28
3.2.2  PERALATAN
Peralatan  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  terdiri  dari  peralatan  yang digunakan untuk pembuatan bahan penyerasi alkanolamida, pembuatan tepung kulit
singkong dan pembuatan senyawa lateks karet alam.
3.2.2.1 PERALATAN  YANG  DIGUNAKAN  UNTUK  PEMBUATAN  BAHAN PENYERASI ALKANOLAMIDA
Peralatan  yang  digunakan  untuk  pembuatan  bahan  penyerasi  alkanolamida adalah sebagai berikut :
1. Rotary Evaporator
2. Oven
3. Hot Plate
4. Neraca Analitik
5. Refluks Kondensor
6. Termometer
7. Magnetic Stirer
8. Labu Leher Tiga
9. Gelas Ukur
10. Beaker Glass
11. Corong Gelas
12. Kertas Saring
3.2.2.2 PERALATAN YANG  DIGUNAKAN UNTUK PEMBUATAN TEPUNG KULIT SINGKONG
Peralatan  yang  digunakan  untuk  pembuatan  tepung  kulit  singkong  adalah sebagai berikut :
1. Neraca Analitik
2. Oven
3. Blender
4. Ayakan 100 mesh
29
3.2.2.3 PERALATAN YANG
DIGUNAKAN UNTUK
PEMBUATAN SENYAWA LATEKS KARET ALAM
Peralatan yang digunakan untuk pembuatan senyawa lateks karet alam adalah sebagai berikut :
1. Vessel Flask
2. Cawan Penguap
3. Stirrer
4. Penangas Air
5. Termometer
6. Neraca Elektrik
7. Plat Seng
8. Oven
3.3 FORMULASI BAHAN
Formulasi bahan dalam penelitian ini terdiri dari formulasi lateks karet alam dan bahan kuratif, serta formulasi dispersi tepung kulit singkong dan alkanolamida.
3.3.1    FORMULASI LATEKS KARET ALAM DAN BAHAN KURATIF
Formulasi  lateks  karet  alam  dan  bahan  kuratif  terdiri  dari  campuran  lateks karet alam dengan bahan vulkanisasi, bahan pencepat reaksi, bahan pengaktif, bahan
penstabil,  bahan  antioksidan,  dan  larutan  dispersi  tepung  kulit  singkong  dan alkanolamida seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 3.1 dibawah ini.
Tabel 3.1  Formulasi Lateks Karet Alam dan Bahan Kuratif [49]
Bahan Kadar phr
High Ammonia Lateks 60  karet kering
100 Larutan Sulfur 50
1,8 Larutan ZDEC 50
1,8 Larutan ZnO 30
0,5 Larutan Antioksidan 50
1,2 Larutan KOH 10
1,8 Larutan Dispersi Tepung Kulit Singkong dan Alkanolamida
10
3.3.2  FORMULASI  DISPERSI  TEPUNG  KULIT  SINGKONG  DAN ALKANOLAMIDA
Formulasi  dispersi  tepung  kulit  singkong  dan  alkanolamida  terdiri  dari perbandingan  komposisi  antara  tepung  kulit  singkong,  alkanolamida  dan  air  dalam
30 larutan  dispersi  tepung  kulit  singkong  dan  alkanolamida  seperti  yang  ditunjukkan
dalam Tabel 3.2 dibawah ini. Tabel 3.2  Formulasi Dispersi Tepung Kulit Singkong dan Alkanolamida [25]
Bahan Persentase
Tepung kulit singkong 10
10 10
10 10
10 Alkanolamida
0,5 1,0
1,5 2,0
2,5 Air
90 89,5
89 88,5
88 87,5
3.4 PROSEDUR PENELITIAN
3.4.1  PROSEDUR PEMBUATAN BAHAN PENYERASI ALKANOLAMIDA
Adapun  prosedur  pembuatan  bahan  penyerasi  alkanolamida  adalah  sebagai berikut [23] :
1. Dimasukkan 0,05 mol 50 gram sampel Refined Bleached Deodorized Palm
Stearin RBDPS, dan 0,24 mol 25,6 gram dietanolamina dalam labu leher
tiga. 2.
Ditambahkan 0,093 mol 5 gram katalis natrium metoksida terlebih dahulu dilarutkan dalam 20 ml metanol.
3. Dirangkai alat refluks kondensor dengan pendingin bola.
4. Dipanaskan  pada  suhu  60  -  70  °C  sambil  diaduk  dengan  magnetic  stirrer
selama 5 jam. 5.
Hasil  reaksi  diuapkan  dengan  alat  rotary  evaporator  untuk  menguapkan pelarutnya.
6. Residu yang diperoleh dilarutkan dalam 100 ml dietil eter.
7. Kemudian  dicuci  dengan  larutan  NaCl  jenuh  sebanyak  tiga  kali  masing-
masing 25 ml. 8.
Setelah terbentuk dua lapisan, diambil lapisan atas dan lapisan bawah dibuang. 9.
Lapisan atas ditambahkan natrium sulfat anhidrat, diamkan selama ± 45 menit, lalu disaring dengan menggunakan kertas saring.
10. Filtrat  yang  diperoleh  diuapkan  dengan  alat  rotary  evaporator  sampai
pelarutnya  habis,  kemudian  residu  yang  diperoleh  dianalisis  dengan  analisa FTIR.
31
3.4.2    PROSEDUR PEMBUATAN TEPUNG KULIT SINGKONG
Adapun  prosedur  pembuatan  tepung  kulit  singkong  adalah  sebagai  berikut [49] :
1. Kulit singkong dibersihkan dari kotoran.
2. Kulit singkong yang telah bersih dipotong dengan ukuran lebih kurang 1 cm
2
. 3.
Kulit singkong dikeringkan dalam oven dengan suhu 100°C hingga beratnya konstan.
4. Kulit  singkong  yang  telah  kering  diblender  hingga  alus  dan  diayak  dengan
ayakan ukuran 100 mesh. 5.
Tepung kulit singkong  yang lolos ayakan 100 mesh disimpan dalam wadah kering dan ditutup.
3.4.3    PROSEDUR  PENDISPERSIAN  TEPUNG  KULIT  SINGKONG  DAN ALKANOLAMIDA
Adapun  prosedur  pendispersian  tepung  kulit  singkong  dan  alkanolamida adalah sebagai berikut [25] :
1. Tepung kulit singkong dimasukan ke dalam ball mill.
2. Ditambahkan  aquadest  dan  alkanolamida  dengan  perbandingan  formulasi
yang telah ditentukan dalam Tabel 3.2. 3.
Ball  mill  dihidupkan  selama  24  jam  dan  diuji  apakah  sistem  dispersi  telah terbentuk.
3.4.4    PROSEDUR ANALISA
HASIL DISPERSI
TEPUNG KULIT
SINGKONG DAN ALKANOLAMIDA
Adapun  prosedur  analisa  hasil  dispersi  tepung  kulit  singkong  dan
alkanolamida adalah sebagai berikut [25] :
1. Diambil 3 hingga 4 tetes sistem dispersi yang diperoleh dari prosedur 3.4.3.
2. Tetesan sistem dispersi diteteskan dalam cawan yang berisi air.
3. Apabila  tetesan  tersebut  langsung  menyebar  dalam  air,  maka  tepung  kulit
singkong dan alkanolamida telah terdispersi dengan sempurna.
32
3.4.5    PROSEDUR  ANALISA  KANDUNGAN  PADATAN  TOTAL  TSC DARI LATEKS KARET ALAM
Adapun  prosedur  analisa  kandungan  padatan  total  TSC  dari  lateks  karet
alam adalah sebagai berikut [49] :
1. Ditimbang berat cawan porselen.
2. Diambil 5 gram lateks karet alam dan dimasukan dalam cawan porselen.
3. Dipanaskan  dalam  oven  pada  suhu  100  °C  hingga  lateks  karet  alam
mengering. 4.
Diletakkan dalam desikator dan ditimbang massanya. 5.
Prosedur  diulangi  hingga  diperoleh  massa  lateks  karet  alam  kering  yang konstan.
6. Dihitung kadar kandungan padatan total.
Kandungan padatan total TSC merupakan nilai yang menunjukkan besarnya kandungan  karet  kering  dalam  lateks  karet  alam.  Kandungan  karet  kering  juga
merupakan  parameter  dalam  menentukan  jumlah  bahan  kuratif  dan  larutan  dispersi tepung kulit singkong dan alkanolamida yang diperlukan.
3.4.6    PROSEDUR PEMBUATAN SENYAWA LATEKS KARET ALAM
Pembuatan senyawa lateks karet alam terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap pra-vulkanisasi, vulkanisasi dan pembuatan film lateks karet alam.
3.4.6.1 PROSEDUR PRA-VULKANISASI LATEKS KARET ALAM
Adapun  prosedur  pra-vulkanisasi  lateks  karet  alam  adalah  sebagai  berikut [49] :
1. Bahan kuratif ditimbang dengan formulasi tertentu sesuai dengan Tabel 3.1.
2. Bahan  kuratif,  lateks,  dan  dispersi  tepung  kulit  singkong  dan  alkanolamida
dimasukan dalam vessel flask dan ditutup rapat. 3.
Diaduk selama 1 jam. 4.
Diaduk di atas penangas air pada suhu 70 °C. 5.
Setiap selang 5 menit, campuran diuji dengan tes kloroform. 6.
Bila  campuran  telah  mencapai  tingkat  3,  maka  pemanasan  dan  pengadukan dihentikan.
7. Campuran didiamkan selama 24 jam.
33
3.4.6.2 PROSEDUR  UJI  KLOROFORM  PADA  LATEKS  KARET  ALAM PRA-VULKANISASI
Adapun prosedur uji kloroform pada lateks karet alam pra-vulkanisasi adalah sebagai berikut [49] :
1. Setiap 5 menit pemanasan, diambil 10 ml lateks karet alam pra-vulkanisasi.
2. Lateks  karet  alam  pra-vulkanisasi  dimasukan  dalam  cawan  berisi  10  ml
kloroform. 3.
Campuran diaduk hingga terjadi penggumpalan selama 2-3 menit. 4.
Apabila  kematangan  campuran  telah  mencapai  tingkat  3,  maka  lateks  karet alam pra-vulkanisasi telah matang.
Tingkat pematangan lateks karet alam pra-vulkanisasi melalui tes koagulasi- kloroform ditunjukan Tabel 3.3 di bawah ini [49] :
Tabel 3.3 Tingkat Pematangan Lateks Karet Alam Pra-Vulkanisasi Melalui Tes Koagulasi-Kloroform [49]
No. Kloroform
Keadaan Pematangan Bentuk Koagulan
1 Tak tervulkanisasi
Koagulan lengket 2
Sedikit tervulkanisasi Koagulan lembut dan mudah putus
3 Tervulkanisasi sederhana
Koagulan antara lengket dan tidak 4
Tervulkanisasi sepenuhnya Koagulan berupa butiran kering
3.4.6.3 PROSEDUR  VULKANISASI  DAN  PEMBUATAN  FILM  LATEKS KARET ALAM
Adapun  prosedur  vulkanisasi  dan  pembuatan  film  lateks  karet  alam  adalah sebagai berikut [49] :
1. Disiapkan larutan asam asetat CH
3
COOH 10 ,  kalium hidroksida KOH 10 , aquadest H
2
O dan kalsium nitrat CaNO
3 2
10 . 2.
Plat  seng  dicuci  bersih  lalu  dicelupkan  secara  berurutan  ke  dalam  keempat larutan diatas.
3. Plat seng dikeringkan dalam oven pada suhu ± 100 °C selama 5 menit.
4. Plat seng didinginkan selama 10 menit lalu dicelupkan ke dalam lateks karet
alam pra-vulkanisasi. 5.
Plat  seng  dengan  lateks  karet  alam  pra-vulkanisasi  kemudian  divulkanisasi dalam oven pada suhu 100 °C dan 120 °C selama 20 menit.
34 6.
Plat  seng  dengan  lateks  karet  alam  vulkanisasi  didinginkan  dan  ditaburkan dengan bubuk kalsium karbonat.
3.5 FLOWCHART PERCOBAAN
3.5.1   FLOWCHART PEMBUATAN
BAHAN PENYERASI
ALKANOLAMIDA
Adapun  flowchart  prosedur  pembuatan  bahan  penyerasi  alkanolamida  dapat ditunjukkan pada Gambar 3.1 berikut ini.
Mulai
Dimasukkan 0,05 mol 50 gram sampel Refined Bleached Deodorized Palm Stearin
RBDPS dalam labu leher tiga Ditambahkan 0,24 mol 25,6 gram
dietanolamina Ditambahkan 0,093 mol 5 gram katalis natrium
metoksida dilarutkan dalam 20 ml metanol Dipanaskan pada suhu 60 - 70 °C sambil diaduk
dengan magnetic stirrer selama 5 jam Hasil reaksi diuapkan dengan alat rotary
evaporator untuk menguapkan pelarutnya
Apakah semua pelarut telah teruapkan ?
A Tidak
Ya Residu yang diperoleh dilarutkan
dalam 100 ml dietil eter
35
Selesai Dicuci dengan larutan NaCl jenuh
sebanyak tiga kali masing-masing 25 ml
Diambil lapisan atas dan ditambahkan natrium sulfat anhidrat, kemudian
didiamkan selama ± 45 menit
Filtrat yang diperoleh diuapkan dengan alat rotary evaporator
sampai pelarutnya habis
Residu yang diperoleh dianalisa dengan analisa FTIR
A
Apakah sudah terbentuk dua lapisan  ?
Filtrat disaring dengan menggunakan kertas saring
Apakah pelarut yang telah habis diuapkan ?
Tidak
Tidak Ya
Ya
Gambar 3.1 Flowchart Pembuatan Bahan Penyerasi Alkanolamida
36
3.5.2   FLOWCHART PEMBUATAN TEPUNG KULIT SINGKONG
Adapun  flowchart  prosedur  pembuatan  tepung  kulit  singkong  dapat ditunjukkan pada Gambar 3.2 berikut ini.
Mulai Kulit singkong dibersihkan dari kotoran
Kulit singkong dikeringkan dalam oven hingga massanya konstan
Selesai Kulit singkong yang telah kering diblender hingga
halus dan diayak dengan ayakan ukuran 100 mesh Tepung kulit singkong yang lolos ayakan 100 mesh
disimpan dalam wadah kering dan ditutup Kulit singkong yang telah bersih dipotong dengan
ukuran lebih kurang 1 cm
2
Gambar 3.2 Flowchart Pembuatan Tepung Kulit Singkong
37
3.5.3   FLOWCHART PENDISPERSIAN TEPUNG KULIT SINGKONG DAN ALKANOLAMIDA
Adapun  flowchart  prosedur  pendispersian  tepung  kulit  singkong  dan alkanolamida dapat ditunjukkan pada Gambar 3.3 berikut ini.
Mulai Tepung kulit singkong dimasukkan
ke dalam ball mill
Ball mill dihidupkan dan campuran didispersi
selama 24 jam
Selesai Ditambahkan aquadest dan alkanolamida
dengan perbandingan formulasi yang telah ditentukan
Ball mill dihentikan dan larutan dispersi ditampung dalam wadah
Apakah tepung kulit singkong telah terdispersi semua ?
Tidak
Ya
Gambar 3.3 Flowchart Pendispersian Tepung Kulit Singkong dan Alkanolamida
38
3.5.4   FLOWCHART  ANALISA  HASIL  DISPERSI  TEPUNG  KULIT SINGKONG DAN ALKANOLAMIDA
Adapun  flowchart  prosedur  analisa  hasil  dispersi  tepung  kulit  singkong  dan alkanolamida dapat ditunjukkan pada Gambar 3.4 berikut ini.
Mulai
Diambil 3 hingga 4 tetes tepung kulit singkong yang telah didispersikan
Ditambahkan ke dalam cawan yang telah berisi air
Selesai Tepung kulit singkong telah terdispersi dengan baik
Apakah hasil dispersi langsung menyebar dalam air?
Tidak
Ya Didispersikan
kembali
Gambar 3.4  Flowchart Analisa Hasil Dispersi Tepung Kulit Singkong dan Alkanolamida
39
3.5.5   FLOWCHART  ANALISA  KANDUNGAN  PADATAN  TOTAL  TSC DARI LATEKS KARET ALAM
Adapun flowchart prosedur analisa kandungan padatan total TSC dari lateks
karet alam dapat ditunjukkan pada Gambar 3.5 berikut ini.
Mulai
Dimasukkan 5 gram lateks pekat dalam cawan porselin
Dipanaskan dalam oven pada suhu 100 °C hingga lateks pekat mengering
Selesai Diletakkan dalam desikator, ditimbang dan
dicatat massanya
Apakah massa yang diperoleh telah konstan ?
Tidak
Ya Dihitung kadar kandungan padatan total TSC
Gambar 3.5  Flowchart Analisa Kandungan Padatan Total TSC dari Lateks Karet Alam
40
3.5.6   FLOWCHART PRA-VULKANISASI LATEKS KARET ALAM
Adapun  flowchart  prosedur  pra-vulkanisasi  lateks  karet  alam  dapat
ditunjukkan pada Gambar 3.6 berikut ini.
Mulai Seluruh bahan kuratif ditimbang dengan
formulasi tertentu
Campuran diaduk selama ± 1 jam
Selesai Bahan kuratif, lateks, dan dispersi tepung kulit
singkong dan alkanolamida dimasukan dalam vessel flask
dan ditutup rapat
Pemanasan dan pengadukan dihentikan dan didiamkan selama ± 24 jam
Apakah tes kloroform telah mencapai tingkat 3 ?
Tidak
Ya Setiap selang waktu 5 menit, campuran diuji
dengan tes kloroform Campuran diaduk di atas penangas air
pada suhu ± 70 °C
Apakah ada variasi dispersi tepung kulit singkong dan
alkanolamida yang lain ?
Tidak Ya
Gambar 3.6  Flowchart Pra-vulkanisasi Lateks Karet Alam
41
3.5.7  FLOWCHART  UJI  KLOROFORM  PADA  LATEKS  KARET  ALAM PRA-VULKANISASI
Adapun  flowchart  prosedur  uji  kloroform  pada  lateks  karet  alam  pra-
vulkanisasi dapat ditunjukkan pada Gambar 3.7 berikut ini.
Mulai Tiap 5 menit pemanasan, diambil
10 ml lateks karet alam pra-vulkanisasi
Campuran diaduk hingga terjadi penggumpalan dan dibiarkan selama 2-3 menit
Selesai Lateks karet alam pra-vulkanisasi dimasukkan
dalam cawan yang berisi 10 ml kloroform
Lateks karet alam pra-vulkanisasi telah matang Apakah kematangan
campuran telah mencapai tingkat 3 ?
Tidak
Ya
Gambar 3.7  Flowchart Uji Kloroform Pada Lateks Karet Alam Pra-Vulkanisasi
42
3.5.8  FLOWCHART  VULKANISASI  DAN  PEMBUATAN  FILM  LATEKS KARET ALAM
Adapun flowchart prosedur vulkanisasi dan pembuatan film lateks karet alam dapat ditunjukkan pada Gambar 3.8 berikut ini.
Mulai
Disiapkan larutan asam asetat 10 , kalium hidroksida 10 , aquadest dan kalsium nitrat 10
Plat seng dicuci bersih lalu dicelupkan secara berurutan ke dalam keempat larutan diatas
Selesai Dikeringkan dalam oven pada suhu ± 100 °C
selama 5 menit
Apakah ada variasi suhu yang lain ?
Tidak Ya
Didinginkan selama 10 menit lalu dicelupkan ke dalam lateks karet alam pra-vulkanisasi
Divulkanisasi dalam oven pada suhu 100 °C selama 20 menit
Plat seng didinginkan dan ditaburkan dengan bubuk kalsium karbonat
Gambar 3.8  Flowchart Vulkanisasi dan Pembuatan Film Lateks Karet Alam
43
3.6 PENGUJIAN PRODUK LATEKS KARET ALAM
3.6.1  UJI  KEKUATAN  TARIK  TENSILE STRENGTH  DENGAN  ASTM  D 412
Kekuatan  tarik  adalah  salah  satu  sifat  dasar  dari  bahan  produk  lateks  karet alam  yang  terpenting  dan  sering  digunakan  untuk  karakteristik  suatu  bahan  produk
lateks karet alam. Kekuatan tarik suatu bahan didefenisikan sebagai besarnya beban maksimum F maks yang digunakan untuk memutuskan spesimennya bahan dibagi
dengan  luas  penampang  awal  Ao.  Sketsa  spesimen  uji  tarik  dengan  standar internasional ASTM D 412 ditunjukkan pada Gambar 3.9 dibawah ini.
Gambar 3.9 Sketsa Spesimen Uji Tarik ASTM D 412
Produk  lateks  karet  alam  dipilih  dan  dipotong  membentuk  spesimen  untuk pengujian kekuatan tarik uji tarik sesuai dengan standar ASTM D 412. Pengujian
kekuatan  tarik  dilakukan  dengan  tensometer  terhadap  tiap  spesimen.  Tensometer terlebih dahulu dikondisikan pada beban 100 kgf dengan kecepatan 500 mmmenit,
kemudian  dijepit  kuat  dengan  penjepit  yang  ada  dialat.  Mesin  dihidupkan  dan spesimen  akan  tertarik  ke  atas  spesimen  diamati  sampai  putus,  dicatat  tegangan
maksimum dan regangannya.
3.6.2  UJI  DENSITAS  SAMBUNG  SILANG  CROSSLINK  DENSITY DENGAN ASTM D 471
Swelling merupakan  sifat  non-mekanis,  tetapi  secara  luas  digunakan  untuk
mengkarakterisasi  material  elastomer.  Uji  swelling  index  dan  kerapatan  sambung
44 silang  crosslink  density  dilakukan  sebagai  berikut.  Produk  lateks  karet  alam
dipotong  sedemikian  rupa  hingga  massanya  mencapai  0,2  gram.  Uji  kerapatan sambung silang crosslink density dihitung dengan menggunakan persamaan Flory-
Rehner seperti Persamaan 3.1 berikut ini [44].
 
. .
2 .
1 ln
2
3 1
2 1
r NRL
r r
r C
V V
V V
V M
 
 
 
......................................3.1 Dimana :
2M
C -1
=   densitas sambung silang V
an χ   =   volume molar dan parameter interaksi dari pelarut untuk toluene, V
= 108,5 mol.cm
-3
an  χ = ρ
NRL
=   densitas karet = 0,932 [45]
V
r
adalah fraksi volume karet dalam gel yang membengkak, dihitung dari Persamaan 3.2 berikut ini [44].
sol sol
d d
d d
r
W W
W V
 
 
.........................................3.2 Dimana :
W
d
=  massa awal karet ρ
d
=  densitas karet untuk karet vu kani a i  ρ
d
= 0,9203 g.cm
-3
[45] W
sol
=  massa pelarut yang terserap dalam karet ρ     =  densitas pelarut untuk t  uene  ρ
sol
= 0,87 g.cm
-3
3.6.3  KARAKTERISTIK FOURIER TRANSFORM INFRA-RED FTIR
Sampel  yang  akan  dianalisa  dengan  Fourier  Transform  Infra-Red  FTIR yaitu berupa :
1. bahan penyerasi alkanolamida
2. tepung kulit singkong
3. larutan dispersi tepung kulit singkong dan alkanolamida
4. produk lateks karet alam tanpa pengisi tepung kulit singkong dan tanpa bahan
penyerasi alkanolamida 5.
produk lateks karet alam dengan pengisi tepung kulit singkong tanpa bahan penyerasi alkanolamida
45 6.
produk  lateks  karet  alam  dengan  pengisi  tepung  kulit  singkong  dan  bahan penyerasi alkanolamida
Tujuan  dilakukan  analisa  ini  adalah  untuk  melihat  apakah  ada  atau  tidak terbentuknya  gugus  amida  dalam  bahan  penyerasi  alkanolamida  dan  gugus  baru
dalam produk lateks karet alam dengan tambahan pengisi tepung kulit singkong dan bahan  penyerasi  alkanolamida.  Analisa  Fourier  Transform  Infra-Red  FTIR
dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.
3.6.4   KARAKTERISASI SCANNING ELECTRON  MICROSCOPE SEM
Sampel  yang  akan  dianalisa  dengan  Scanning  Electron  Microscope  SEM yaitu berupa :
1. tepung kulit singkong
2. produk lateks karet alam tanpa pengisi tepung kulit singkong dan tanpa bahan
penyerasi alkanolamida 3.
produk lateks karet alam dengan pengisi tepung kulit singkong tanpa bahan penyerasi alkanolamida
4. produk  lateks  karet  alam  dengan  pengisi  tepung  kulit  singkong  dan  bahan
penyerasi alkanolamida Tujuan  dilakukan  analisa  ini  adalah  untuk  melihat  morfologi  tepung  kulit
singkong, morfologi penyebaran pengisi dalam matriks lateks karet alam dengan dan tanpa  penambahan  bahan  penyerasi  alkanolamida.  Analisa  Scanning  Electron
Microscope SEM  dilakukan  di  Laboratorium  Scanning  Electron  Microscope
SEM,  Fakultas  Matematika  dan  Ilmu  Pengetahuan  Alam  Institut  Teknologi Bandung.
46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 KARAKTERISTIK  FTIR  FOURIER  TRANSFORM  INFRA  RED
BAHAN PENYERASI ALKANOLAMIDA Karakterisasi  FTIR  Fourier  Transform  Infra  Red  bahan  penyerasi
alkanolamida  dilakukan  untuk  mengidentifikasi  gugus  fungsi  dari  senyawa alkanolamida.  Karakteristik  FTIR  dari  bahan  penyerasi  alkanolamida  dapat  dilihat
pada Gambar 4.1 di bawah ini.
Keterangan analisa gugus fungsi [50] : -
3456,44 cm
-1
: regang alkohol O –H
- 2924,09 cm
-1
: regang aldehid C –H
- 2854,65 cm
-1
: regang aldehid C –H
- 1627,92 cm
-1
: regang amida C=O -
1458,18 cm
-1
: regang aldehid C –H
- 1357,89 cm
-1
: regang amina C –N
- 1049,28 cm
-1
: regang alkohol C –O
Gambar 4.1 Karakteristik FTIR Bahan Penyerasi Alkanolamida Dari  hasil  FTIR  senyawa  alkanolamida  dapat  dilihat  munculnya  puncak
serapan  pada  bilangan  gelombang  3456,44  cm
-1
yang  menunjukkan  keberadaan
10 20
30 40
50
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500 4000
T r
an smi
tan si
Panjang Gelombang cm
-1
3456,44 2924,09
2854,65
1627,92 1357,89
1049,28 1458,18
47 gugus  OH.  Disamping  itu,  terdapat  munculnya  puncak  serapan  pada  bilangan
gelombang  1049,28  cm
-1
yang  merupakan  keberadaan  gugus  C –O  dari  C–OH
alkohol  primer.  Adanya  puncak  serapan  pada  bilangan  gelombang  2924,09  cm
-1
hingga  2854,65  cm
-1
yang  didukung  dengan  munculnya  puncak  serapan  pada bilangan gelombang 1458,18 cm
-1
menunjukkan adanya keberadaan gugus C –H sp
3
. Adanya keberadaan gugus C
–N amina ditunjukkan oleh munculnya puncak serapan pada  bilangan  gelombang  1357,89  cm
-1
.  Selain  itu,  puncak  serapan  pada  daerah bilangan  gelombang  1627,92  cm
-1
merupakan  ciri  khas  keberadaan  gugus  C=O karbonil  dari  gugus  amida  [24].  Hasil  spektrum  FTIR  jelas  menunjukkan
terbentuknya gugus-gugus senyawa alkanolamida.
4.2 KARAKTERISTIK  FTIR  FOURIER  TRANSFORM  INFRA  RED
TEPUNG KULIT SINGKONG Karakterisasi  FTIR  Fourier  Transform  Infra  Red  tepung  kulit  singkong
dilakukan  untuk  mengidentifikasi  gugus  fungsi  dari  tepung  kulit  singkong. Karakteristik  FTIR  dari  tepung  kulit  singkong  dapat  dilihat  pada  Gambar  4.2  di
bawah ini.
48
Keterangan analisa gugus fungsi [50] : -
2939,52 cm
-1
: regang alkohol O –H
- 2353,16 cm
-1
: regang alkohol O –H
- 1735,93 cm
-1
: regang ester C=O -
1627,92 cm
-1
: regang alkena C=C -
1010,70 cm
-1
: regang ester C –O
Gambar 4.2 Karakteristik FTIR Tepung Kulit Singkong Dari hasil FTIR tepung kulit singkong dapat dilihat bahwa munculnya puncak
serapan pada bilangan gelombang 2393,52 cm
-1
dan 2353,16 cm
-1
yang menunjukkan
keberadaan  gugus  OH  dimana  gugus  tersebut  merupakan  gugus  fungsi  utama selulosa  pada  kulit  singkong.  Hal  ini  disebabkan  karena  kulit  singkong  memiliki
kandungan selulosa dimana selulosa memiliki ikatan hidrogen OH yang kuat [18]. Disamping  itu,  terdapat  puncak  serapan  pada  daerah  bilangan  gelombang  1735,93
cm
-1
dan 1010,70 cm
-1
yang menunjukkan adanya gugus ester dan mengindikasikan keberadaan  lignin  dan  hemiselulosa.  Selain  itu,  terdapat  pula  puncak  serapan  pada
panjang  gelombang  1627,92  cm
-1
yang  menunjukkan  keberadaan  gugus  C=C  pada cincin  aromatik  lignin  [51].  Hal  ini  disebabkan  karena  kulit  singkong  masih
mengandung  berbagai  macam  komponen  seperti  holoselulosa,  hemiselulosa,  lignin, pentosan dan abu [36].
40 50
60 70
80 90
100 110
120
400 800
1200 1600
2000 2400
2800 3200
3600 4000
T r
an smi
tan si
Panjang Gelombang cm
-1
2939,52 2353,16
1010,70 1735,93
6
1627,92 6
49
4.3 KARAKTERISTIK  FTIR  FOURIER  TRANSFORM  INFRA  RED