Gangguan Satwaliar Sosial Masyarakat Desa Sekitar Hutan

Tabel 4.14. Penggunaan lahan desa di sekitar Tahura Seulawah Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan Ha Suka Damai Suka Mulia Saree Aceh Lamtamot Sawah 200 65 275 Kebun 4930 400 600 869 Ladang 250 18000 185 500 Pemukiman 220 35 150 105 Penggembalaan 800 500 21 Hutan desa 5765 830 T o t a l 5600 25000 1500 2600 Penggunaan lahan bagi penduduk desa berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat terutama untuk kebutuhan pangan dan kebutuhan primer lainnya. Dengan demikian komoditi yang diusahakan disesuaikan dengan keperluan mereka, selain untuk konsumsi sendiri komoditi tersebut juga harus mempunyai peluang pasar sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Desa di sekitar Cagar Alam Pinus Jantho belum pernah terjadi konflik antara manusia dan gajah. Diduga hal ini karena belum terjadi gangguan yang berarti di dalam kawasann hutan cagar alam. Berbeda dengan desa di sekitar Tahura yang masyarakatnya kerap mengalami gangguan gajah hingga menelan korban jiwa.

4.7.4. Gangguan Satwaliar

Berdasarkan laporan dari masyarakat desa sekitar Cagar Alam Pinus Jantho, belum pernah terjadi gangguan gajah yang masuk ke kebunladang maupun pemukiman. Gangguan satwa liar yang sering terjadi di semua desa adalah gangguan dari babi hutan dan monyet. Beberapa desa, seperti Desa Bueng dan Desa Jalin sering terjadi gangguan harimau. Menurut Geuchik Desa Bueng, Universitas Sumatera Utara sampai bulan Oktober 2012 saat data ini diambil frekuensi harimau masuk ke pemukiman terlalu sering, hingga menghabiskan 20 ekor ternak, bahkan dalam satu bulan pernah terjadi empat kali pemangsaan ternak. Hal itu bisa dipahami, karena letak desa yang berbatasan dengan hutan lindung dan cagar alam. Gangguan gajah yang terjadi di Desa Suka Mulya sekitar Tahura terjadi pada tahun 2001 dan menewaskan satu orang. Namun menurut catatan Sekretaris Desa Suka Mulya, belakangan frekuensi gangguan gajah berkurang, di wilayah ini gangguan hanya terjadi tiga tahun sekali. Pada tahun 1980 an gangguan gajah liar terjadi hampir setiap tiga bulan sekali, dengan anggota kelompok sekitar 20 ekor. Menurut laporan dari masyarakat, sering terlihat kelompok gajah liar yang jumlahnya lk.15 ekor berada di sekitar kawasan hutan dimana kelompok ternak Pulok Cut diangon, namun tidak mengganggu. Dusun Suka Makmur adalah salah satu wilayah dari Desa Suka Damai merupakan jalur lintasan gajah menuju arah Tahura. Dusun ini dahulu paling sering mendapat gangguan gajah, namun sejak pertengahan tahun 1990an konflik mulai mereda. Gangguan gajah biasanya berlangsung sekitar satu minggu. Gajah keluar dari hutan pagi hari untuk merusak kebun masyarakat, ketika malam hari gajah akan kembali masuk ke dalam hutan. Gangguan gajah liar di desa Lamtamot cukup sering terjadi. Gajah liar sering datang ke desa Lamtamot bertepatan dengan awal musim panen. Biasanya kelompok gajah masuk ke wilayah desa yang berbatasan dengan hutan menuju ke sawah yang siap dipanen. Gajah liar berjumlah 15 ekor, 7 ekor atau bahkan kelompok besar hingga 30 ekor memakan padi dan pinang sambil terus berjalan. Masyarakat merasakan kerugian yang cukup besar karena gajah merusak panen Universitas Sumatera Utara mereka, setahun dua kali. Bahkan masyarakat dusun Paya Keureuleh yang berbatasan dengan HTI ada yang meninggal karena diinjak gajah. Selain gangguan gajah, di desa ini juga mengalami gangguan harimau, yang terjadi pada tahun 1990 an.

4.8. Indeks Kesesuaian Habitat Indeks Kesesuaian Habitat Gajah I