4.4. Kepadatan Populasi Gajah Sumatera
Estimasi jumlah individu gajah di Cagar Alam Pinus Jantho dilakukan dengan metode tidak langsung, yaitu melalui penghitungan jumlah kotoran yang
dijumpai sepanjang jalurtransek. Total dari panjang transek adalah 11 km dan lebar transek 10 meter atau 0,01 km, maka luas jalur contoh adalah 0,11 km
2
. Pada luasan contoh tersebut jumlah kotoran N yang ditemukan adalah 60 pellet
yang berarti dalam 1 km
2
terdapat 600,11 = 545 pellet. Untuk menentukan laju urai kotoran r dilakukan pengamatan terhadap kotoran
segar yang benar-benar baru dan diberi tanda. Pengamatan dimulai dari hari pertama sampai kotoran tersebut benar-benar habis terurai Gambar 4.13.
Tercatat 96 hari untuk dekomposisi kotoran di lokasi penelitian, yang berarti laju urai kotoran adalah 0,01042. Laju produksi kotoran D menurut
CITESMIKE dalam Lahkar et al 2007 adalah 18,07. Dengan demikian kepadatan populasi gajah di lokasi penelitian diperkirakan sebanyak:
E =
N x r D
=
545 x 0,01042 18,07
= 0,314 ekorkm
2
Bila luas kawasan Cagar Alam 16.640 Ha atau 166,4 km
2
berarti individu gajah yang ada diperkirakan sebanyak 52 ekor.
4.5. Sumber Air
Cagar Alam Pinus Jantho merupakan hulu sungai Krueng Aceh dan kawasan ini merupakan daerah tangkapan air yang penting bagi DAS Krueng
Aceh. Keberadaan sungai besar ini merupakan sumber air yang penting bagi gajah mengingat gajah sangat membutuhkan air disamping makanan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Santiapilai 1990 bahwa salah satu syarat untuk hidup
Universitas Sumatera Utara
KOTORAN SEGAR 16 Agustus 2012
hari pertama
Kondisi kotoran gajah pada 2 oktober 2012
hari ke 47 Kotoran gajah
telah terdekomposisi sempurna pada 18 November 2012
hari ke 96
Gambar 4.13. Laju urai kotoran gajah
Universitas Sumatera Utara
gajah adalah ketersediaan air, sedangkan Alikodra 2002 yang mengatakan bahwa satwa menempati habitatnya karena daerah tersebut menyediakan
komponen yang dibutuhkan, seperti air. Air permukaan merupakan hal yang penting bagi kehidupan gajah, karena
gajah membutuhkan air dalam volume yang besar bukan hanya untuk minum, namun juga untuk mandi dan berendamberkubang. Untuk itu gajah akan
menyebar dengan jarak tertentu selama masih dapat menjangkau sumber air; baik berupa sungai, alur maupun cekungan di darat yang berbentuk seperti kolam.
Sehubungan dengan hal itu, Chong 2005 mengatakan bahwa pada siang hari gajah menyemprotkan air pada tubuhnya agar tetap dingin dan bersih. Oleh karena
itu pergerakan gajah tidak jauh dari air, baik untuk minum maupun untuk mandi dan mendinginkan badannya. Untuk kebutuhan minumnya, menurut Sukumar
1989 gajah memerlukan air lebih dari 200 liter air per hari. Mengingat kebutuhan air bagi gajah yang begitu besar, suatu habitat harus
menyediakan komponen tersebut dalam jumlah yang cukup untuk dapat mendukung kehidupan gajah. Idealnya air harus tersedia sepanjang musim, agar
kebutuhan utama sekaligus faktor kesejahteraan bagi gajah tetap terpenuhi. Ketersediaan air permukaan pada Sub DAS Krueng Inong dan sebagian Sub DAS
Krueng Keumireu, DAS Krueng Aceh yang meliputi wilayah Cagar Alam Pinus Jantho tersaji pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11. menunjukkan pada rentang waktu sepuluh tahun dari tahun 2002 – 2011, volume air permukaan yang tersedia di jaringan sungai Krueng Aceh yang
paling tinggi adalah tahun 2005 yaitu sebesar 132.668.888,52 m
3
; sedangkan yang paling rendah adalah tahun 2010 yaitu hanya 47.650.306,77 m
3
. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
menurut Suripin 2002 karena ketersediaan air mengandung unsur variabilitas ruang spatial variability dan variabilitas waktu temporal variability yang
sangat tinggi, sehingga sesuai dengan konsep siklus hidrologi, jumlah air di suatu luasan tertentu di bumi dipengaruhi oleh masukan input dan keluaran output
yang terjadi. Dalam hal ini, masukan berupa curah hujan dan keluarannya adalah evaporasi yang dipengaruhi oleh suhu.
Tabel 4.11. Potensi Air Sub DAS Krueng Inong dan Sebagian Sub DAS Krueng Keumireu, DAS Krueng Aceh Wilayah Cagar Alam Pinus Jantho
Tahun 2002 – 2011
Tahun Suhu
C CH
mmth Eo
mmth Ea
mmth R
mmth Potensi air
m
3
th Luas
CA Ha
2002 20,96
1778 1.160,45 986,6333 791,3667
131.683.416,55
16640 2003
27,14 1706
1.557,98 1177,52 528,4803
87.939.121,65 2004
28,96 1606
1.687,85 1195,263 410,7375 68.346.711,70
2005 26,83
2049 1.535,95 1251,711
797,289 132.668.888,52
2006 26,18
1782 1.491,29
1167,96 614,0399 102.176.231,96
2007 26,31
1698 1.500,39 1149,831 548,1689
91.215.304,36 2008
26,42 1514
1.507,81 1095,999 418,0008 69.555.333,39
2009 26,56
1310 1.517,54 1021,325 288,6755
48.035.599,64 2010
26,64 1309
1.523,28 1022,64
286,36 47.650.306,77
2011 20,15
1737 1.113,57 951,4238 785,5762
130.719.874,03
Potensi air rata-rata 90.999.078,86 m
3
th Sumber: Data Iklim dari Stasiun Klimatologi Indrapuri, Kab. Aceh Besar diolah
Berdasarkan data tersebut, potensi air rata-rata selama sepuluh tahun sebesar 90.999.078,86 m
3
th. Bila kondisi ketersediaan air demikian, dan asumsinya kebutuhan minum seekor gajah 200 liter per hari dan populasi gajah 52 ekor,
berarti kebutuhan air gajah 10.400 liter per hari dan kebutuhan air per tahun
Universitas Sumatera Utara
sebesar 3.796.000 liter. Dengan demikian ketersediaan air permukaan di kawasan Cagar Alam Pinus Jantho sangat mencukupi kebutuhan populasi gajah
yang ada. Sebaran jaringan sumber air di kawasan Cagar Alam Pinus Jantho seperti terlihat pada Gambar 4.14.
4.6. Salt Licks