48
Keterangan analisa gugus fungsi [50] : -
2939,52 cm
-1
: regang alkohol O –H
- 2353,16 cm
-1
: regang alkohol O –H
- 1735,93 cm
-1
: regang ester C=O -
1627,92 cm
-1
: regang alkena C=C -
1010,70 cm
-1
: regang ester C –O
Gambar 4.2 Karakteristik FTIR Tepung Kulit Singkong Dari hasil FTIR tepung kulit singkong dapat dilihat bahwa munculnya puncak
serapan pada bilangan gelombang 2393,52 cm
-1
dan 2353,16 cm
-1
yang menunjukkan
keberadaan  gugus  OH  dimana  gugus  tersebut  merupakan  gugus  fungsi  utama selulosa  pada  kulit  singkong.  Hal  ini  disebabkan  karena  kulit  singkong  memiliki
kandungan selulosa dimana selulosa memiliki ikatan hidrogen OH yang kuat [18]. Disamping  itu,  terdapat  puncak  serapan  pada  daerah  bilangan  gelombang  1735,93
cm
-1
dan 1010,70 cm
-1
yang menunjukkan adanya gugus ester dan mengindikasikan keberadaan  lignin  dan  hemiselulosa.  Selain  itu,  terdapat  pula  puncak  serapan  pada
panjang  gelombang  1627,92  cm
-1
yang  menunjukkan  keberadaan  gugus  C=C  pada cincin  aromatik  lignin  [51].  Hal  ini  disebabkan  karena  kulit  singkong  masih
mengandung  berbagai  macam  komponen  seperti  holoselulosa,  hemiselulosa,  lignin, pentosan dan abu [36].
40 50
60 70
80 90
100 110
120
400 800
1200 1600
2000 2400
2800 3200
3600 4000
T r
an smi
tan si
Panjang Gelombang cm
-1
2939,52 2353,16
1010,70 1735,93
6
1627,92 6
49
4.3 KARAKTERISTIK  FTIR  FOURIER  TRANSFORM  INFRA  RED
DISPERSI TEPUNG KULIT SINGKONG DAN ALKANOLAMIDA Karakterisasi  FTIR  Fourier  Transform  Infra  Red  dispersi  tepung  kulit
singkong  dan  alkanolamida  dilakukan  untuk  mengidentifikasi  gugus  fungsi  dari dispersi  tepung  kulit  singkong  dan  alkanolamida.  Karakteristik  FTIR  dari  dispersi
tepung kulit singkong dan alkanolamida dapat dilihat pada Gambar 4.3 di bawah ini.
Keterangan analisa gugus fungsi [50] : -
3414,01 cm
-1
: regang alkohol O –H
- 2353,16 cm
-1
: regang alkohol O –H
- 1018,41 cm
-1
: regang eter C –O
Gambar 4.3 Karakteristik FTIR Dispersi Tepung Kulit Singkong dan Alkanolamida Dari  hasil  analisa  FTIR  dispersi  tepung  kulit  singkong  dan  alkanolamida
menunjukkan  bahwa  terdapat  perubahan  pada  gugus  fungsi  dispersi  tepung  kulit singkong  dan  alkanolamida.  Pada  pembahasan  sebelumnya,  terdapat  bilangan
gelombang 2353,16 cm
-1
pada tepung kulit singkong yang menunjukkan keberadaan
gugus  OH.  Gugus  OH  tersebut  merupakan  gugus  fungsi  utama  selulosa  pada  kulit singkong.  Namun  seiring  dengan  penambahan  alkanolamida,  gugus  OH  tersebut
menjadi  berkurang  bahkan  mendekati  titik  habis.  Hal  ini  disebabkan  karena  reaksi antara gugus alkohol O-H dalam alkanolamida dengan gugus hidroksi O-H pada
selulosa kulit singkong.  Reaksi ini membentuk senyawa eter C-O-C pada dispersi
10 20
30 40
50 60
70 80
90
400 800
1200 1600
2000 2400
2800 3200
3600 4000
T r
an smi
tan si
Panjang Gelombang cm
-1
DISPERSI TKS DAN ALKANOLAMIDA TEPUNG KULIT SINGKONG
ALKANOLAMIDA
2353,16 3414,01
1018,41
50 tepung kulit singkong dan alkanolamida. Hal ini  ditandai dengan munculnya gugus
eter C-O pada bilangan gelombang 1018,41 cm
-1
.
Gambar 4.4 Reaksi Antara Alkanolamida Dengan Selulosa Kulit Singkong Reaksi ini membuktikan bahwa telah terjadi ikatan antara molekul polar dari
gugus  amida  senyawa  alkanolamida  dengan  selulosa  pada  tepung  kulit  singkong. Namun disamping itu, tepung kulit singkong masih mengandung senyawa-senyawa
lain  seperti  hemiselulosa,  lignin,  pentosan  dan  abu.  Senyawa-senyawa  inilah  yang belum dapat diketahui reaksinya dengan gugus amida senyawa alkanolamida melalui
analisa FTIR. Shamsuri et al [52] meneliti pembuatan komposit LDPE berpengisi selulosa
anyam  cellulose  woven  yang  dimodifikasi  oleh  surfaktan  HTAB  hexadecyl trimethyl  ammonium  bromide  surfactant
.  Molekul  polar  dari  kation  ammonium yang  bermuatan  positif  dari  surfaktan  HTAB  berinteraksi  dengan  gugus  hidroksil
yang bermuatan negatif dari selulosa [52].
Gambar 4.5 Mekanisme Reaksi Antara Surfaktan HTAB dengan Selulosa Anyam Selulosa
Alkanolamida
51
4.4 PENGARUH
SUHU VULKANISASI
DAN PENAMBAHAN
ALKANOLAMIDA  PADA  PENGISI  TEPUNG  KULIT  SINGKONG TERHADAP  SIFAT-SIFAT  MEKANIK  PRODUK  LATEKS  KARET
ALAM
Adapun  pengaruh  suhu  vulkanisasi  dan  penambahan  alkanolamida  pada pengisi tepung kulit singkong terhadap sifat-sifat mekanik produk lateks karet alam
diantaranya adalah sebagai berikut :
4.4.1  PENGARUH SUHU
VULKANISASI DAN
PENAMBAHAN ALKANOLAMIDA  PADA  PENGISI  TEPUNG  KULIT  SINGKONG
TERHADAP DENSITAS
SAMBUNG SILANG
CROSSLINK DENSITY
PRODUK LATEKS KARET ALAM
Pengaruh  suhu  vulkanisasi  dan  penambahan  alkanolamida  pada  pengisi tepung  kulit  singkong  terhadap  densitas  sambung  silang  crosslink  density  produk
lateks karet alam dapat ditunjukkan pada Gambar 4.6 dibawah ini.
Gambar 4.6 Pengaruh Suhu Vulkanisasi dan Penambahan Alkanolamida Pada Pengisi Tepung Kulit Singkong Terhadap Densitas Sambung Silang
Crosslink Density Produk Lateks Karet Alam Gambar  4.6  menunjukkan  hubungan  suhu  vulkanisasi  dan  penambahan
alkanolamida  pada  densitas  sambung  silang  crosslink  density  produk  lateks  karet alam. Sampel kontrol merupakan sampel lateks karet alam murni tanpa penambahan
pengisi tepung kulit singkong dan alkanolamida. Densitas sambung silang crosslink density
merupakan  nilai  yang  menunjukkan  banyaknya  ikatan  sambung  silang crosslinking  yang  terjadi  dalam  produk  lateks  karet  alam.  Sambung  silang
2 4
6 8
10
Kontrol 0,0
0,5 1,0
1,5 2,0
2,5 D
en si
tas S
am b
u n
g S il
an g
2M c
-1
x 10
-5
g m ol
g k
ar et
Kadar Alkanolamida
Suhu Vulkanisasi 100 C
Suhu Vulkanisasi 120 C