Tantangan Pengelolaan Taman Nasional ke Depan

negara dengan alokasi untuk hutan produksi, lindung dan konservasi Adiwibowo et al., 2008.

2.5. Tantangan Pengelolaan Taman Nasional ke Depan

Perubahan sistem penguasaan sumberdaya hutan sebagai dampak dari berubahnya institusi pengelola menyebabkan berubahnya pola penguasaan dan kepemilikan lahan hutan. Sebelum kawasan hutan ditetapkan sebagai taman nasional, masyarakat secara “bebas” dapat mengakses sumberdaya hutan dan lahan, namun hal tersebut berubah ketika kawasan tersebut menjadi taman nasional. Perubahan dari de-facto customary property regime ke de-jure state common property regime ini membawa pengaruh besar pada tatanan kehidupan masyarakat sekitar hutan. Akses, pemanfaatan dan kontrol atas sumber-sumber agraria di kawasan hutan yang semula merupakan hubungan hak ulayat yang bersifat tradisional digantikan dengan hubungan hak yang mempunyai relasi dengan konservasi modern, yakni: kunjungan ke taman nasional; pengkajian, penelitian dan pengembangan; memungut hasil hutan tumbuhan liar dan penangkapan satwa liar untuk keperluan penangkaran, olah raga buru atau perburuan tradisional, memungut tumbuhan dan satwa liar yang tidak dilindungi untuk perdagangan, dan mengelola usaha pariwisata alam di zona pemanfaatan. Perubahan rejim penguasaan kawasan hutan ini membawa konsekuensi putusnya hubungan hak ulayat antara masyarakat dengan hutan yang telah terjalin sebelumnya. Kondisi ini diperparah dengan penetapan zonasi-zonasi pengelolaan yang masih bias dan lebih banyak dilakukan secara sepihak serta kurang dikonsultasikan dengan masyarakat, padahal hal ini memiliki implikasi yang sangat besar. Akibatnya, seperti yang selama ini terjadi, muncul konflik yang berkepanjangan antara masyarakat setempat dengan pengelola taman nasional. Disinilah dituntut peran strategis pengelola taman nasional dan pemerintah dalam menyeimbangkan trade off antara kepentingan masyarakat dengan kepentingan global. Sehingga menjadi tantangan kita bersama bagaimana mewujudkan taman nasional yang dapat menjalankan fungsinya dalam melindungi keanekaragaman hayati sekaligus memiliki kemanfaatan yang lebih luas bagi segenap lapisan dan golongan masyarakat dengan memperhatikan riwayat sosio-agraria yang telah terjalin jauh sebelum kawasan tersebut ditetapkan sebagai kawasan taman nasional.

2.6. Teori Akses