Tabel 2.1. Proporsi sebaran populasi Gajah Sumatera pada berbagai status kawasan hutan
Status Kawasan Luas Kawasan Ha
Persentase
Hutan Konversi 386.829
9,39 Hutan Produksi Terbatas
1.648.654 40,03
Hutan Konservasi 619.988
15,05 Hutan Produksi
709.145 17,22
Hutan Lindung 494.088
12,0 Hutan Negara Tidak
Terbatas 15.916
0,39 Perairan
2.108 0,05
Daerah Lain 234.460
5,69 Tidak ada Data
7.678 0,19
Sumber: Soehartono et al, 2007
2.4. Kondisi Habitat
Habitat Gajah Sumatera terdiri dari beberapa tipe hutan, yaitu: hutan rawa swamp forest, hutan gambut peat swamp forest, hutan hujan dataran rendah
lowland forest, dan hutan hujan pegunungan rendah lower mountain forest Haryanto, 1984. Masalah serius dalam konservasi gajah sumatera yang
mendasar adalah menyempitnya habitat gajah sebagai akibat dari kegiatan pembangunan, yakni konversi hutan untuk perkebunan, transmigrasi, logging, dan
perladangan liar. Banyaknya hutan rusak menyebabkan gajah tidak mempunyai jalan keluar untuk bergerak dari areal yang terganggu ke hutan tua, yang jaraknya
cukup jauh. Hal ini ini menyebabkan fragmentasi habitat gajah, dan populasi yang semula besar menjadi kelompok-kelompok kecil Santiapillai and Jackson,
1990. Laju kerusakan hutan yang diperkirakan dari 1985 hingga 1997 sebesar 1
juta hektar per tahun dan meningkat hingga 1,7 juta hektar pada akhir 1990 an
Universitas Sumatera Utara
Holmes, 2001, bahkan menurut perkiraan FWI-GWF 2001 adalah 2 juta hektar per tahun; telah mengakibatkan hilangnya sebagian besar hutan dataran
rendah yang merupakan habitat potensial bagi gajah. Selain itu, konversi hutan menjadi areal perkebunan sawit, Hutan Tanaman Industri dan lahan pertanian,
secara nyata telah menyebabkan pengurangan ruang gerak bagi gajah yang menghendaki areal jelajah yang luas, yaitu antara 105 – 320 km2 Sukumar,
1989. Perubahan tutupan hutan lindung maupun hutan produksi yang telah dikonversi tersebut, mengakibatkan terganggunya lingkungan ekologis gajah,
terutama dalam pemenuhan kebutuhan biologisnya sangat berpotensi menimbulkan konflik antara satwa tersebut dengan manusia.
Berdasarkan analisis Sistem Informasi Geografis SIG, dengan melakukan tumpang susun antara peta sebaran Gajah Sumatera dengan peta TGHK, diperoleh
informasi bahwa sebaran gajah sebagian besar 85 berada di luar kawasan konservasi, yaitu 67 pada kawasan hutan produksi dan hutan konversi, 12 di
kawasan hutan lindung, dan selebihnya 5,6 berada di luar kawasan hutan kawasan budidaya, seperti yang terlihat pada Tabel 2.2. Tabel tersebut juga
menunjukkan bahwa Provinsi Aceh merupakan wilayah yang memiliki daerah sebaran gajah paling luas 30,75, diikuti Riau 25 dan Sumatera Selatan
23, namun kondisi habitatnya terfragmentasi Soehartono et al, 2007. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, salah satu wilayah yang merupakan
habitat gajah dan habitat mamalia besar lainnya di Pulau Sumatera, antara tahun 1985 – 1999 luas hutan berkurang dengan kecepatan rata-rata 2 per tahun. Hasil
kajian yang dilakukan Kinnaird et al 2003 melaporkan bahwa hutan dataran rendah dan daerah yang relatif landai, lebih cepat hilang daripada hutan
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Distribusi habitat Gajah Sumatera di kawasan hutan per provinsi
Provinsi Cagar
Alam dan Hutan
Wisata Hutan
Lindung Hutan
Produksi dan
Konversi Kawasan
Budidaya TOTAL
Ha Aceh
90.357 246.274
883.289 32.651
1.252.571 30,75
Sumut 40.691
- 2.807
43.499 1,07
Riau 12.910
48.692 950.193
9.750 1.021.546
25,08 Jambi
10.021 2.280
157.352 14.222
183.875 4,51
Bengkulu 6.234
6.617 62.831
3.175 78.857
1,94 Sumsel
40.016 112.328
666.026 131.711
950.081 23,33
Lampung 419.744
76.869 7.857
38.267 542.738
13,32 Total Ha
619.974 493.060
2.730.356 229.776
4.073.166 100,00
15,22 12,11
67,03 5,64
100,00
Sumber: Tumpang susun peta distribusi gajah dan peta Tata Guna Hutan Kesepakatan Soehartono et al, 2007
pegunungan dan daerah dengan kelerengan curam. Konversi hutan terbesar di wilayah ini berupa pembukaan hutan menjadi lahan pertanian. Pada tahun 2010,
secara statistik diperkirakan 70 kawasan Taman Nasional ini akan berubah menjadi lahan pertanian dan pada tahun 2036 habitat hutan dataran rendah akan
lenyap. Kondisi ini diprediksi akan berpengaruh pada berkurangnya daerah inti core area hutan untuk habitat Gajah hanya tersisa 0,3 km
2
pada 2010, dari kondisi 1985 seluas 56 km
2
dan 13,6 km
2
pada tahun 1999.
2.5. Perilaku