Kedudukan TNBBS dalam Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Barat

V. STRUKTUR RUANG WILAYAH, PEREKONOMIAN DAN KEPENDUDUKAN

5.1. Kedudukan TNBBS dalam Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Barat

Kabupaten Lampung Barat merupakan Kabupaten yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1991, tanggal 24 September 1991. Secara administratif kabupaten yang beribukota di Liwa ini memiliki batas-batas sebagai berikut: a. Sebelah utara dengan Kabupaten Waykanan dan Kabupaten Lampung Utara serta berbatasan dengan wilayah Propinsi Sumatera Selatan, b. Sebelah selatan dengan Samudera Indonesia, c. Sebelah Barat dengan Kabupaten Kaur Propinsi Bengkulu, d. Sebelah Timur dengan Kabupaten Tanggamus Propinsi Lampung. Luas Kabupaten Lampung Barat 494.040 hektar atau 13.99 dari luas wilayah Propinsi Lampung, dengan jumlah penduduk 393.520 jiwa Bappeda Lampung Barat, 2007. Dari luas 494.040 hektar wilayah kabupaten Lampung Barat, 76.28 merupakan kawasan lindung yang meliputi TNBBS, hutan lindung, dan cagar alam laut BBS, serta hanya 23,28 kawasanareal budidaya. Kemudian dari 76.28 atau sekitar 376.854 hektare kawasan lindung di kabupaten Lampung Barat, 280.300 hektar 74,39 merupakan kawasan TNBBS Gambar 7. Dengan demikian, Kabupaten Lampung Barat merupakan kabupaten yang memiliki posisi strategis dalam usaha konservasi keanekaragaman hayati. Sehingga pada akhirnya setelah melalui proses pengkajian panjang maka pada tanggal 28 April 2006 berdasarkan SK Bupati Nomor B87KPTSIII.012006, Kabupaten Lampung Barat mendeklarasikan diri sebagai kabupaten konservasi. Basis ekologis dataran tinggi di Kabupaten Lampung Barat menuntut respon pengembangan wilayah yang khas. Penataan ruang harus sinergis antara konteks ekologi dengan kebutuhan masyarakat. Untuk itu diperlukan sebuah penanganan bagi terciptanya tata ruang yang berkeadilan bagi kepentingan para pihak. 62 Gambar 7. Kedudukan TNBBS d Kabupaten Lampung Barat Sumber : Badan Planologi Kehutanan, 2007 Dalam kaitannya dengan keberadaan TNBBS, Kabupaten Lampung Barat sebagai Kabupaten Konservasi harus mempadu-selaraskan status tersebut dengan program pengembangan wilayah. Pemekaran wilayah yang dilakukan sebagai tuntutan dan aspirasi masyarakat dan juga konsekuensi dari semakin bertambahnya jumlah penduduk menjadi program prioritas. Tercatat pada saat ini Kabupaten Lampung Barat telah memiliki 17 kecamatan, 176 Pekondesa dan 5 kelurahan. Pemekaran wilayah yang terjadi pun akhirnya berdampak pada semakin meningkatnya kebutuhan akan sumberdaya lahan budidaya, pemukiman serta infrastruktur. Kondisi Lampung Barat yang 76.28 luas wilayahnya merupakan kawasan lindung jelas tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Hal ini kemudian menjadi dilematis, karena sebagai Kabupaten Konservasi, maka Lampung Barat memiliki kewajiban untuk melestarikan keberadaan hutan, termasuk TNBBS sebagai World Heritage Site. Di sisi lain mempertahankan hutan sebagai sumberdaya bersama common resource berpotensi menjadi pembatas bagi peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang sebagian besar bermata pencaharian di sektor pertanian. Dengan adanya pemekaran wilayah muncul pula tuntutan atas pembangunan infrastruktur jalan. Terdapat 3 lokasi ruas jalan yang dituntut untuk dibangun yaitu: 1 Rata Agung Way Manula 14 Km, 2 Liwa-Krui 15 Km,dan 3 Sanggi-Bengkunat 11,5 Km. Menilik lokasi jalan tersebut, hampir keseluruhan menembus kawasan TNBBS. Hal ini menimbulkan perdebatan di kalangan Pemerintah Daerah dan Balai TNBBS. Bagi pemerintah daerah, pembangunan jalan berarti pembukaan aksesibilitas dan hal demikian berpeluang terhadap peningkatan kesempatan penduduk dalam meningkatkan kesejahteraan. Sementara bagi Balai TNBBS, pembukaan jalan semacam itu akan menciptakan fragmentasi wilayah taman nasional dan memperbesar ancaman terhadap kawasan konservasi Gambar 8. Berdasarkan wawancara dengan Staff Bappeda Lampung Barat, didapat informasi bahwa walaupun pembangunannya sampai saat ini ditunda karena menimbulkan perdebatan, serta ada rencana pihak Pemda untuk mengalihkan pembuatan jalan tersebut ke areal hutan lindung, namun tetap saja suatu saat karena tuntutan pembangunan, jalan tembus kawasan TNBBS tersebut dapat terealisasi. 64 Gambar 8. Jalan Tembus Kawasan TNBBS 1 2 3 Sumber : Balai TNBBS 2004 Dalam pengembangan wilayahnya, struktur ruang wilayah Kabupaten Lampung Barat tetap mempertimbangkan aspek hierarki kota yang terdiri dari hierarki kota I, hierarki kota II, dan hierarki kota III Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lampung Barat, 2006. Kota yang tergolong ke dalam hierarki kota I adalah kota yang menjadi pusat-pusat pertumbuhan yang merupakan sentra-sentra produksi dan pengolahan hasil produksi. Adapun kota yang termasuk ke dalam hierarki I adalah Liwa. Alasan dimasukkanya Liwa sebagai hierarki kota I karena kota ini merupakan pusat pengembangan utama PKW yang berfungsi sebagai pusat kegiatan administrasi kabupaten, pusat pemasaran dan jasa pelayanan sosial ekonomi skala kabupaten. Sementara itu, kota yang tergolong hierarki kota II adalah kota-kota yang mempunyai posisi strategis sebagai perpanjangan tangan kota Liwa dalam pelayanan daerah belakangan. Kota yang termasuk ke dalam hierarki kota II adalah Krui, Bengkunat, Harya Penggawa, Lemong, Pesisir Utara, Pesisir Tengah, Pesisir Selatan, dan Sumberjaya. Sedangkan kota hierarki III adalah kota-kota yang tergolong sebagai kota yang didorong sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan produktivitas potensi sektor yang ada, pembangunan sarana dan prasarana transportasi, serta perekonomian sehingga keterisolasian daerah dapat diperkecil yang akhirnya dapat mengurangi ketimpangan yang ada pada saat ini. Kota yang masuk dalam kota hierarki III ini adalah Way Tenong, Balik Bukit, Sukau, Belalau, Sekinca, Suoh, Batubruk, Kebun Tebu, dan Gedung Surian.

5.2. Perekonomian Kabupaten dan Kecamatan di Sekitar TNBBS