Koridor Habitat TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Hukum

2.7. Koridor Habitat

Koridor habitat adalah jalur-jalur lahan yang dilindungi yang menghubungkan satu cagar alam dengan cagar alam yang lain. Koridor ini dapat memungkinkan tumbuhan dan satwa untuk menyebar dari satu cagar ke yang lain, sehingga memungkinkan aliran gen serta kolonisasi lokasi yang sesuai. Koridor juga dapat berfungsi membantu melestarikan satwa yang harus melakukan migrasi musiman diantara berbagai tipe habitat yang berbeda, untuk mendapatkan sumber pakan Simberloff et al, 1992. Menurut Khanna et al 2001 koridor adalah bidanglahan sempit bagian dari hutan yang menghubungkan 2 areal hutan yang luas. Koridor membantu pemencaran dan pergerakan individu-individu spesies antara kantong-kantong habitat untuk mencari sumber pakan, tempat berlindung, berkembang biak dan aktivitas lainnya, dengan demikian dapat menambah ukuran populasi efektif dan mengurangi kemungkinan kepunahan. Wilson dan Lindenmayer 1995 dalam Anonim tanpa tahun mendefinisikan koridor habitat sebagai elemen lansekap linier dua dimensi yang berbeda baik bentuk dan struktur vegetasinya, dengan vegetasi sekelilingnya, dan menghubungkan dua atau lebih wilayah yang terpotong, dari habitat yang terisolasi, yang dulunya terhubung. Koridor berfungsi sebagai saluran penghubung baik tumbuh-tumbuhan maupun satwaliar. Restorasi bentang alam yang terfragmentasi dibutuhkan untuk menciptakan keterhubungan antar organisme dan konservasi keanekaragaman jenis. Hal ini dapat dicapai dengan membangun koneksitas antar bidang lahan yang terfragmentasi. Pada level bentang alam koneksitas dikenal sebagai tingkatan Universitas Sumatera Utara yang memudahkan pergerakan diantara kantong-kantong sumberdaya Taylor et al 1993. Ada 2 komponen utama yang potensial mempengaruhi koneksitas spesies, komunitas atau proses ekologi, yakni: komponen struktural dan komponen perilaku Bennett 1990. Komponen struktural sebagian besar berhubungan dengan susunan spasial habitat dalam bentang alam, sementara komponen perilaku didasarkan pada respon spesies terhadap kondisi fisik bentang alam. Konsep koneksitas, sama saja artinya dengan koridor habitat, koridor pergerakan, koridor satwaliar, koridor dispersal atau koridor keanekaragaman hayati; prinsip dasarnya adalah untuk melestarikan dan restorasi ekosistem Bennett 2003.

2.8. Ekosistem Ulu Masen