Perekonomian Kabupaten dan Kecamatan di Sekitar TNBBS

Dalam pengembangan wilayahnya, struktur ruang wilayah Kabupaten Lampung Barat tetap mempertimbangkan aspek hierarki kota yang terdiri dari hierarki kota I, hierarki kota II, dan hierarki kota III Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lampung Barat, 2006. Kota yang tergolong ke dalam hierarki kota I adalah kota yang menjadi pusat-pusat pertumbuhan yang merupakan sentra-sentra produksi dan pengolahan hasil produksi. Adapun kota yang termasuk ke dalam hierarki I adalah Liwa. Alasan dimasukkanya Liwa sebagai hierarki kota I karena kota ini merupakan pusat pengembangan utama PKW yang berfungsi sebagai pusat kegiatan administrasi kabupaten, pusat pemasaran dan jasa pelayanan sosial ekonomi skala kabupaten. Sementara itu, kota yang tergolong hierarki kota II adalah kota-kota yang mempunyai posisi strategis sebagai perpanjangan tangan kota Liwa dalam pelayanan daerah belakangan. Kota yang termasuk ke dalam hierarki kota II adalah Krui, Bengkunat, Harya Penggawa, Lemong, Pesisir Utara, Pesisir Tengah, Pesisir Selatan, dan Sumberjaya. Sedangkan kota hierarki III adalah kota-kota yang tergolong sebagai kota yang didorong sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan produktivitas potensi sektor yang ada, pembangunan sarana dan prasarana transportasi, serta perekonomian sehingga keterisolasian daerah dapat diperkecil yang akhirnya dapat mengurangi ketimpangan yang ada pada saat ini. Kota yang masuk dalam kota hierarki III ini adalah Way Tenong, Balik Bukit, Sukau, Belalau, Sekinca, Suoh, Batubruk, Kebun Tebu, dan Gedung Surian.

5.2. Perekonomian Kabupaten dan Kecamatan di Sekitar TNBBS

Struktur perekonomian Kabupaten Lampung Barat di dominasi oleh sektor pertaninan dan perkebunan. Dari 3 Kabupaten yang wilayahnya berbatasan langsung dengan TNBBS, sektor pertanian menyumbang terhadap PDRB terbesar di Kabupaten Lampung Barat Tabel 9. Secara lebih spesifik, dominasi sektor pertanian ini khususnya disumbang oleh sub sektor perkebunan, Dominasi perkebunan ini terlihat jelas baik dari segi luas lahan, produksi, maupun jumlah rumah tangga petani yang terlibat di dalamnya. Data Tabel 10 menunjukkan bahwa komoditas perkebunan yang paling banyak diusahakan adalah tanaman kopi Coffe robusta, disusul coklat, cengkeh dan lada. Komoditas kopi menjadi komoditas unggulan dengan luas lahan dibudidayakan mencapai 51.379 ha dan menyerap 26.292 rumah tangga petani. Diperkirakan kopi dengan asumsi bahwa setiap hektar lahan kopi menghasilkan 600 kg kopi kualitas sedang, maka produksi kopi kabupaten Lampung Barat dapat mencapai 30.827 ton per tahun. Sehingga tidaklah heran jika Indonesia saat ini menjadi pengekspor kopi terbesar keempat di dunia setelah Brazil, Kolombia dan Vietnam, dan Sumatera merupakan wilayah yang sangat penting untuk kopi, khususnya Lampung Barat karena sebagian besar kopi robusta asal Lampung diekspor dari Kabupaten tersebut. Kebun kopi ini sepenuhnya merupakan perkebunan rakyat. Sehingga dapat dipahami jika tanaman ini menyerap banyak rumah tangga petani. Tabel 9. Persentase Sektor Pertanian bagi PDRB Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Tanggamus, dan Kabupaten Kaur No. Kabupaten Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan

1. Lampung Barat

60,20 50,63 2. Tanggamus 47,81 41,48 3. Kaur 47,27 47,80 Sumber : BPS Lampung Barat dan Tanggamus 2003 dan Kaur 2004 Tabel 10. Luas Tanam, Produksi dan Jumlah Rumah Tangga Petani pada Beberapa Komoditas Pertanian Perkebunan Kabupaten Lampung Barat 2003 Jenis Tanaman Luas Ha Produksi Ton Rata-Rata Produksi KgHa Jumlah Petani KK 1. Kopi 51.379 30.827 600 26.292 2. Padi 25.432 20.345 800 12.716 3. Cokelat 5.462 1.748 320 2.654 4, Cengkeh 1.365 369 270 670 5. Lada 654 93 142 215 6. Damar 2.917 828 284 1.465 7. Kemiri 165 121 733 868 8. Nilam 459 65 141 247 9. Vanili 8 3 375 325 10. Kapulaga 11 6 545 977 Sumber : BPS Lampung Barat 2003 data diolah

5.3. Kependudukan di Sekitar TNBBS