III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Keberadaan perkebunan kopi di dalam kawasan Taman Nasional, yang menimbulkan konflik antara Balai Taman Nasional dan masyarakat, pada
dasarnya merupakan bentuk pertarungan akses terhadap sumberdaya. Untuk itu, penelitian ini mencoba memahami mengapa fenomena tersebut terjadi sebagai
langkah penting untuk menghasilkan masukan-masukan yang bersifat membangun bagi kebijakan konservasi di masa mendatang. Merujuk pada teori
akses, penelitian ini dikonstruksikan dengan kerangka penelitian sebagai berikut: 1 Mengidentifikasi berbagai cara dan mekanisme yang digunakan oleh
aktor tertentu untuk memperoleh, mengontrol, memelihara dan mendistribusikan manfaat sumber daya dari aktor yang lain,
2 Menelaah relasi kekuasan yang timbul dikalangan para aktor tersebut dan implikasinya terhadap wujud fisik lansekap taman nasional
Merujuk pada kerangka penelitian research framework yang pertama, dalam studi ini ditelaah secara lebih spesifik: i sumber-sumber kekuasaan yang
digunakan oleh para aktor yang terlibat. Dalam hal Balai Taman Nasional, secara khusus ditelaah sumber-sumber kekuasaan untuk melarang atau
membolehkan suatu tindakan, serta salah atau benarnya suatu perbuatan di dalam kawasan taman nasional. Sementara dalam konteks masyarakat setempat
dicoba ditelaah sejauh mungkin sumber-sumber kekuasaan yang menyebabkan areal perkebunan kopi dapat tetap bertahan di dalam kawasan taman nasional;
ii bentuk-bentuk atau cara-cara yang digunakan para aktor untuk mempertahankan dan mengontrol manfaat sumber daya yang terdapat di dalam
kawasan taman nasional. Berkenaan dengan kerangka penelitian yang kedua, dalam studi ini
ditelaah: i bentuk-bentuk relasi sosialkekuasaan yang timbul dikalangan para pihak misal, pemindahan pemukiman, tindak kekerasan, kesepakatan
konservasi sebagai refleksi konflik kepentingan antar aktor dalam akses dan
kontrol terhadap sumber daya; ii perubahan kondisi fisik kawasan konservasi perwujudan konflik kekuasaan atas ruang. Ada dua aktor utama yang ditelaah
dalam studi ini, yakni pemerintah pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan masyarakat lokal sekitar kawasan taman nasional. Pemerintah pusat yang
menjadi pusat perhatian studi ini adalah Departemen Kehutanan, khususnya Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam PHKA dan
Balai Taman Nasional dimana kawasan taman nasional berada. Pemerintah daerah yang ditelaah adalah pemerintah provinsikabupatenkotakecamatan
sesuai dengan luas dan sebaran wilayah penelitian. Sementara masyarakat lokal yang menjadi fokus studi ini merupakan komunitas masyarakat yang bermukim
di dalam danatau sekitar kawasan taman nasional, baik yang masih hidup dalam persekutuan hukum adat maupun masyarakat pendatang yamg memiliki areal
perkebunan kopi di kawasan TNBBS. Berkenaan dengan konteks studi ini aktor lain – seperti kalangan perusahaan dan LSM – tidak ditelaah secara khusus
dalam penelitian ini.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian