Desa sekitar Tahura Seulawah Pemanfaatan Lahan Desa

4.7.2. Desa sekitar Tahura Seulawah

Desa-desa di sekitar Taman Hutan Raya Seulawah yang dipilih adalah desa Suka Damai, Suka Mulia, Saree Aceh, dan Lamtamot. Secara umum desa-desa ini lebih luas dibandingkan dengan desa sekitar Cagar Alam, demikian juga dengan jumlah penduduk yang fluktuasinya sangat dipengaruhi oleh jumlah pendatang yang cukup besar.Menurut data dari BPS Kabupaten Aceh Besar, desa yang mempunyai wilayah terluas adalah Desa Suka Damai yaitu: 65,75 Km 2 . Desa yang mempunyai wilayah terkecil adalah desa Saree Aceh, yaitu: 38,25 Km 2 . Bila dilihat dari kepadatan penduduknya, desa Lamtamot merupakan desa terpadat 72 jiwakm 2 , sedangkan Suka Mulia tingkat kepadatannya terendah 17 jiwakm 2 ; Kepadatan penduduk dan perbandingannya dengan luas gampong dapat dilihat pada Gambar 4.18. Gambar 4.18. Histogram perbandingan luas gampong dengan kepadatan penduduk desa sekitar Tahura Seulawah tahun 2011 10 20 30 40 50 60 70 Lamtamot Suka Damai Suka Mulia Saree Aceh Luas Gampong km2 kepadatan penduduk orangkm2 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan data desa yang diperoleh dari BPS Kabupaten Aceh Besar jumlah penduduk total 4 desa sekitar hutan tersebut pada tahun 2000 adalah 4464 orang dan tahun 2009 adalah 6595 orang. Dengan demikian rata-rata ratio pertumbuhan penduduk desa sekitar Taman Hutan Raya Seulawah selama 9 tahun adalah 4,43 Lampiran 4. Angka ini termasuk dalam kategori sangat tinggi. Hal ini diduga karena pengaruh dari pertambahan penduduk non alami, yaitu para pendatang. Pertumbuhan penduduk selama sepuluh tahun seperti terlihat pada Gambar 4.19. Gambar 4.19. Kurva Pertumbuhan Penduduk Desa Sekitar Tahura Seulawah Tahun 2001– 2011

4.7.3. Pemanfaatan Lahan Desa

Lahan desa di sekitar hutan Cagar Alam secara umum lebih banyak dimanfaatkan sebagai ladangkebun yang ditanami kemiri, sawit, pinang dan coklat. Di desa Bueng dan Weu, pemanfaatan lahan untuk ladangkebun mencapai hampir 50 persen. Selain itu juga masih banyak terdapat lahan terlantar yang 500 1000 1500 2000 2500 3000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Lamtamot Suka Damai Suka Mulia Saree Aceh ju ml a h p en d u d u k ji w a tahun ke Universitas Sumatera Utara sengaja digunakan sebagai lahan penggembalaan ternak. Penggunaan lahan terlantar untuk keperluan penggembalaan, di desa Data Cut mencapai 59 persen dari total luas desa. Penanaman lahan untuk padi sawah paling banyak adalah desa Jalin, yang mencapai 41 persen dari luas desa. Luas penggunaan lahan desa sekitar Cagar Alam Pinus Jantho dapat dilihat pada Tabel 4.13. Tabel 4.13. Penggunaan lahan desa di sekitar Cagar Alam Pinus Jantho Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan Ha Bueng Jalin Data Cut Aweek Weu Jantho Lama Sawah 100 135 32 65 140 40 Kebunladang 300 90 300 300 520 80 Lahan terlantar 194 100 493 1100 90 20 Pemukiman 6 4 6 1,5 35 5 Hutan desa 2500 270 165 T o t a l 600 329 831 3966,5 1055 310 Pola penggunaan lahan di desa-desa sekitar Tahura Seulawah hampir sama dengan desa sekitar Cagar Alam Pinus Jantho, yakni sebagai sawah, kebun, ladang, maupun lahan terlantar untuk tujuan penggembalaan. Sebagian besar lahan digunakan sebagai kebun dan ladang. Untuk tanaman perkebunan, masyarakat memilih coklat, pala, cengkeh, sengon, kemiri, pinang dan kelapa. Tidak seperti desa di sekitar Cagar Alam, masyarakat desa sekitar Tahura tidak menanam sawit, yang menurut mereka kurang cocok ditanam. Komoditi yang dipilih untuk ditanam di ladang adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang hijau, kacang tanah, cabe, tomat dan bengkoang. Selain itu penggunaan lahan juga untuk padi sawah, kecuali di desa Suka Mulya tidak ada lahan untuk sawah Tabel 4.14. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.14. Penggunaan lahan desa di sekitar Tahura Seulawah Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan Ha Suka Damai Suka Mulia Saree Aceh Lamtamot Sawah 200 65 275 Kebun 4930 400 600 869 Ladang 250 18000 185 500 Pemukiman 220 35 150 105 Penggembalaan 800 500 21 Hutan desa 5765 830 T o t a l 5600 25000 1500 2600 Penggunaan lahan bagi penduduk desa berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat terutama untuk kebutuhan pangan dan kebutuhan primer lainnya. Dengan demikian komoditi yang diusahakan disesuaikan dengan keperluan mereka, selain untuk konsumsi sendiri komoditi tersebut juga harus mempunyai peluang pasar sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Desa di sekitar Cagar Alam Pinus Jantho belum pernah terjadi konflik antara manusia dan gajah. Diduga hal ini karena belum terjadi gangguan yang berarti di dalam kawasann hutan cagar alam. Berbeda dengan desa di sekitar Tahura yang masyarakatnya kerap mengalami gangguan gajah hingga menelan korban jiwa.

4.7.4. Gangguan Satwaliar