Penelitian Terdahulu Analisis Sistem Agribisnis Kedelai (Glycine max (L.) Merill) (Studi Kasus Desa Sumberejo, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang)

Share petani produsen Sf masing – masing lembaga perantara menggunakan model: Keterangan: Sf = Share produsen

2.5. Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian terdahulu menunjukkan bahwa sistem agribisnis kedelai harus berjalan secara harmonis di antara setiap subsistemnya. Hasil penelitian Jan Prince Permata P.D. 2002 yang berjudul Analisa Sistem Agribisnis Kedelai menunjukkan bahwa belum adanya keterkaitan yang harmonis antara masing- masing subsistem yang ada. Sistem agribisnis kedelai di Kecamatan Sukaluyu yang dibangun dari subsistem – subsistem yang kurang harmonis ini berdampak pada rendahnya produksi dan produktivitas kedelai sehingga mengakibatkan kurangnya kontribusi ekonomi agribisnis kedelai terhadap masing – masing pelaku dalam sistem tersebut khususnya petani. Pengadaan sarana produksi usaha pertanian yang meliputi benih kedelai, pupuk kimia Urea, TSP, KCL, pupuk hayati Rhizo – plus, obat – obatan Decis dan alat – alat pertanian cukup lancar dan tersedia dengan baik. selain itu pendapatan usahatani kedelai di Desa Hagarmanah menunjukkan bahwa usahatani yang dilakukan petani penyewa memiliki rasio RC atas biaya tunai sebesar 1,08 dan rasio RC atas biaya total sebesar 0,86. Untuk petani pemilik penggarap hasil analisis menujukkan bahwa rasio RC atas biaya tunai sebesar 2,32 dan rasio RC atas biaya total sebesar 0,86. Sehingga hasil ini dapat dikatakan cukup baik dan layak diusahakan. �� = �� �� � 100 Universitas Sumatera Utara Menurut penelitian Maya Anggraini Sumantri 2015 yang berjudul Analisis Tataniaga Kepiting di Desa Pantai Gading Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga saluran pemasaran kepiting dengan masing-masing lembaga tataniaga pada setiap seluran melakukan fungsi pemasaran yang berbeda. Marjin pemasaran pada saluran I sebesar Rp 16.133,-kg dan pada saluran II sebesar Rp Rp 17.133,-kg dan saluran III sebesar Rp 0,-kg. Berdasarkan lima metode efisiensi pemasaran diketahui bahwa saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran III kemudian saluran I, dan saluran II. Saluran tataniaga kepiting di Desa Pantai Gading Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat tergolong efisien dengan rata-rata share produsen di atas 80. Menurut penelitian Muammar Patta Tammu 2012 yang berjudul Penerapan Sistem Agribisnis Kedelai sebagai Komoditi Andalan dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Petani di Desa Sambueja, Kecamatan Simbang Kabupaten Maros. Dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem agribisnis kedelai di Desa Sambuja yang meliputi subsistem hulu yaitu penyediaan sarana produksi dan modal usahatani, subsistem produksi, dan subsistem hilir yaitu pemasaran kedelai serta kelembagaan penunjang sudah menerapkan sistem agribisnis. Selain itu usahatani kedelai juga dapat memberikan keuntungan yang signifikan yang ditunjukkan oleh Π = TR – TC, yaitu TR sebesar Rp 19.410.214,- dan TC sebesar Rp 10.107.500,-, maka diperoleh Π sebesar Rp Rp 9.303.214,- per tahun.

2.6. Kerangka Pemikiran