Saluran Pemasaran Kedelai Analisis Sistem Agribisnis Kedelai (Glycine max (L.) Merill) (Studi Kasus Desa Sumberejo, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang)

memperkerjakan beberapa orang khusus. Seluruh petani kedelai di Desa Sumberejo melakukan perontokan dengan menggunakan jasa orang lain. Para petani merasa masih mengalami kekurangan teknologi pasca panen seperti mesin treser tersebut, dikarenakan jumlahnya yang masih terbatas. Oleh karena itu petani juga mengharapkan adanya mesin treser tambahan dari pemerintah dan adanya teknologi berupa alat maupun mesin yang dapat membantu petani dalam kegiatan pasca panen kedelai.

5.4 Saluran Pemasaran Kedelai

Pemasaran kedelai merupakan subsistem post produksi kedelai. Subsistem post produksi merupakan subsistem yang menangani bagaimana kedelai dipasarkan hingga sampai ke konsumen yaitu meliputi tataniaga kedelai yang merupakan proses distribusi kedelai dari petani hingga ke knsumen. Subsistem post produksi kedelai meliputi saluran pemasaran dan tingkat efisiensi saluran pemasaran kedelai. Pemasaran merupakan kegiatan yang menyangkut bagaimana kedelai dipasarkan hingga sampai ke konsumen. Untuk sampai ke konsumen kedelai harus melewati beberapa lembaga pemasaran melalui saluran tertentu. Lembaga pemasaran tersebut disebut juga pedagang perantara kedelai dan terbentuk saluran pemasaran kedelai. Saluran pemasaran kedelai di Desa Sumberejo Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang diketahui melalui cara penelusuran langsung ke lokasi penelitian yaitu mulai dari produsen hingga sampai ke konsumen. Dalam Universitas Sumatera Utara pemasaran kedelai, terdapat beberapa lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran kedelai yaitu produsen, agen dan pedagang pengecer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua saluran pemasaran kedelai di Desa Sumberejo. Adapun saluran pemasaran kedelai tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.3 berikut: Gambar 5.3. Skema Saluran Pemasaran Kedelai di Desa Sumberejo Berdasarkan Gambar 5.2 tersebut dapat diketahui bahwa terdapat dua saluran pemasaran kedelai di Desa Sumberejo yaitu: 1. Saluran I Produsen – Agen – Pedagang Pengecer – Konsumen 2. Saluran II Produsen – Agen – Konsumen

1. Saluran I

Adapun skema saluran pemasaran I dapat diketahui pada Gambar 5.3 berikut: Gambar 5.4. Skema Saluran I Pemasaran Kedelai Produsen Agen Pedagang Pengecer Konsumen Universitas Sumatera Utara Pada saluran pemasaran I, produsen petani kedelai menjual kedelainya kepada agen yang ada di desa. Kemudian pedagang pengecer membeli kedelai dari agen dan menjualnya kembali kepada konsumen. Volume produksi produsen mulai dari 145 – 2.880 kg setiap panennya. Para produsen menjual kedelai kepada agen dengan agen mendatangi langsung ke rumah produsen atau sebaliknya produsen yang mendatangi langsung ke rumah agen. Sedangkan pedagang pengecer membeli kedelai langsung dari agen untuk menjual kedelai kembali kepada konsumen. Saluran ini merupakan saluran yang cukup panjang dalam pemasaran kedelai di Desa Sumberejo Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang. Dimana rata-rata harga jual kedelai yang diterima produsen sebesar Rp 5.213,-kg, rata-rata harga yang diterima agen sebesar Rp 6.400,-kg, rata-rata harga yang diterima pedagang pengecer sebesar Rp 8.200,-kg dan rata-rata harga yang diterima konsumen yang merupakan harga beli kedelai oleh konsumen sebesar Rp 8.200,-kg.

2. Saluran II

Adapun skema saluran pemasaran kedelai pada saluran II dapat diketahui pada Gambar 5.5 berikut: Gambar 5.5. Skema Saluran II Pemasaran Kedelai Pada saluran II, yaitu produsen petani kedelai menjual kedelai kepada agen. Kemudian agen menjual langsung kepada konsumen. Dalam hal ini konsumen Produsen Agen Konsumen Universitas Sumatera Utara yang dimaksud adalah pengusaha tahu di desa setempat yang membeli langsung kedelai dari agen. Rata-rata harga yang diterima produsen sebesar Rp 5.213,-kg, rata-rata harga yang diterima agen sebesar Rp 7.000,-kg dan rata-rata harga kedelai yang diterima konsumen yaitu harga beli kedelai oleh konsumen pada saluran ini lebih murah daripada saluran I yaitu sebesar Rp 7.000,-kg.

5.4.1 Fungsi-Fungsi Tataniaga dalam Pemasaran Kedelai

Fungsi-fungsi tataniaga adalah seluruh proses penyampaian barang-barang dan jasa-jasa dari sektor produsen ke sektor konsumen dimana setiap fungsi diperankan oleh masing-masing lembaga tataniaga. Setiap fungsi yang ada dianalisa untuk mengetahui pentingnya serta peranan fungsi tersebut di dalam proses penyampaian barang dan jasa dari sektor produksi sampai ke tangan konsumen akhir Sihombing, 2010. Dalam kegiatan pemasaran kedelai, terdapat lembaga pemasaran yang terlibat yaitu produsen, agen dan pedagang pengecer. Masing-masing lembaga tersebut melakukan fungsi-fungsi tataniaga yang bertujuan untuk memperlancar penyampaian kedelai dari produsen sampai ke konsumen. Namun fungsi tataniaga yang dilakukan setiap lembaga tidak selalu sama. Semakin banyak fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga tataniaga maka semakin besar pula biaya yang dikeluarkan dan sebaliknya. Adapun fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran kedelai di Desa Sumberejo dapat dilihat pada Tabel 5.19 berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 5.19 Fungsi-Fungsi Tataniaga yang Dilakukan Lembaga PemasaranKedelai di Desa Sumberejo, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016 No Fungsi Tataniaga Produsen Agen Pedagang Pengecer 1. Pembelian x √ √ 2. Penjualan √ √ √ 3. Pengangkutan x √ √ 4. Penyimpanan √ √ √ 5. Pengolahan x x X 6. Standarisasi √ √ √ 7. Pembiayaan √ √ √ 8. Penanggung Resiko √ √ √ 9. Informasi Pasar √ √ √ Sumber: Lampiran 35, 2016 Keterangan: x : Tidak melaksanakan fungsi tersebut √ : Melaksanakan fungsi tersebut Pada saluran I dan II terdapat fungsi pembiayaan yaitu dalam hal ini pembiayaan oleh masing-masing lembaga pemasaran. Pada fungsi pengemasan produsen tidak mengeluarkan biaya, melainkan hanya agen dan pedagang pengecer yang melakukan pengemasan. Biaya pada fungsi transportasi lebih besar dibandingkan dengan biaya pengemasan karena biaya antar untuk skala desa membutuhkan biaya yang cukup besar.

1. Produsen

Berdasarkan Tabel 5.19 di atas dapat diketahui bahwa produsen melakukan fungsi tataniaga seperti penjualan, penyimpanan, standarisasi penyortiran kedelai, pembiayaan, penanggungan resiko dan informasi pasar. Produsen tidak melaksanakan fungsi tataniaga seperti pengangkutan, pengolahan dan pembelian. Produsen tidak melaksanakan pengangkutan dikarenakan agen yang mendatangi langsung ke produsen kedelai, dengan melihat kedelai di lahan kemudian petani Universitas Sumatera Utara dan agen melakukan kesepakatan mengenai harga jual kedelai. Setelah sepakat maka kedelai siap untuk dijual kepada agen tersebut. Produsen melakukan standarisasi sesuai dengan grade kedelainya. Kedelai yang baik dapat dilihat pada biji polongnya yang padat dan terlihat berwarna cokelat. Produsen yang menjual kedelainya ke rumah agen disebabkan rumahnya yang berdekatan dengan rumah agen tersebut, sehingga tidak mengeluarkan biaya pengangkutan.Fungsi penanggungan resiko juga dilakukan oleh produsen mulai dari penanaman, pemeliharaan, panen hingga menjualnya ke agen. Selain itu, informasi pasar yang dilakukan petani berupa informasi mengenai harga jual kedelai dan pasar kedelai itu sendiri.

2. Agen

Agen melakukan beberapa fungsi, yaitu: pembelian, penjualan, pengangkutan, penyimpanan, standarisasi, pembiayaan, penanggungan resiko dan informasi pasar. Agen membeli kedelai dari produsen setiap hari dalam seminggu. Agen juga melakukan penyimpanan di rumahnya sebelum dijual kembali karena biasanya agen membeli kedelai tersebut dalam jumlah yang tidak sedikit. Kemudian agen menjual kedelai kepada pedagang pengecer Kecamatan Pagar Merbau dan ada juga agen yang menjual kepada konsumen, yaitu pengusaha tahu yang ada di sekitar desa. Agen melakukan pengangkutan meliputi pengangkutan kedelai yang dibelinya dari produsen ke rumahnya. Standarisasi yang dilakukan agen meliputi kegiatan penyortitan kedelai sesuai dengan kualitasnya masing-masing, yang meliputi pengelompokkan kedelai dengan kualitas tinggi hingga rendah yang dilihat dari biji kedelai itu sendiri. Selain itu agen juga melakukan pembiayaan untuk pembelian kedelai dan Universitas Sumatera Utara transportasi. Agen melakukan penganggungan resiko seperti resiko kedelai yang disimpannya mengalami penurunan kualitas seperti perubahan warna pada biji kedelai yang menjadi lebih kuning, sehingga dapat mempengaruhi harga jual kedelai. Informasi pasar yang dilakukan agen meliputi informasi mengenai pasar kedelai dan harga beli maupun harga jual kedelai.

3. Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer melakukan fungsi yang sama dengan agen. Hanya saja pedagang pengecer tidak melakukan pengayakan kedelai. Pedagang pengecer dapat mengecerkan langsung kedelai di pasar Pagar Merbau, pasar Lubuk Pakam. Pengangkutan oleh pedagang pengecer dilakukan pada saat pembelian kedelai dari agen dan pengangkutan kedelai kepada konsumen apabila melakukan pembelian dalam jumlah yang besar. Rata-rata volume pembelian kedelai pedagang pengecer yaitu 25 kg setiap minggunya. Pembelian kedelai oleh pedagang pengecer terjadi setiap hari dalam seminggu. Di dalam menjual kedelai ke pasar, pedagang pengecer tidak mengalami kesulitan, dimana kedelai dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama. Namun sekitar 1 bulan ada juga terdapat kedelai yang tidak layak dijual sekitar 2 kg. Fungsi penyimpanan yang dilakukan pedangan pengecer yaitu penyimpanan kedelai yang belum terjual di pasar konsumen. Fungsi standarisasi yang dilakukan pedagang pengecer juga meliputi kegiatan penyortiran kedelai. Selain itu pedagang pengecer juga melakukan fungsi pembiayaan yang meliputi pembelian kedelai dan transportasi. Fungsi penganggungan resiko kedelai oleh pedagang pengecer dilakukan apabila terdapat kedelai yang belum terjual sehingga kualitasnya menurun. Selain itu pedagang pengecer juga melakukan fungsi Universitas Sumatera Utara informasi pasar yang meliputi informasi mengenai harga beli dan harga jual kedelai di pasar.

5.4.2 Price Spread dan Share Margin

Price Spread dan Share Margin setiap lembaga pemasaran dapat diketahui dengan menghitung biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran. Marjin pemasaran yang dikelompokkan menurut jenis baya yang sama disebut juga price sread atau absolute margin. Jika angka-angka price spread dipersenkan terhadap harga beli konsumen, maka diperoleh share margin Gultom, 1996.

1. Saluran I

Adapun price spread dan share margin lembaga pemasaran pada saluran I dapat dilihat pada Tabel 5.20 berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 5.20 Price Spread dan Share Margin Lembaga Pemasaran Pada Saluran I Produsen – Agen – Pedagang Pengecer – Konsumen No Uraian Price Spread RpKg Share Margin

1. Produsen

a. Harga Jual 5213 63.57 b. Biaya - Produksi 3929 47.92 Total Biaya 3929 47.92 c. Marjin Keuntungan 1284 15.66 d. Nisbah Marjin Keuntungan 0.33

2. Agen

a. Harga Beli 5213 b. Harga Jual 6400 c. Biaya - Penyimpanan 250 3.05 - Pengemasan 103 1.26 - Transportasi 500 6.10 Total Biaya 853 10.40 d. Marjin Keuntungan 334 4.06 e. Nisbah Marjin Keuntungan 0.39

3. Pedagang Pengecer

a. Harga Beli 6400 b. Harga Jual 8200 c. Biaya - Penyimpanan 250 3.05 - Pengemasan 250 3.05 - Transportasi 500 6.10 Total Biaya 1000 12.19 d. Marjin Keuntungan 800 9.75 e. Nisbah Marjin Keuntungan 0.8 4. Konsumen Harga Beli 8200 Jumlah Persentase 100.00 Sumber: Lampiran 24, 34 dan 36, 2016 Berdasarkan Tabel 5.20 di atas dapat diketahui bahwa pada saluran I, harga 1 kg kedelai yang diterima produsen mulai dari Rp 5.000,-kg - Rp 6.000,-kg sehingga rata-rata harga produsen adalah Rp 5.213,-kg sedangkan untuk 1 kg kedelai konsumen akhir membayar Rp 8.200,-kg. Komponen biaya terbesar dikeluarkan oleh produsen, yaitu biaya produksi sebesar Rp 3.929,-kg 47,92. Namun produsen tidak mengeluarkan biaya untuk pemasaran kedelai. Marjin keuntungan Universitas Sumatera Utara diperoleh dari selisih antara harga jual kedelai dengan biaya produksi kedelai, sehingga marjin keuntungan produsen sebesar Rp 1.284,-kg 15,66. Nisbah marjin keuntungan diperoleh dari perbandingan antara marjin keuntungan dengan total biaya produksi. Nisbah margin keuntungan yang diperoleh produsen sebesar 0,33 artinya keuntungan yang diperoleh produsen 0,33 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan biaya produksinya. Harga jual agen yaitu Rp 6.400,-kg dengan biaya pemasaran sebesar Rp 853,-kg 10.40. Marjin keuntungan yang diperoleh agen yaitu Rp 333,-kg 4,06. Nisbah marjin keuntungan yang diperoleh agen sebesar Rp 0,39,-kg artinya keuntungan yang diperoleh agen 0,39 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan biaya pemasarannya. Harga jual pedagang pengecer sebesar Rp 8.200,-kg dengan biaya pemasaran sebesar Rp 1.000,-kg 12,19. Marjin keuntungan yang diperoleh agen sebesar Rp 800,-kg 9,75. Nisbah marjin keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 0,8,-kg artinya keuntungan yang diperoleh pedagang pengecer 0,8 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan biaya pemasarannya. Persentase share produsen diperoleh dari perbandingan antara harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat konsumen dikali dengan 100. Pada saluran ini share produsen sebesar 63,57 yang artinya 63,57 dari harga yang dibayarkan konsumen diterima oleh produsen. Marjin pemasaran diperoleh dari selisih antara harga di tingkat konsumen dengan harga di tingkat produsen, sehingga marjin pemasaran pada saluran ini sebesarRp 2.987,-kg. Universitas Sumatera Utara

2. Saluran II

Adapun price spread dan share margin lembaga pemasaran pada saluran II dapat dilihat pada Tabel 5.21 berikut: Tabel 5.21 Price Spread dan Share Margin Lembaga Pemasaran Pada Saluran II Produsen – Agen – Konsumen No Uraian Price Spread RpKg Share Margin

1. Produsen

e. Harga Jual 5213 74.47 f. Biaya - Produksi 3929 56.13 Total Biaya 3929 56.13 g. Marjin Keuntungan 1284 18.35 h. Nisbah Marjin Keuntungan 0.33

2. Agen

f. Harga Beli 5213 g. Harga Jual 7000 h. Biaya - Penyimpanan 250 3.57 - Pengemasan 103 1.47 - Transportasi 500 7.14 Total Biaya 853 12.18 i. Marjin Keuntungan 934 13.34 j. Nisbah Marjin Keuntungan 1.09 4. Konsumen Harga Beli 7000 Jumlah Persentase 100.00 Sumber: Lampiran 24, 34 dan 36, 2016 Berdasarkan Tabel 5.21 di atas dapat diketahui bahwa pada saluran II untuk 1 kg kedelai rata-rata harga yang diterima produsen sebesar Rp 5.213,-kg, sedangkan rata-rata harga yang diterima konsumen sebesar Rp 7.000,-kg. Marjin keuntungan diperoleh dari selisih antara harga jual dengan total biaya produksi. Sehingga diperoleh marjin keuntungan produsen sebesar Rp 1.284,-kg 18,35. Nisbah marjin keuntungan diperoleh dari perbandingan antara marjin keuntungan dengan total biaya produksi, sehingga diperoleh nisbah marjin keuntungan produsen Universitas Sumatera Utara sebesar 0,33 yang artinya keuntungan yang diperoleh produsen 0,33 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan biaya produksi yang dikeluarkan produsen. Adapun total biaya yang dikeluarkan oleh agen sebesar Rp 853,-kg 12,18. Marjin keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 934,-kg 13,34. Nisbah marjin keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 1,09,-kg yang artinya keuntungan yang diperoleh agen 1,09 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan biaya pemasarannya. Namun pada saluran ini agen tidak menjual seluruh kedelai kepada konsumen, melainkan hanya berkisar 400 kg per bulannya. Persentase share produsen diperoleh dari perbandingan antara harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat konsumen dikali dengan 100. Pada saluran ini share produsen sebesar 74,47, artinya 74,47 dari harga yang dibayarkan oleh konsumen diterima oleh produsen. Marjin pemasaran diperoleh dari selisih antara harga di tingkat konsumen dengan harga di tingkat produsen, sehingga marjin pemasaran pada saluran ini sebesar Rp 1.787,-kg.

5.4.3 Efisiensi Pemasaran

Efisiensi pemasaran penting untuk diketahui dengan tujuan untuk mengidentifikasi efisien atau tidaknya suatu saluran pemasaran. Efisiensi pemasaran dapa diketahui dengan menggunakan empat metode. Empat metode bertujuan untuk dapat mengidentifikasi efisiensi pemasatan secara menyeluruh dapat dilihat pada setiap metode komponen berbeda.

1. Metode Shepherd

Pada metode ini efisiensi pemasaran diketahui dari perbandingan antara harga konsumen dengan biaya pemasaran dan dikurangi satu. Saluran pemasaran dengan Universitas Sumatera Utara nilai efisiensi tertinggi merupakan saluran pemasaran yang paling efisien dan sebaliknya. Tabel 5.22 Efisiensi Saluran Pemasaran dengan Metode Shepherd No Uraian Saluran I Saluran II 1. Harga Konsumen 8200 7000 2. Biaya Pemasaran 1853 853 3. Efisiensi 3.42 7.20 Sumber: Lampiran 34 dan 36, 2016 Berdasarkan Tabel 5.22 di atas dapat diketahui bahwa nilai efisiensi tertinggi diperoleh pada saluran II yaitu 7,20 ini berarti bahwa saluran II merupakan saluran yang paling efisien. Nilai efisiensi saluran I sebesar 3,42. Hal ini disebabkan pada saluran I harga kedelai yang dibayarkan merupakan harga yang terbesar yaitu Rp 8.200,-kg dan biaya pemasaran yang paling besar terdapat pada saluran I.

2. Metode Acharya dan Aggarwal

Pada metode Acharya dan Aggarwal nilai efisiensi diperoleh dari perbandingan antara harga yang diterima produsen terhadap biaya pemasaran ditambah dengan marjin keuntungan setiap lembaga pemasaran. Saluran dengan nilai efisiensi tertinggi merupakan saluran pemasaran yang paling efisien. Tabel 5.23 Efisiensi Saluran Pemasaran dengan Metode Acharya dan Aggarwal No Uraian Saluran I Saluran II 1. Harga Produsen 5213 5213 2. Biaya Pemasaran 1853 853 3. Marjin Keuntungan 2854 2655 4. Efisiensi 1.11 1.48 Sumber: Lampiran 34 dan 36, 2016 Berdasarkan Tabel 5.23 di atas dapat diketahui bahwa dalam metode ini nilai efisiensi saluran II lebih tinggi daripada nilai efisiensi pada saluran I. Artinya Universitas Sumatera Utara bahwa saluran II merupakan saluran yang paling efisiesn dibandingan dengan saluran I. Hal ini disebabkan karena pada saluran II, agen ada yang menjual langsung kedelai kepada konsumen, sehingga harga yang diterima konsumen pada saluran ini lebih rendah dibandingkan dengan harga kedelai pada saluran I. Dimana harga yang diterima konsumen pada saluran II sebesarRp 7.000,-kg.

3. Metode Composite Index

Pada metode Composite Indexdapat dilihat dari tiga indikator, yaitu share produsen, biaya pemasaran dan marjin pemasaran lembaga pemasaran. Tabel 5.24 Indikator dalam Composite Index Method No Uraian Saluran I Saluran II 1. Share Produsen 63.57 74.47 2. Biaya Pemasaran 1853 853 3. Marjin Keuntungan 2854 2655 Sumber: Lampiran 34 dam 36, 2016 Setelah dikelompokan berdasarkan indikator, maka setiap saluran akan diberi skor 1-2 kemudian skor tersebut ditotalkan dan dibagi dengan jumlah indikator yang digunakan. Nilai share produsen dan marjin keuntungan akan diberi skor 1-2 mulai dari yang paling tinggi sampai yang terendah. Sedangkan untuk indikator biaya pemasaran diberi skor 1-2 dari nilai terendah sampai tertinggi. Saluran dengan nilai index yang paling rendah merupakan saluran yang paling efisien. Tabel 5.25 Efisiensi Saluran Pemasaran dengan Composite Index Methode No Saluran Composite Index RjNj Final Ranking I 1 I 2 I 3

1. Saluran I

2 2 1 1.6 2 2. Saluran II 1 1 2 1.3 1 Sumber: Lampiran 34 dan 36, 2016 Berdasarkan Composite Index Methode dapat dilihat bahwa nilai index yang terendah sampai tertinggi yaitu saluran II sebesar 1,3 dan saluran I sebesar 1,6. Universitas Sumatera Utara Hal ini berarti bahwa saluran II merupakan saluran yang lebih efisien dibandingkan dengan saluran I. Pada saluran II terlihat bahwa share produsen sebesar 74,47, ini menunjukkan bahwa persentase harga yang dibayarkan oleh konsumen ke produsen pada saluran II lebih besar daripada saluran I.

4. Marketing Efficiency Index Method

Pada metode Marketing Efficiency Index Method efisiensi diperoleh dari penambahan satu dengan perbandingan antara marjin pemasaran dengan biaya pemasaran. Nilai efisiensi yang tinggi menunjukkan saluran pemasaran yang efisien. Tabel 5.26 Efisiensi Saluran Pemasaran dengan Marketing Efficiency Index Method No Uraian Saluran I Saluran II 1. Marjin Pemasaran 2854 2655 2. Biaya Pemasaran 1853 853 3. Efisiensi 2.54 4.11 Sumber: Lampiran 34 dan 36, 2016 Berdasarkan Tabel 5.26 di atas dapat diketahui bahwa nilai efisiensi saluran I merupakan saluran yang terendah sebesar 2,54 dan saluran II merupakan saluran dengan nilai efisien tertinggi sebesar 4,11. Maka menurut metode Marketing Efficiency Index Method saluran II merupakan saluran yang paling efisien.

5.5. Lembaga Pendukung dalam Sistem Agribisnis Kedelai