Taman Hutan Raya Cut Nyak Dhien Letak dan luas.

2.10.2. Taman Hutan Raya Cut Nyak Dhien Letak dan luas.

Tahura Cut Nyak Dhien yang juga disebut Pocut Meurah Intan ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.95Kpts-II2001 tanggal 15 Maret 2001 dengan luas 6300 ha Ditjen PHKA 2002. Secara administrasi kawasan ini terletak di Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar, yang secara geografis terletak antara 5 23’– 5 27’30” LU dan 95 38’– 95 47’BT. Kawasan Tahura terletak di jalan negara yang menghubungkan Medan – Banda Aceh berjarak sekitar 60 kilometer dari kota Banda Aceh. Potensi alam. Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar memiliki tipe iklim B nilai Q = 19,95 berdasarkan analisis klasifikasi Scmidth dan Ferguson dari tahun 1996 – 2010, dengan curah hujan tahunan berkisar antara 1309 – 2334 mm BP2HT 2011. Taman Hutan Raya Cut Nyak Dhien merupakan sebagian wilayah dari Kawasan Ekosistem Seulawah yang menyimpan potensi keanekaragaman hayati, terutama kayu hutan alam seperti jenis meranti Shorea sp, dan damar. Selain itu terdapat juga kayu manis, kayu ulin, pinus, rotan dan aren. Satwaliar yang menghuni kawasan hutan ini, antara lain adalah: harimau sumatera, beruang madu, gajah sumatera dan berbagai jenis burung MAPAYAH 2007. Permasalahan . Kawasan Ekosistem Seulawah KES bagian Aceh Besar merupakan daerah tangkapan air yang mengalirkan airnya ke Sungai Krueng Aceh. Krueng Aceh merupakan sumber air bagi masyarakat di kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 284Kpts-II1999, mengelompokkan DAS Krueng Aceh ke dalam Prioritas DAS I, yang artinya aliran sungai utama ini membutuhkan penanganan segera Universitas Sumatera Utara untuk mengatasi ekstensifikasi lahan yang kritis, tingginya erosi dan sedimentasi, serta besarnya tekanan akibat pertumbuhan penduduk. Masyarakat di sekitar Tahura bermatapencaharian sebagai petani, sehingga kasus perubahan fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian menjadi ancaman bagi kawasan ini. Komoditi unggulan seperti ubi, ketela, jagung dan kacang- kacangan merupakan alasan bagi masyarakat untuk memperluas lahan-lahan pertanian di sekitar kawasan hutan lindung. Universitas Sumatera Utara

III. METODOLOGI 3.1.

Lokasi dan Waktu Penelitian Observasi lapangan dilaksanakan di kawasan hutan Jantho yang merupakan salah satu habitat Gajah Sumatra di wilayah Aceh; yaitu di Cagar Alam Pinus Jantho dan Hutan Lindung Jantho, bagian dari kawasan Ekosistem Ulu Masen. Observasi dilakukan terhadap kondisi habitat dan kondisi sosial masyarakat sekitar hutan. Selain itu juga dilakukan studi kondisi sosial masyarakat sekitar hutan di kawasan Tahura Cut Nyak Dhien, Seulawah. Untuk mengetahui pola perubahan tutupan lahan sebagai indikator terjadinya fragmentasi habitat antara dua kantong habitat, dilakukan analisis terhadap peta Cagar Alam dan Tahura serta koridor yang menghubungkan dua lokasi tersebut. Identifikasi spesimen tumbuhan dilakukan di Laboratorium Taksonomi Departemen Biologi Universitas Sumatera Utara. Analisis sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, sedangkan analisis peta dilakukan di kantor Fauna Flora International FFI Aceh Programme. Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian ini adalah 1 satu tahun, yang dimulai pada bulan Mei 2012.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini adalah: 1. Peta – peta yaitu: a Peta dasar tematik Kehutanan Skala 1 : 250.000 penunjukan kawasan hutan, b Peta Topografi dari Bakosurtanal tahun 1979, c Peta Rupa Bumi kawasan penelitian dan d Peta Penutupan Lahan Aceh dari BAPLAN skala 1 : 250.000 tahun 2000 – 2011. 2. GPS Global Positioning System Garmin 60 CSX Universitas Sumatera Utara