baru ini, mereka cenderung untuk membeli lahan-lahan pertanian yang sudah ada dengan sistem ganti rugi, walaupun masih ada beberapa diantara mereka
yang tetap melakukan kegiatan perambahan kawasan hutan. Adanya kegiatan transaksi lahan pertanian dikalangan para petani atas
lahan garapan mereka merupakan salah satu kekhawatiran terhadap kelangsungan kawasan TNBBS. Mereka cenderung untuk ”memperjualbelikan”
lahan pertanian tersebut apabila mereka merasa perlu untuk menjualnya atau sedang keadaan terdesak oleh kebutuhan ekonomi. Hanya saja, kata-kata jual
beli disini disamarkan dengan istilah ganti rugi. Pada saat sekarang pola ”ganti rugi” lahan merupakan modus perambahan terbesar di TNBBS. Hal ini tentu saja
menimbulkan dampak yang tidak baik bagi keberadaan kawasan taman nasional tersebut. Apabila masalah ini tidak segera diselesaikan, maka semakin lama
tingkat ketergantungan perambah terhadap taman nasional pun akan semakin besar.
Berikut ini pada Gambar 10, Gambar 11, dan Gambar 12 secara
berturut-turut disajikan sketsa, riwayat perkembangan, dan skema transek series dusun Sidomakmur.
6.3. Tipologi Permukiman dan Pola Akses Masyarakat
Berdasarkan hasil observasi langsung dan wawancara mendalam dengan beberapa tokoh masyarakat, secara umum terdapat tiga pola akses yang dlakukan
oleh kelompok masyarakat pada setiap anak dusuntalang, yaitu perambah musiman, perambah tepi, dan pemukim tetap. Kelompok perambah musiman
merupakan perambah yang hanya datang pada saat musim panen kopi saja. Kelompok perambah tepi merupakan petani yang bertempat tinggal di dekat
kawasan atau di perbatasan taman nasional dan memiliki lahan di dalam kawasan. Biasanya perambah ini merupakan kelompok perambah yang “datang
pagi pulang sore”. Kelompok pemukim tetap adalah kelompok masyarakat yang memiliki kebun sekaligus tinggal menetap di dalam kawasan. Berikut ini pada
Gambar 13 disajikan diagram pola akses dan kontrol masyarakat Dusun
Sidomakmur ke taman nasional.
Gambar 10. Sketsa Dusun Sidomakmur
Batas TNBBS
82
Gambar 11. Riwayat Perkembangan Dusun Sidomakmur
Keterangan : Meskipun beberapa wilayah Dusun Sidomakmur telah berada diluar kawasan TNBBS, tetapi keberadaan kebun kopi milik masyarakat sampai saat ini masih berada
didalam kawasan TNBBS Umbulan Padang Alang-Alang Suku
Semendo dan Lampung 1940
Masuk peladang baru Program BRN,Jawa, Semendo dan Lampung
1966 Terjadi kebakaran hutan, sehingga membuka
ladang baru di Talang Abang Besar 1968
Penetapan Menjadi Dusun Sidomakmur
1977 Pemasangan Batas TNBBS yang meyebabkan posisi
Dusun Sidomakmur berada di dalam kawasan 1982
Rintisan pembanguna jalan Program AMD menuju Kayu Are dan Suoh
1983 Pertambahan jumlah penduduk karn transmigrasi
dari Jawa sehingga menjadi 100 KK 1987
Jumlah penduduk Sidomakmur menjadi 150 KK
1997 Rekontruksi Batas TNBBS, sehingga Dusun
Sidomalmur berada diluar kawasan kecuali Talang Air Kelat dan Talang Bukit
2002
Dusun Sidomakmur mengalami kemajuan pesat dan mencapai 170 KK
2004 Dusun Sidomakmur diusulkan menjadi desa terpisah dari desa Sukananti
sebagai desa induk dengan 5 talangkelompok masyarakat menjadi dusun meliputi Talang Air Kelat, Talang Bukit, Air Abang Kecil, Air Abang Besar,
dan Kayu Are. Jumlah penduduk pada saat sekarang mencapai 196 KK. 2008
Berdasarkan Tataguna lahan tahun 2002
Berdasarkan Tataguna Lahan tahun 2002
Keterangan :
: Batas Kawasan TNBBS
Gambar 12. Transek Series Dusun Sidomakmur 1977 sd 2002
Kawasan TNBBS
Kawasan TNBBS
Sumber : berdasarkan hasil diskusi dengan tokoh masyarakat Sidomakmur
Gambar 13. Diagram Pola Akses Anak DusunTalang Dusun Sidomakmur ke
Taman Nasional
Talang Kayu Are dan Talang Air Abang Kecil digolongkan sebagai pola akses tipe A karena memiliki wilayah talanganak dusun dan permukiman di luar
kawasan serta sebagian areal kebun kopi berada di dalam kawasan taman nasional. Kemudian Talang Air Abang Besar dan Sidomakmur termasuk ke
dalam pola akses tipe B karena sebagian wilayah talanganak dusun dan permukiman berada di dalam kawasan serta seluruh areal kebun kopi berada di
dalam kawasan taman nasional. Sedangkan untuk Talang Bukit dan Air Kelat digolongkan ke dalam pola akses tipe C dimana seluruh areal permukiman dan
kebun kopi berada di dalam kawasan taman nasional. Ketiga tipe pola akses ini pada dasarnya hampir sama dengan klasifikasi
tipologi permukiman di sekitar taman nasional yang dikembangkan oleh Adiwibowo et al 2008.
Pola Akses Penduduk Dusun Sidomakmur kedalam Kawasan
TNBBS
Kelompok perambah musiman: sebagian areal
kebun di kawasan dan permukiman berada di
luar kawasan
Kelompok perambah tepi: seluruh kebun di dalam
kawasan dan sebagian permukiman diluar kawasan,
“datang pagi pulang sore”
Kelompok pemukim tetap: memiliki kebun dan
permukiman di dalam kawasan
Kayu Are dan Air Abang Kecil
Air Abang Besar dan Sidomakmur
Talang Air Kelat dan Talang Bukit
Pola Akses Tipe A Pola Akses Tipe B
Pola Akses Tipe C
Berikut ini pada Gambar 14 disajikan gambaran tipe pemukiman
masyarakat di kawasan taman nasional.
Gambar 14. Tipe pemukiman dan pertanian di kawasan TNBBS
VII. RELASI KEKUASAAN ANTAR PIHAK DAN PENGARUHNYA TERHADAP WUJUD FISIK KAWASAN
7.1. Konversi TNBBS Menjadi Permukiman dan Kebun Kopi
Seperti telah diutarakan bahwa penambahan jumlah penduduk secara langsung berdampak pada semakin luasnya perambahan dalam kawasan
TNBBS. Terbatasnya lahan usaha tani di dalam kawasan bududaya berdasarkan data dari Bappeda, kawasan budidaya di Kabupaten Lampung Barat hanya
sekitar 23,28 dan sisanya nerupakan kawasan lindung yang terdiri atas TNBBS dan hutan lindung. Berdasarkan data citra landsat tahun 200-2003,
areal yang telah dikonversi menjadi kebun kopi dan komoditi lain mencapai sekitar 28 dari luas keseluruhan TNBBS atau 89.224 Ha. Dari total
keseluruhan areal kawasan yang telah dirambah oleh masyarakat dan digunakan untuk kegiatan pertanian, 17 55.402 ha berupa kebun aktif dan 11
33.822 kebun tidak aktif, yaitu kebun yang ditinggalkan tetapi pada saat musim panen terkadang masih diambil hasilnya. Kemudian dari total luas kebun yang
aktif, 82 45.657 ha di dominasi oleh kebun kopi yang ditumpangsarikan dengan lada, kayu, manis, cengkeh, nilam dan tanaman tahunan; 6 berupa
kebun damar campur dengan tanaman tahunan, dan 12 berupa perambahan baru tanaman muda kopi dan coklat serta ladang padi. Bahkan hampir seluruh
areal TNBBS yang berada di sekitar Gunung Sekincau Resort Sekincau sudah berubah fungsi menjadi kebun kopi. Diperkirakan pada saat ini, ada sekitar
26.292 KK yang merambah kawasan TNBBS di wilayah Resort Sekincau
1
. WWF menyatakan bahwa perambahan yang sekarang terjadi merupakan
hasil dari kegiatan perambahan lama sebelum kawasan ditetapkan menjadi taman nasional tahun 1982 dan pada era 1982-2000. Sedangkan untuk
kegiatan perambahan di atas tahun 2000, digolongkan ke dalam perambahan baru. TNBBS mengungkapkan adanya tiga tipe utama perambahan yaitu
perambah musiman , perambah tepi, dan pemukim tetap. Kelompok perambah musiman merupakan perambah yang hanya datang pada saat musim panen kopi
1
berlangsung di beberapa daerah di wilayah Resort Sekincau, lebih lanjut lihat Tabel 19