Kepadatan Populasi Gajah Sumber Garam-garam Mineral Salt Licks Desa Sekitar Hutan

Jenis tumbuhan pakan tingkat pertumbuhan tiang dbh antara 10-20 cm dan tingkat pertumbuhan pohon dbh20 cm dan dimakan bagian daunnya, analisis produktivitas pakan bisa didekati melalui pendekatan jatuhan produktivitas serasah dengan menggunakan penampung serasah litter trap Corbeels, 2001. Produksi buah, diestimasi dengan menghitung buah yang terdapat pada petak contoh yang ditentukan secara purposive, dengan ukuran petak contoh 4m x 4m untuk semaksapling dan 0,1 ha untuk tingkat pohon. Jumlah buah pada setiap pohon yang berada di dalam setiap petak contoh dihitung berdasarkan jumlah buah yang terdapat pada seluruh ranting dan cabang Alikodra, 1990. Produksi kulit batang dihitung dengan cara mengupas kulit batang pada tumbuhan tingkat pancang yang dimakan gajah, dan menimbangnya. Penghitungan produksi hanya dilakukan pada 10 sepuluh jenis pakan gajah yang mempunyai palatabilitas tertinggi.

3.3.2.2.5. Kepadatan Populasi Gajah

Prediksi kepadatan populasi gajah, dilakukan dengan metode tak langsung, yaitu dengan menghitung tumpukan kotoran gajah yang ditemukan di lokasi studi dengan mengikuti jalur jelajah gajah dan juga tempat yang dipastikan sebagai lokasi aktivitas gajah. Kepadatan populasi gajah menurut Barnes 2001 bisa didekati melalui 3 tiga variabel, yaitu i kelimpahanjumlah kotoran per km 2 , ii laju produksi kotoran per hari dan iii laju dekomposisi kotoran hari. Jumlah kotoran adalah akumulasi dari seluruh kotoran dung piles yang ditemukan sepanjang transek pengamatan per km 2 . Laju produksi kotoran defecation rate adalah berapa kali seekor gajah membuang kotoran per hari, yang menurut Santiapillai dan Suprahman 1986 berkisar 16 – 18 kali per hari dan berdasarkan Universitas Sumatera Utara standar dari CITESMIKE dalam Lahkar et al 2007 adalah 18,07 per hari. Laju dekomposisi kotoran menunjukkan berapa lama hari kotoran dung piles terurai semuanya, dengan mengamati kotoran contoh yang sudah ditandai Lahkar et al, 2007. Laju dekomposisi urai kotoran bervariasi menurut lokasi dan waktu: 0,0252 de Silva 2001, sementara menurut Dekker et al 1984 sebesar 0,0127.

3.3.2.2.6. Sumber Garam-garam Mineral Salt Licks

Penyebaran sumber garam-garam mineral salt licks dapat diketahui dengan melakukan penggabungan dua metode, yaitu mengumpulkan informasi dari masyarakat dan observasi eksplorasi pada lokasi-lokasi yang diasumsikan banyak mengandung garam-garam mineral dan sering dikunjungi gajah dari tandajejak. Lokasi dimaksud adalah beting-beting sungai dan lantai hutan yang terletak di lereng-lereng bukit lembah serta batu jilatan seunong [aceh] .

3.3.2.2.7. Desa Sekitar Hutan

Pengambilan data dilakukan pada desa-desa yang berbatasan langsung dengan Cagar Alam Pinus Jantho, yaitu: desa Bueng, Jalin, Aweek, Data Cut, Weu dan Jantho lama. Untuk desa-desa sekitar TAHURA Cut Nyak Dhien, yang dipilih adalah Desa Suka Damai, Suka Mulya, Saree Aceh dan Lamtamot. Selain melakukan wawancara serta pengisian kuesioner kepada Geuchik Gampong danatau Sekretaris Desa setempat untuk mengetahui data desa, data juga diperoleh melalui penelusuran data sekunder dari instansi terkait seperti: Biro Pusat Statistik Provinsi Aceh dan BAPPEDA Kabupaten Aceh Besar. Data desa sekitar hutan yang dikumpulkan adalah data pertumbuhan penduduk sepuluh tahun terakhir 2001 – 2011, data pemanfaatan lahan desa serta komoditi yang ditanam oleh masyarakat sekitar hutan. Universitas Sumatera Utara

3.3.3. Metode Analisis Data