21 hingga massanya mencapai 0,2 gram. Uji kerapatan sambung silang crosslink
density dihitung dengan menggunakan persamaan Flory-Rehner seperti Persamaan
2.2 berikut [44] :
. .
2 .
1 ln
2
3 1
2 1
r NRL
r r
r C
V V
V V
V M
......................................2.2 Dimana :
2M
C -1
= densitas sambung silang V
dan χ = volume molar dan parameter interaksi dari pelarut
untuk toluene, V = 108,5 mol.cm
-3
an χ = ρ
NRL
= densitas karet = 0,932 [45] V
r
adalah fraksi volume karet dalam gel yang membengkak, dihitung dari Persamaan 2.3 [44] :
sol sol
d d
d d
r
W W
W V
.........................................2.3 Dimana :
W
d
= massa awal karet ρ
d
= densitas karet untuk karet vulkanisasi ρ
d
= 0,9203 g.cm
-3
[45] W
sol
= massa pelarut yang terserap dalam karet ρ = densitas pelarut untuk t uene ρ
sol
= 0,87 g.cm
-3
2.7.3 KARAKTERISASI FOURIER TRANSFORM INFRA RED FT-IR
Pada tahun 1965, Cooley dan Turky mendemonstrasikan teknik spektroskopi FT-IR. Pada dasarnya teknik ini sama dengan spektroskopi infra merah biasa, kecuali
dilengkapi dengan cara perhitungan Fourier Transform dan pengolahan data untuk mendapatkan resolusi dan kepekaan yang lebih tinggi. Teknik ini dilakukan dengan
penambahan peralatan interferometer yang telah lama ditemukan oleh Michelson pada akhir abad 19.
Penggunaan spektrofotometer FT-IR untuk analisa banyak diajukan untuk identifikasi suatu senyawa. Hal ini disebabkan spektrum FT-IR suatu senyawa
misalnya organik bersifat khas, artinya senyawa yang berbeda akan mempunyai spektrum berbeda pula. Vibrasi ikatan kimia pada suatu molekul menyebabkan pita
serapan hampir seluruh di daerah spektrum IR 4000-450 cm
-1
.
22 Formulasi bahan polimer dengan kandungan aditif bervariasi seperti
pemlastis, pengisi, pemantap dan antioksidan memberikan kekhasan pada spektrum inframerahnya. Analisis infra merah memberikan informasi tentang kandungan
aditif, panjang rantai, dan struktur rantai polimer. Di samping itu, analisis IR dapat digunakan untuk karakterisasi bahan polimer yang terdegradasi oksidatif dengan
munculnya gugus karbonil dan pembentukan ikatan rangkap pada rantai polimer [48].
2.7.4 KARAKTERISASI SCANNING ELECTRON MICROSCOPE SEM
SEM adalah alat yang dapat membentuk bayangan permukaan spesimen secara mikroskopik. Berkas elektron dengan diameter 5-10 nm diarahkan pada
spesimen. Interaksi berkas elektron dengan spesimen menghasilkan beberapa fenomena yaitu hamburan balik berkas elektron, Sinar X, elektron sekunder dan
absorbsi elektron. Teknik SEM pada hakikatnya merupakan pemeriksaan dan analisa
permukaan. Data atau tampilan yang diperoleh adalah data dari permukaan atau dari lapisan yang tebalnya sekitar 2
μm ari permukaan. Gambar permukaan yang diperoleh merupakan tofografi segala tonjolan, lekukan dan lubang pada permukaan.
Gambar topografi diperoleh dari penangkapan elektron sekunder yang dipancarkan oleh spesimen. Sinyal elektron sekunder yang dihasilkan ditangkap oleh
detektor dan diteruskan ke monitor. Pada monitor akan diperoleh gambar yang khas yang menggambarkan struktur permukaan spesimen. Selanjutnya gambar dimonitor
dapat dipotret dengan menggunakan film hitam putih atau dapat pula direkam ke dalam suatu disket [26].
2.8 APLIKASI DAN KEGUNAAN PRODUK LATEKS KARET ALAM
Karet alam merupakan salah satu polimer dengan monomer isoprena yang berasal dari air getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis dari famili Euphorbiceae.
Penggunaan karet alam sebagai matriks, disebabkan karet alam juga merupakan satu biosentesis yang paling penting pada polimer yang memiliki sifat fisik dan kimia
yang baik, sehingga banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang. Selanjutnya, sebagai biomakromolekul yang baik maka lateks karet alam banyak diaplikasikan