seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan. Luas
lantai per anggota keluarga kurang dari 6 m
2
. Dalam seminggu belum tentu mengkonsumsi daging telursusu.
2 Kurang Sejahtera Adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi sebagian
lima kebutuhan dasarnya. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 dua kali sehari atau lebih hanya mengkonsumsi
dagingtelor susu sekali dalam seminggu. Hanya membeli satu stel pakaian dalam setahun. Luas lantai per orang antara 6-7 m
2
.
commit to user
25
b. Kategori Sejahtera atau Tidak Miskin Adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi lima kebutuhan
dasarnya. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 dua kali sehari atau lebih dengan mengkonsumsi dagingtelursusu, lebih dari
sekali dalam seminggu. Mampu membeli lebih dari satu stel pakaian dalam setahun. Luas lantai per orang minimal 8 m
2
. Indikator ekonomi digunakan untuk mengukur kondisi ekonomi
masyarakat dari hasil usaha pengolahan alkohol. Dengan mengetahui tingkat pendapatan penduduk yang memiliki usaha pengolahan alkohol
maka juga dapat diketahui kontribusi pendapatan terhadap rumah tinggal, konsumsi sehari-hari dan kendaraan pribadi. Selain itu, kondisi ekonomi
masyarakat yang memiliki usaha pengolahan alkohol juga dapat untuk mengetahui tingkat kesejahteraan yang terbagi menjadi dua tingkatan
yaitu keluarga miskin dan tidak miskin atau sejahtera. Berikut indikator keluarga miskin dan sejahtera yang dapat dilihat dari indikator fisik
tempat tinggal perumahan dan indikator ekonomi: Tabel 2.3 Pembagian Tingkat Kesejahteraan.
No. Indikator
Tingkatan Kesejahteraan Miskin
Tidak Miskin Pra Sejahtera
Kurang Sejahtera Sejahtera
1. Indikator Fisik
Tempat Tinggal a. Luas Lantai Tempat
Tinggal 6 m
2
per orang 6-7 m
2
per orang ≥ 8 m
2
per orang
b. Dinding Tempat
Tinggal Dinding dari bambu,
rumbia, kayu kualitas rendah.
Dinding dari bambu, rumbia,
kayu berkualitas rendah dan
sebagian sudah berupa tembok.
Dinding sudah berupa tembok
c. Lantai Bangunan Lantai masih berupa
tanah. Lantai sebagian masih
berupa tanah
dan sebagian sudah berupa
cor, tegel
dan keramik.
Lantai sudah
berupa cor,
tegel dan
keramik.
commit to user
26
No. Indikator
Tingkatan Kesejahteraan Miskin
Tidak Miskin Pra Sejahtera
Kurang Sejahtera Sejahtera
2. Indikator Ekonomi
a. Penghasilan Kepala
Keluarga Penghasilan
kurang dari Rp 300.000 per
bulan. Penghasilan
kurang dari Rp 600.000-Rp
300.000 per bulan. Penghasilan Rp
600.000 per
bulan atau
lebih. b. Konsumsi Makanan
Belum tentu
mengkonsumsi daging telur susu
satu kali
dalam seminggu.
Hanya mengkonsumsi daging telursusu satu
kali dalam seminggu. Mengkonsumsi
daging telur
susu lebih dari satu kali dalam
seminggu.
c. Kepemilikan Barang Tidak
memiliki barang yang mudah
dijual. Memiliki barang yang
mudah dijual dengan nilai barang kurang
dari Rp 500.000 Memiliki
barang yang
mudah dijual
dengan nilai
barang lebih
dari Rp 500.000 seperti
mobil, sepeda
motor dll.
Sumber : Analsis Peneliti, 2011 berdasarkan ukuran kemiskinan dari BKKBN.
2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja menurut Biro Pusat Statistik adalah semua orang yang biasanya bekerja di perusahaan atau usaha. Tenaga kerja dibagi atas
tenaga kerja di bayar dan tenaga kerja tak dibayar. Tenaga kerja di bayar atau sering disebut dengan buruh atau pegawai adalah pekerja yang
mendapat upah atau gaji dan tunjangan-tunjangan, baik berupa uang atau barang. Sedangkan tenaga kerja tak dibayar adalah pemilik perusahaan
dan pekerja keluarga yang ikut aktif dalam perusahaan, tetapi tidak mendapat upah atau gaji.
Tenaga Kerja dapat dikelompokkan menjadi tenaga kerja berdasarkan aspek demografi dan sosial ekonomi. Tenaga kerja berdasarkan aspek
demografi dilihat dari umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan,
commit to user
27
beban tanggungan keluarga dan daerah asal tenaga kerja. Sedangkan tenaga kerja berdasarkan aspek sosial ekonomi dilihat dari lama kerja,
sistem upah dan lama jam kerja. Heru Kristanto, 2009:18. Pengklasifikasian tersebut yaitu :
a. Tenaga Kerja Berdasarkan Aspek Demografi 1 Umur
Umur menentukan data demografi yang sangat vital karena umur dapat digunakan sebagai dasar kependudukan yang erat kaitannya
dengan ekonomi penduduk. Umur dapat diketahui dari tanggal, bulan, dan tahun kelulusan. Perhitungan umur dinyatakan dalam
tahun yang dibulatkan kebawah atau menurut ulang tahun terakhir Nurdin, dalam Wirosuhardjo. Komposisi penduduk menurut umur
Samadi.2006:32 dapat dikelompokkan menjadi : a Umur 0-14 tahun
Pada kelompok umur ini maka seseorang dikatakan mempunyai usia yang belum produktif atau belum mampu bekerja.
b Umur 15-59 tahun Pada kelompok umur ini maka seseorang dapat dikatakan
mempunyai usia yang sudah produktif atau usia kerja. c Umur diatas 60 tahun
Pada kelompok umur ini maka seseorang dapat dikatakan mempunyai usia yang sudah tidak produktif lagi atau tidak
mampu bekerja. Dengan mengelompokkan komposisi tenaga kerja menurut umur
maka dapat di ketahui tenaga kerja industri alkohol termasuk dalam kelompok tenaga kerja berusia belum produktif, produktif atau tidak
produktif.
commit to user
28
2 Jenis Kelamin Jenis kelamin dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
tenaga kerja industri alkohol termasuk kategori jenis kelamin laki- laki atau perempuan.
3 Tingkat Pendidikan Untuk mengetahui tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh tenaga
kerja yaitu membagi tingkat pendidikan sebagai berikut: a Tidak Tamat SD
b Tamat SD c Tamat SLTP
d Tamat SLTA e Tamat Diploma Sarjana
4 Status Perkawinan Menurut Wirosuhardjo 1981:146, status perkawinan di kelompokkan
menjadi : a Belum Kawin
b Kawin c JandaDuda
d Cerai Dengan mewawancarai para tenaga kerja maka diketahui status
perkawinan para tenaga kerja industri alkohol. Tahap mengetahui status perkawinan para tenaga kerja sangat penting karena status
perkawinan mempengaruhi beban tanggungan keluarga. 5 Beban Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga menjadi indikator untuk mengetahui tingkat konsumsi dan biaya rumah tangga. Semakin tinggi jumlah
tanggungan keluarga maka akan semakin berat tanggungan ekonomi yang harus dipikul kepala rumah tangga dan sebaliknya. Pencarian
commit to user
29
informasi beban tanggungan keluarga terhadap para tenaga kerja dapat untuk mengetahui berapa jumlah anggota keluarga atau orang
yang ikut tinggal dan menggantungkan hidup pada rumah tangga masing-masing tenaga kerja.
6 Daerah Asal Data mengenai daerah asal para tenaga kerja digunakan untuk
mengetahui apakah tenaga kerja termasuk dalam kelompok tenaga kerja asli daerah tersebut atau tenaga kerja pendatang dari daerah
lain. Seseorang akan melakukan mobilitas ke daerah lain untuk memperoleh peningkatan pendapatan dalam mencapai pemenuhan
kebutuhan dan kesejahteraan hidup. 7 Tenaga kerja berdasarkan aspek sosial ekonomi
a Lama Kerja Lama kerja berkaitan erat dengan waktu bekerja tahun tenaga
kerja. Dengan mencari data lama kerja maka untuk mengetahui berapa lama para tenaga kerja sudah bekerja di industri tersebut.
b Sistem Upah Sistem upah merupakan hal penting dalam menentukan tingkat
pendapatan yang diterima para tenaga kerja sehingga dapat diketahui seberapa besar pendapatan tersebut meningkatkan taraf
kesejahteraan hidup. Sistem upah dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan lama kerjapengalamankeahlian masing-masing
tenaga kerja. c Lama Jam Kerja
Jam kerja merupakan total waktu para tenaga kerja bekerja dari mulai masuk kerja sampai dengan pulang kerja. Jam kerja
mempengaruhi tingkat pendapatan tenaga kerja.
commit to user
30
E. Pengaruh Sosial dan Budaya dalam Industri.
1. Pengertian Perubahan Sosial
Pengertian dari perubahan sosial sangat dekat artinya dengan kebudayaan sehingga para ahli memberikan batasan-batasan yang jelas
antara perubahan sosial dan kebudayaan itu sendiri. William F. Ogburn dalam Soerjono Soekanto, 1990:335 memberikan suatu pengertian
tertentu walau tidak memberikan definisi tentang perubahan sosial. William F. Ogburn mengemukakan ruang lingkup perubahan-perubahan
sosial meliputi unsur-unsur sosial kebudayaan baik yang material maupun yang immaterial.
Kingsley Davis dalam Soerjono Soekanto, 1990:335 mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur
dan fungsi masyarakat. Misalnya timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan perubahan-perubahan dalam
hubungan antara buruh dengan majikan dan seterusnya menyebabkan perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik.
Mac Iver dalam Soerjono Soekanto, 1990:336 membedakan antara utilitarian elements dengan cultural elements yang didasarkan pada
kepentingan manusia yang primer dan sekunder. Utilitarian elements merupakan semua mekanisme dan organisasi yang dibuat manusia dalam
upaya menguasai kondisi-kondisi kehidupannya termasuk didalamnya sistem-sistem organisasi, teknik dan alat-alat material. Sedangkan culture
elements adalah ekspresi jiwa yang terwujud dalam cara-cara hidup dan berpikir, pergaulan hidup, seni kesusasteraan, agama, rekreasi, dan hiburan.
Mac iver mengeluarkan unsur material dalam ruang lingkup culture. Perubahan-perubahan sosial dikatakannya sebagai perubahan-perubahan
dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial.
commit to user
31
John Gillin dan Lewis Gillin dalam Soerjono Soekanto, 1990:337 mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-
cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena
adanya difusi maupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Menurut Selo Soemardjan pengaruh sosial adalah segala perubahan-
perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap dan
pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Definisi tersebut menekankan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan sebagai
himpunan pokok manusia, perubahan-perubahan mana yang kemudian mempengaruhi struktur masyarakat lainnya Soemardjan, 1962 : 379.
2. Ruang Lingkup Sosial
Menurut Canter dalam Hadi, 1995 : 26 menyatakan bahwa empat komponen lingkungan aspek sosial terdiri dari tata guna lahan, rekreasi,
estetika dan kebudayaan. Menurut pedoman penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL dari Menneg. Lingkungan
Hidup No: 014 Tahun 1994, aspek sosial ekonomi budaya meliputi komponen demografi, ekonomi, budaya, dan kesehatan masyarakat.
3. Perilaku Menyimpang dan Penyimpangan Sosial
Menurut Mar’at dalam Soerjono Soekanto, 1981: 12, perilaku merupakan suatu reaksi yang terbuka akibat adanya rangsangan stimulan
setelah melalui proses rangsang. Perilaku ini dilandasi oleh asumsi-asumsi bahwa perilaku selalu mempunyai sebab, perilaku selalu mempunyai
motivasi, perilaku selalu mempunyai tujuan.
commit to user
32
Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai- nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain
dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku.
Menurut Robert M. Z. Lawang dalam Arief Herdiyanto C Penyimpangan Sosial. 2006: 5, perilaku menyimpang merupakan
perbuatan yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku dan menimbulkan usaha dari pihak yang berwenang dalam sistem tersebut untuk
memperbaiki perilaku menyimpang. Keberadaan industri alkohol juga mempengaruhi masyarakatnya
dalam hal perilaku. Masyarakat mempunyai kecenderungan untuk menyalahgunakan hasil produksi setengah jadi yang berkadar rendah
untuk dikonsumsi. Hal ini berarti melakukan perilaku menyimpang yaitu alkoholisme, karena alkoholisme merupakan suatu perilaku menyimpang
dan melanggar norma masyarakat Sumarni. Modul Sosiologi Kesehatan Jurusan Perilaku Promosi Kesehatan Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat. 2002. Menurut Sundeen Tahun 1997, kecenderungan tindakan alkoholisme yaitu sebagai berikut :
a. Penggunaan alkohol yang bersifat eksperimental. Adalah suatu kondisi penggunaan alkohol pada taraf awal, disebabkan
rasa ingin tahu dari seseorang biasanya remaja. Sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya, ingin mencari pengalaman baru atau
sering juga dikatakan taraf coba-coba. b. Penggunaan alkohol yang bersifat rekreasional.
Adalah penggunaan alkohol pada waktu berkumpul bersama-sama teman sebaya, misalnya pada waktu pertemuan malam minggu, ulang
tahun atau acara pesta lainnya. Penggunaan ini mempunyai tujuan untuk rekreasi bersama teman sebaya.
commit to user
33
c. Penggunaan alkohol yang bersifat situasional. Seseorang minum-minuman alkohol mempunyai tujuan tertentu secara
individual, hal itu sebagai pemenuhan kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi. Seringkali penggunaan ini merupakan cara untuk melarikan
diri atau mengatasi masalah yang dihadapi. Seseorang akan minum- minuman beralkohol pada saat sedang menghadapi konflik, stress dan
frustasi. d. Penggunaan alkohol yang bersifat penyalahgunaan.
Penggunaan alkohol yang bersifat patologis, sudah mulai digunakan secara rutin, paling tidak sudah berlangsung selama 1 satu bulan.
Sudah terjadi penyimpangan perilaku, mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan sosial seperti lingkungan pendidikan atau
pekerjaan. e. Penggunaan alkohol yang bersifat ketergantungan.
Penggunaan alkohol yang sudah cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai
dengan adanya toleransi dan sindroma putus zat alkohol. Suatu kondisi dimana individu yang bisa menggunakan zat adiktif misal
alkohol secara rutin pada dosis tertentu akan menurunkan jumlah zat yang digunakan atau berhenti memakai, sehingga akan menimbulkan
gejala sesuai dengan macam zat yang digunakan. Toleransi suatu kondisi dari individu yang mengalami peningkatan dosis jumlah zat,
untuk mencapai tujuan yang biasa diinginkan. Dari rentang respon individu terhadap penyalahgunaan alkohol seperti
tersebut diatas, dampak yang diakibatkan oleh individu yang sudah berada pada fase penyalahgunaan dan ketergantungan adalah fase yang paling
berat. Individu yang sudah berada pada fase penyalahgunaan dan ketergantungan akan dapat berperilaku anti sosial. Mencuri, suka
commit to user
34
berkelahi dan marah-marah, acuh dan apatis terhadap permasalahan dan kondisi sosialnya adalah sifat-sifat yang sering muncul pada orang dengan
penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap alkohol. Pada fase eksperimental, rekreasional, dan situasional, dampak yang
muncul biasanya diakibatkan oleh perilaku kelompok remaja pemakai alkohol pada tahap awal ini adalah kebut-kebutan, berkelahi dan tawuran.
Dampak penyimpangan sosial terhadap masyarakat atau kelompok Arief Herdiyanto C. Penyimpangan Sosial. 2006 : 16 yaitu: Kriminalitas,
Keseimbangan sosial menjadi terganggu, nilai dan norma semakin diabaikan.
4. Indikator Dampak Sosial-Budaya
Menurut Soekidjo Notoatmodjo. Dalam Pendidikan dan perilaku kesehatan. 2003, indikator dampak sosial budaya akibat adanya suatu
kegiatan industri ada tiga macam yaitu kesehatan fisik, kesehatan mental dan kesehatan sosial. Berikut penjelasan dari masing-masing indikator:
a. Kesehatan fisik Apabila individu merasa tubuhnya sehat atau tidak sakit dan dapat
melakukan aktivitasnya. b. Kesehatan Mental
Apabila kesehatan pikiran dan emosional berada kondisi baik. Kesehatan pikiran yang baik apabila individu mampu berpikir rasional
sedangkan kesehatan emosional yang baik apabila individu mampu mengendalikan emosionalnya.
c. Kesehatan Sosial Individu dalam berinteraksi dengan orang lain atau kelompok lain
tanpa memandang perbedaan dan dapat membaur dengan baik.
commit to user
35
F. Kondisi Sosial Ekonomi Dalam Industri
Menurut Gunarwan Suratmo, 1995 : 89-90 kondisi sosial ekonomi dengan adanya proyek atau industri adalah sebagai berikut :
1. Kondisi sosial ekonomi yang semakin merosot akibat adanya proyek atau industri. Pengaruh adanya proyek atau industri pada suatu kawasan
berakibat pada perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Proyek atau industri pada suatu kawasan berpengaruh negatif terhadap perubahan
sosial ekonomi. Kondisi sosial ekonomi mengalami penurunan dari keadaan sebelumnya. Kondisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1. Kondisi Sosial Ekonomi Menurun Akibat Industri.
2. Kondisi sosial ekonomi yang semakin baik akibat adanya proyek atau industri. Pengaruh adanya proyek atau industri pada suatu kawasan
berakibat pada perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Proyek atau industri pada suatu kawasan berpengaruh positif terhadap perubahan sosial
ekonomi. Kondisi sosial ekonomi mengalami peningkatan dari keadaan sebelumnya yaitu dengan semakin baiknya kehidupan masyarakat dan
interaksi sosial masyarakat yang semakin luas. Kondisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Kualitas Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi tanpa industri
Kondisi sosial ekonomi dengan industri
Waktu
Ti
commit to user
36
Gambar 2.2. Kondisi Sosial Ekonomi Meningkat Akibat Industri.
3. Kondisi sosial ekonomi yang relatif tidak berubah dengan adanya proyek atau industri. Adanya proyek atau industri tidak berpengaruh terhadap
perubahan kondisi sosial ekonomi. Kondisi sosial ekonomi tidak berubah dari kondisi sebelumnya. Kondisi tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 2.3. Kondisi Sosial Ekonomi Tidak Berubah Akibat Industri.
Kondisi sosial ekonomi dengan industri
Kualitas Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi tanpa industri
Waktu
Ti
Kualitas Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi dengan atau tanpa proyek
Waktu Ti
commit to user
37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat analitik dengan metode kualitatif dan kuantitatif sehingga data yang digunakan adalah data yang
bersifat kualitatif dan kuantitatif. Penelitian analitik, hasilnya sudah tidak hanya berhenti pada taraf menguraikan atau pendiskripsian, akan tetapi dilanjutkan sampai
pada taraf pengambilan kesimpulan yang berlaku secara umum serta menerangkan hubungan sebab akibat Mochammad Arief T. Pengantar Metodologi Penelitian.
2004:8. Pengambilan keputusan atau kesimpulan akan dilakukan dengan menggunakan uji statistik.
Metode Kualitatif adalah metode atau teknik pengumpulan data dengan meninjau lapangan daerah yang akan diteliti secara langsung field research
sehingga dapat mengetahui kondisi di daerah tersebut yang kemudian akan disesuaikan dengan data yang di dapat dari sumber lain. Data yang diperoleh dari
metode ini merupakan data primer, yaitu data yang langsung berasal dari sumbernya dan data sekunder yang diperoleh dari instansi yang terkait dengan topik kajian.
Sedangkan metode kuantitatif adalah jenis penelitian yang menggunakan rancangan penelitian berdasarkan prosedur statistik atau dengan cara lain dari kuantifikasi untuk
mengukur variabel penelitiannya. Penggunaan data kuantitatif diperlukan dalam analisis yang dapat dipertanggungjawabkan keshahihannya demi tercapainya
ketepatan data dan ketepatan penggunaan model hubungan variabel bebas dan variabel tergantung Suparlan. 1997:95.
Menurut Soeryono Soekanto, 2004 : 250, suatu tata cara penelitian yang menghasilkan data yang dinyatakan responden secara lisan, tertulis dan perilaku
nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh. Penelitian ini menekankan pada pengaruh yang ditimbulkan dari adanya kegiatan industri alkohol terhadap aspek
commit to user
38
fisik lingkungan yaitu berkenaan dengan limbah yang dihasilkan, dan pengaruh terhadap ekonomi, sosial budaya masyarakat.
B. Pengumpulan Data
1. Variabel
Variabel yang ada dalam penelitian ini yaitu terdiri dari : a.
Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kegiatan industri alkohol.
b. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perubahan lingkungan, ekonomi dan sosial.
c. Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Variabel merupakan petunjuk pelaksanaan bagaimana
caranya mengukur suatu variabel. Definisi operasional variabel berisikan indikator-indikator dari suatu variabel yang memungkinkan peneliti
mengumpulkan data yang relevan untuk variabel tersebut. Dalam penelitian ini, definisi operasional variabel adalah sebagai berikut:
1 Kegiatan Industri Alkohol Kegiatan atau aktivitas industri merupakan aktivitas pengolahan suatu
barang dari proses awal hingga barang tersebut menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dari segi ekonomi. Kegiatan pengolahan industri alkohol
yaitu pengolahan tetes tebu dengan melakukan penyulingan hingga menjadi alkohol yang mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi. Dengan
adanya aktivitas industri alkohol ini maka akan mempengaruhi kondisi lingkungan, ekonomi maupun sosial.
2 Lingkungan Lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lingkungan
keruangan dan lingkungan non keruangan. Dari segi keruangan, industri