Undang-Undang Pokok Agraria TINJAUAN PUSTAKA

yang diperbolehkan adalah pengawetan dan perlindungan keanekaragaman hayati, penelitian, pendidikan, pembinaan habitat dan populasi satwa, pariwisata alam dan wisata alam terbatas. Pada Tabel 1 dipaparkan kriteria penetapan kawasan dan zonasi taman nasional yang berlaku di Indonesia berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.

2.4. Undang-Undang Pokok Agraria

Keberadaan pemukiman dan areal lahan pertanian di dalam kawasan yang menjadi sumber utama penghidupan masyarakat secara tidak langsung menciptakan konflik akses terhadap kawasan taman nasional. Pada dasarnya, konflik akses atas ruang di dalam kawasan tersebut merupakan bentuk konflik agrarian antara masyarakat dengan pemerintah, dalam hal ini Balai Taman Nasional selaku pengelola kawasan. Dengan demikian, maka salah satu peraturan perundangan yang penting untuk diulas dalam konteks akses dan kontrol terhadap sumber-sumber agraria di kawasan konservasi adalah Undang-Undang No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau yang selanjutnya disebut sebagai UUPA. Dalam Pasal 16 ayat 1 disebutkan bahwa hak yang melekat pada sebidang tanah meliputi : hak milik, hak guna-usaha, hak guna- bangunan, hak pakai, hak sewa, hak membuka tanah, hak memungut-hasil hutan, hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut diatas yang akan ditetapkan dengan Undang-undang serta hak hak yang sifatnya sementara. Apabila akses ke taman nasional sebagaimana dimaksud dikaitkan dengan hak atas sumberdaya tanah sebagaimana dimaksud diatas, maka hanya Hak Pakai dan Hak Memungut Hasil Hutan yang diakomodir di dalam kawasan taman nasional Tabel 2. Namun kedua hak dimaksud terbatas lingkup dan lokasinya. Hak Memungut Hasil Hutan hanya dapat berlaku untuk pemanfaatan tumbuhan liar dan satwa liar sebagaimana dimaksud dalam PP No 8 Tahun 1999. Sementara Hak Pakai hanya berlaku untuk kegiatan pengusahaan pariwisata alam sebagaimana dimaksud dalam PP No 18 Tahun 1994. Kedua Hak dimaksud hanya dapat dilakukan di zona pemanfaatan. Tampak bahwa Hak Memungut Hasil Hutan dan Hak Pakai yang diberlakukan untuk kawasan konservasi sangat 15 Tabel 1. Kriteria Penetapan Kawasan dan Zonasi Taman Nasional Berdasarkan PP Nomor 68 Tahun 1998 dan Permenhut Nomor 56 P.56Menhut-II2006 Adiwibowo, et al., 2008 Kriteria Penetapan Taman Nasional PP No 68 Tahun 1998 • Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses secara alami • Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami • Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh • Memiliki keadaan alam yang asli alami untuk dikembangkan sebagai pariwisata alam • Merupakan kawasan yang dapat dibagi ke dalam zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba dan zona lain karena pertimbangan kepentingan rehabilitasi kawasan, ketergantungan penduduk sekitar kawasan, dan dalam rangka mendukung upaya pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dapat ditetapkan sebagai zona tersendiri Kriteria Penetapan Zona Taman Nasional Permenhut Nomor 56 P.56Menhut-II2006 Zona Taman Nasional Zona Inti Zona Rimba Zona Pemanfaatan Zona Lain Zona Tradisional Zona Rehabilitasi Zona Religi, Bud.Sejarah Zona Khusus • Mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistem √ • Mewakili formasi biota tertentu atau unit-unit penyusunnya √ • Mempunyai kondisi alam yg masih asli tidak atau belum diganggu manusia √ • Mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu yg menunjang pengelolaan yg efektif menjamin berlangsungnya proses ekologis secara alami menjamin berlangsungnya proses ekologis secara alami √ • Mempunyai ciri khas potensinya dapat menjadi contoh yang keberadaannya memerlukan upaya konservasi √ √ Kriteria penetapan zona bersangkutan 16 Lanjutan Tabel 1 Kriteria Penetapan Zona Taman Nasional Permenhut Nomor 56 P.56Menhut-II2006 Zona Taman Nasional Zona Inti Zona Rimba Zona Pemanfaatan Zona Lain Zona Tradisional Zona Rehabilitasi Zona Religi, Bud.Sejarah Zona Khusus • Mempunyai komunitas tumbuhan atau satwa serta ekosistemnya yg langka atau keberadaannya terancam punah keberadaannya terancam punah √ • Merupakan habitat satwa danatau tumbuhan tertentu yg prioritas khasendemik tertentu yg prioritas khasendemik √ • Merupakan tempat aktivitas kehidupan satwa migran √ √ • Kawasan yang merupakan habitat atau daerah jelajah untuk melindungi mendukung upaya perkembangbiakan jenis satwa √ • Memiliki ekosistem danatau keanekaragaman jenis yg mampu menyangga pelestarian zona inti zona pemanfaatan √ √ • Mempunyai daya tarik alam formasi eksositem tertentu geologi yg indah unik √ • Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi daya tarik untuk pariwisata rekreasi alam √ • Kondisi lingkungan di sekitarnya yang mendukung pemanfaatan jasa lingkungan, pengembangan pariwisata alam, rekreasi, penelitian pendidikan pengembangan pariwisata alam, rekreasi, penelitian pendidikan √ • Merupakan wilayah yang memungkinkan dibangun sarana prasarana bagi kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan, pariwisata alam, rekreasi, penelitian pendidikan √ • Tidak berbatasan langsung dengan zona inti √ √ Kriteria penetapan zona bersangkutan 17 Lanjutan Tabel 1 Kriteria Penetapan Zona Taman Nasional Permenhut Nomor 56 P.56Menhut-II2006 Zona Taman Nasional Zona Inti Zona Rimba Zona Pemanfaatan Zona Lain Zona Tradisional Zona Rehabilitasi Zona Religi, Bud.Sejarah Zona Khusus • Adanya potensi dan kondisi sumber daya alam hayati non kayu tertentu yang telah dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat setempat √ • Di wilayah perairan terdapat potensi dan kondisi sumber daya alam tertentu yg telah dimanfaatkan melalui kegiatan perkembangbiakan, perbanyakan pembesaran oleh masyarakat setempat √ • Adanya perubahan fisik, sifat fisik dan hayati yang secara ekologi berpengaruh kepada kelestarian ekosistem yang pemulihannya memerlukan campur tangan manusia √ • Adanya invasi species yang mengganggu jenis dan spesies asli dalam kawasan √ • Pemulihan kawasan dimaksud sekurang- kurangnya memerlukan waktu 5 tahun √ • Adanya lokasi untuk kegiatan religi yang masih dipelihara dan dipergunakan oleh masyarakat √ • Adanya situs budaya dan sejarah baik yang dilindungi undang-undang maupun tidak √ • Telah terdapat sekelompok masyarakat dan sarana penunjang kehidupan sebelum wilayah tsb ditunjukditetapkan sebagai taman nasional √ • Telah terdapat sarana prasarana al telkom, fasilitas transportasi listrik sebelum wilayah tsb ditunjukditetapkan sebagai taman nasional √ √ Kriteria penetapan zona bersangkutan 18 Tabel 2. Hak Agraria dalam Konteks Akses, Pemanfaatan dan Kontrol atas Taman Nasional Sumber : Adiwibowo, et al, 2008 dengan beberapa modifikasi Keterangan : A. UU No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria B. PP No 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah C. PP No 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam D. PP No 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Tumbuhan Liar dan Satwa Liar E. PP No 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam Jenis akseskontrol di dalam taman nasional menurut UU No 51990, UU No 411999 peraturan pelaksanaanya Hak Agraria Berdasarkan UUPA 1960 Hak Pengusahaan Pariwisata Alam Dasar Hukum Hak Milik Hak Guna Usaha Hak Guna Bangunan Hak Sewa Tanah Hak Membuka Tanah Hak Memungut Hasil Hutan Hak Pakai Mengunjungi taman nasional berkunjung, berkemah, mendaki, hiking - - - - √ √ √ E Pengkajian, penelitian, dan pengembangan - - - - √ √ √ D Mengelola usaha pariwisata alam di zona pemanfaatan zona lain - - - - - √ √ C Memungut hasil hutan tumbuhan liar penangkapan satwa liar utk kegiatan penangkaran - - - - √ √ - D Perburuan satwa liar untuk keperluan olah raga buru atau perburuan tradisional - - - - √ √ - D Memungut tumbuhan satwa liar yang tidak dilindungi untuk perdagangan - - - - √ - - D Dasar Hukum A A,B A A A A,B C terbatas sifatnya dan dikonstruksikan dengan maksud untuk melindungi integritas ekosistem kawasan konservasi. Namun pembatasan akses ini berikut larangan perbuatan telah merubah struktur dan relasi agrarian masyarakat sekitar hutan yang telah lama berinteraksi dengan hutan secara turun-temurun dari generasi ke generasi dan telah menggantungkan kehidupannya kepada sumberdaya hutan terutama sumberdaya lahan. Padahal jika kita melihat ke belakang, keberadaan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan yang memanfaatkan sumberdaya lahan di kawasan taman nasional sebagai sumber penghidupan tidaklah serta merta muncul begitu saja. Mereka sudah di sana dalam waktu yang lama. Interaksinya dengan hutan telah membentuk identitas, budaya, kebiasaan, dan tata nilai yang dipegang teguh dan dihormati masyarakatnya dalam kurun waktu yang amat panjang. Pada dasarnya UUPA berpangkal pada pengakuan adanya hak ulayat, namun sebagai konsekuensi dari pandangan bahwa bumi, air, dan ruang angkasa Indonesia tidak semata-mata menjadi hak rakyat asli dari daerah atau pulau yang bersangkutan saja tetapi juga menjadi hak bangsa Indonesia. Maka sebagai implikasinya pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak serupa dari masyarakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataannya masih ada, harus sesuai dengan kepentingan nasional dan negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan Undang-undang dan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi Pasal 3 UUPA. Dalam perjalanannya, konstruksi hukum Pasal 3 UUPA plus Hak Menguasai dari Negara ini Pasal 2 UUPA justru menjadi “kendaraan” yang efektif bagi para penyelenggara negara untuk mengubah, menggunakan atau memanfaatkan secara sepihak tanah-tanah ulayat atau hutan ulayat atas nama program pembangunan. Sehingga ketika tanah ulayat tersebut akan digunakan untuk kepentingan nasional, negara atau bahkan global, warga masyarakat yang mempunyai Hak Pakai atas sebagian tanah ulayat tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan negara. Hal ini tampil kuat dalam UU No 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan kini telah diganti dengan UU No 41 Tahun 1999. Melalui UU No 5 Tahun 1967, Departemen Kehutanan secara sepihak dapat menetapkan 61 persen wilayah daratan Indonesia sekitar 120 juta hektar sebagai kawasan hutan negara dengan alokasi untuk hutan produksi, lindung dan konservasi Adiwibowo et al., 2008.

2.5. Tantangan Pengelolaan Taman Nasional ke Depan