memperkerjakan beberapa orang khusus. Seluruh petani kedelai di Desa Sumberejo melakukan perontokan dengan menggunakan jasa orang lain. Para
petani merasa masih mengalami kekurangan teknologi pasca panen seperti mesin treser tersebut, dikarenakan jumlahnya yang masih terbatas. Oleh karena itu petani
juga mengharapkan adanya mesin treser tambahan dari pemerintah dan adanya teknologi berupa alat maupun mesin yang dapat membantu petani dalam kegiatan
pasca panen kedelai.
5.4 Saluran Pemasaran Kedelai
Pemasaran kedelai merupakan subsistem post produksi kedelai. Subsistem post produksi merupakan subsistem yang menangani bagaimana kedelai dipasarkan
hingga sampai ke konsumen yaitu meliputi tataniaga kedelai yang merupakan proses distribusi kedelai dari petani hingga ke knsumen. Subsistem post produksi
kedelai meliputi saluran pemasaran dan tingkat efisiensi saluran pemasaran kedelai.
Pemasaran merupakan kegiatan yang menyangkut bagaimana kedelai dipasarkan hingga sampai ke konsumen. Untuk sampai ke konsumen kedelai harus melewati
beberapa lembaga pemasaran melalui saluran tertentu. Lembaga pemasaran tersebut disebut juga pedagang perantara kedelai dan terbentuk saluran pemasaran
kedelai. Saluran pemasaran kedelai di Desa Sumberejo Kecamatan Pagar Merbau
Kabupaten Deli Serdang diketahui melalui cara penelusuran langsung ke lokasi penelitian yaitu mulai dari produsen hingga sampai ke konsumen. Dalam
Universitas Sumatera Utara
pemasaran kedelai, terdapat beberapa lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran kedelai yaitu produsen, agen dan pedagang pengecer.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua saluran pemasaran kedelai di Desa Sumberejo. Adapun saluran pemasaran kedelai tersebut dapat dilihat pada Gambar
5.3 berikut:
Gambar 5.3. Skema Saluran Pemasaran Kedelai di Desa Sumberejo
Berdasarkan Gambar 5.2 tersebut dapat diketahui bahwa terdapat dua saluran pemasaran kedelai di Desa Sumberejo yaitu:
1. Saluran I Produsen – Agen – Pedagang Pengecer – Konsumen
2. Saluran II Produsen – Agen – Konsumen
1. Saluran I
Adapun skema saluran pemasaran I dapat diketahui pada Gambar 5.3 berikut:
Gambar 5.4. Skema Saluran I Pemasaran Kedelai
Produsen Agen
Pedagang Pengecer
Konsumen
Universitas Sumatera Utara
Pada saluran pemasaran I, produsen petani kedelai menjual kedelainya kepada agen yang ada di desa. Kemudian pedagang pengecer membeli kedelai dari agen
dan menjualnya kembali kepada konsumen. Volume produksi produsen mulai dari 145 – 2.880 kg setiap panennya. Para
produsen menjual kedelai kepada agen dengan agen mendatangi langsung ke rumah produsen atau sebaliknya produsen yang mendatangi langsung ke rumah
agen. Sedangkan pedagang pengecer membeli kedelai langsung dari agen untuk menjual kedelai kembali kepada konsumen. Saluran ini merupakan saluran yang
cukup panjang dalam pemasaran kedelai di Desa Sumberejo Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang. Dimana rata-rata harga jual kedelai yang
diterima produsen sebesar Rp 5.213,-kg, rata-rata harga yang diterima agen sebesar Rp 6.400,-kg, rata-rata harga yang diterima pedagang pengecer sebesar
Rp 8.200,-kg dan rata-rata harga yang diterima konsumen yang merupakan harga beli kedelai oleh konsumen sebesar Rp 8.200,-kg.
2. Saluran II
Adapun skema saluran pemasaran kedelai pada saluran II dapat diketahui pada Gambar 5.5 berikut:
Gambar 5.5. Skema Saluran II Pemasaran Kedelai
Pada saluran II, yaitu produsen petani kedelai menjual kedelai kepada agen. Kemudian agen menjual langsung kepada konsumen. Dalam hal ini konsumen
Produsen Agen
Konsumen
Universitas Sumatera Utara
yang dimaksud adalah pengusaha tahu di desa setempat yang membeli langsung kedelai dari agen.
Rata-rata harga yang diterima produsen sebesar Rp 5.213,-kg, rata-rata harga yang diterima agen sebesar Rp 7.000,-kg dan rata-rata harga kedelai yang
diterima konsumen yaitu harga beli kedelai oleh konsumen pada saluran ini lebih murah daripada saluran I yaitu sebesar Rp 7.000,-kg.
5.4.1 Fungsi-Fungsi Tataniaga dalam Pemasaran Kedelai
Fungsi-fungsi tataniaga adalah seluruh proses penyampaian barang-barang dan jasa-jasa dari sektor produsen ke sektor konsumen dimana setiap fungsi
diperankan oleh masing-masing lembaga tataniaga. Setiap fungsi yang ada dianalisa untuk mengetahui pentingnya serta peranan fungsi tersebut di dalam
proses penyampaian barang dan jasa dari sektor produksi sampai ke tangan konsumen akhir Sihombing, 2010.
Dalam kegiatan pemasaran kedelai, terdapat lembaga pemasaran yang terlibat yaitu produsen, agen dan pedagang pengecer. Masing-masing lembaga tersebut
melakukan fungsi-fungsi tataniaga yang bertujuan untuk memperlancar penyampaian kedelai dari produsen sampai ke konsumen. Namun fungsi tataniaga
yang dilakukan setiap lembaga tidak selalu sama. Semakin banyak fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga tataniaga maka semakin besar pula biaya
yang dikeluarkan dan sebaliknya. Adapun fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran kedelai di Desa Sumberejo dapat dilihat
pada Tabel 5.19 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.19 Fungsi-Fungsi Tataniaga yang Dilakukan Lembaga PemasaranKedelai di Desa Sumberejo, Kecamatan Pagar
Merbau, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016
No Fungsi Tataniaga
Produsen Agen
Pedagang Pengecer
1. Pembelian
x √
√ 2.
Penjualan √
√ √
3. Pengangkutan
x √
√ 4.
Penyimpanan √
√ √
5. Pengolahan
x x
X 6.
Standarisasi √
√ √
7. Pembiayaan
√ √
√ 8.
Penanggung Resiko √
√ √
9. Informasi Pasar
√ √
√
Sumber: Lampiran 35, 2016
Keterangan: x : Tidak melaksanakan fungsi tersebut
√ : Melaksanakan fungsi tersebut
Pada saluran I dan II terdapat fungsi pembiayaan yaitu dalam hal ini pembiayaan oleh masing-masing lembaga pemasaran. Pada fungsi pengemasan produsen tidak
mengeluarkan biaya, melainkan hanya agen dan pedagang pengecer yang melakukan pengemasan. Biaya pada fungsi transportasi lebih besar dibandingkan
dengan biaya pengemasan karena biaya antar untuk skala desa membutuhkan biaya yang cukup besar.
1. Produsen
Berdasarkan Tabel 5.19 di atas dapat diketahui bahwa produsen melakukan fungsi tataniaga seperti penjualan, penyimpanan, standarisasi penyortiran kedelai,
pembiayaan, penanggungan resiko dan informasi pasar. Produsen tidak melaksanakan fungsi tataniaga seperti pengangkutan, pengolahan dan pembelian.
Produsen tidak melaksanakan pengangkutan dikarenakan agen yang mendatangi langsung ke produsen kedelai, dengan melihat kedelai di lahan kemudian petani
Universitas Sumatera Utara
dan agen melakukan kesepakatan mengenai harga jual kedelai. Setelah sepakat maka kedelai siap untuk dijual kepada agen tersebut. Produsen melakukan
standarisasi sesuai dengan grade kedelainya. Kedelai yang baik dapat dilihat pada biji polongnya yang padat dan terlihat berwarna cokelat. Produsen yang menjual
kedelainya ke rumah agen disebabkan rumahnya yang berdekatan dengan rumah agen tersebut, sehingga tidak mengeluarkan biaya pengangkutan.Fungsi
penanggungan resiko juga dilakukan oleh produsen mulai dari penanaman, pemeliharaan, panen hingga menjualnya ke agen. Selain itu, informasi pasar yang
dilakukan petani berupa informasi mengenai harga jual kedelai dan pasar kedelai itu sendiri.
2. Agen
Agen melakukan beberapa fungsi, yaitu: pembelian, penjualan, pengangkutan, penyimpanan, standarisasi, pembiayaan, penanggungan resiko dan informasi
pasar. Agen membeli kedelai dari produsen setiap hari dalam seminggu. Agen juga melakukan penyimpanan di rumahnya sebelum dijual kembali karena
biasanya agen membeli kedelai tersebut dalam jumlah yang tidak sedikit. Kemudian agen menjual kedelai kepada pedagang pengecer Kecamatan Pagar
Merbau dan ada juga agen yang menjual kepada konsumen, yaitu pengusaha tahu yang ada di sekitar desa. Agen melakukan pengangkutan meliputi pengangkutan
kedelai yang dibelinya dari produsen ke rumahnya. Standarisasi yang dilakukan agen meliputi kegiatan penyortitan kedelai sesuai
dengan kualitasnya masing-masing, yang meliputi pengelompokkan kedelai dengan kualitas tinggi hingga rendah yang dilihat dari biji kedelai itu sendiri.
Selain itu agen juga melakukan pembiayaan untuk pembelian kedelai dan
Universitas Sumatera Utara
transportasi. Agen melakukan penganggungan resiko seperti resiko kedelai yang disimpannya mengalami penurunan kualitas seperti perubahan warna pada biji
kedelai yang menjadi lebih kuning, sehingga dapat mempengaruhi harga jual kedelai. Informasi pasar yang dilakukan agen meliputi informasi mengenai pasar
kedelai dan harga beli maupun harga jual kedelai.
3. Pedagang Pengecer
Pedagang pengecer melakukan fungsi yang sama dengan agen. Hanya saja pedagang pengecer tidak melakukan pengayakan kedelai. Pedagang pengecer
dapat mengecerkan langsung kedelai di pasar Pagar Merbau, pasar Lubuk Pakam. Pengangkutan oleh pedagang pengecer dilakukan pada saat pembelian kedelai dari
agen dan pengangkutan kedelai kepada konsumen apabila melakukan pembelian dalam jumlah yang besar. Rata-rata volume pembelian kedelai pedagang
pengecer yaitu 25 kg setiap minggunya. Pembelian kedelai oleh pedagang pengecer terjadi setiap hari dalam seminggu. Di dalam menjual kedelai ke pasar,
pedagang pengecer tidak mengalami kesulitan, dimana kedelai dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama. Namun sekitar 1 bulan ada juga terdapat kedelai
yang tidak layak dijual sekitar 2 kg. Fungsi penyimpanan yang dilakukan pedangan pengecer yaitu penyimpanan
kedelai yang belum terjual di pasar konsumen. Fungsi standarisasi yang dilakukan pedagang pengecer juga meliputi kegiatan penyortiran kedelai. Selain itu
pedagang pengecer juga melakukan fungsi pembiayaan yang meliputi pembelian kedelai dan transportasi. Fungsi penganggungan resiko kedelai oleh pedagang
pengecer dilakukan apabila terdapat kedelai yang belum terjual sehingga kualitasnya menurun. Selain itu pedagang pengecer juga melakukan fungsi
Universitas Sumatera Utara
informasi pasar yang meliputi informasi mengenai harga beli dan harga jual kedelai di pasar.
5.4.2 Price Spread dan Share Margin
Price Spread dan Share Margin setiap lembaga pemasaran dapat diketahui dengan menghitung biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga
pemasaran. Marjin pemasaran yang dikelompokkan menurut jenis baya yang sama disebut juga price sread atau absolute margin. Jika angka-angka price spread
dipersenkan terhadap harga beli konsumen, maka diperoleh share margin Gultom, 1996.
1. Saluran I
Adapun price spread dan share margin lembaga pemasaran pada saluran I dapat dilihat pada Tabel 5.20 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.20 Price Spread dan Share Margin Lembaga Pemasaran Pada Saluran I Produsen – Agen – Pedagang Pengecer – Konsumen
No Uraian
Price Spread RpKg
Share Margin
1. Produsen
a. Harga Jual
5213 63.57
b. Biaya
- Produksi
3929 47.92
Total Biaya 3929
47.92 c.
Marjin Keuntungan 1284
15.66 d.
Nisbah Marjin Keuntungan 0.33
2. Agen
a. Harga Beli
5213 b.
Harga Jual 6400
c. Biaya
- Penyimpanan
250 3.05
- Pengemasan
103 1.26
- Transportasi
500 6.10
Total Biaya 853
10.40 d.
Marjin Keuntungan 334
4.06 e.
Nisbah Marjin Keuntungan 0.39
3. Pedagang Pengecer
a. Harga Beli
6400 b.
Harga Jual 8200
c. Biaya
- Penyimpanan
250 3.05
- Pengemasan
250 3.05
- Transportasi
500 6.10
Total Biaya 1000
12.19 d.
Marjin Keuntungan 800
9.75 e.
Nisbah Marjin Keuntungan 0.8
4. Konsumen
Harga Beli 8200
Jumlah Persentase 100.00
Sumber: Lampiran 24, 34 dan 36, 2016
Berdasarkan Tabel 5.20 di atas dapat diketahui bahwa pada saluran I, harga 1 kg kedelai yang diterima produsen mulai dari Rp 5.000,-kg - Rp 6.000,-kg sehingga
rata-rata harga produsen adalah Rp 5.213,-kg sedangkan untuk 1 kg kedelai konsumen akhir membayar Rp 8.200,-kg. Komponen biaya terbesar dikeluarkan
oleh produsen, yaitu biaya produksi sebesar Rp 3.929,-kg 47,92. Namun produsen tidak mengeluarkan biaya untuk pemasaran kedelai. Marjin keuntungan
Universitas Sumatera Utara
diperoleh dari selisih antara harga jual kedelai dengan biaya produksi kedelai, sehingga marjin keuntungan produsen sebesar Rp 1.284,-kg 15,66. Nisbah
marjin keuntungan diperoleh dari perbandingan antara marjin keuntungan dengan total biaya produksi. Nisbah margin keuntungan yang diperoleh produsen
sebesar 0,33 artinya keuntungan yang diperoleh produsen 0,33 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan biaya produksinya.
Harga jual agen yaitu Rp 6.400,-kg dengan biaya pemasaran sebesar Rp 853,-kg 10.40. Marjin keuntungan yang diperoleh agen yaitu Rp 333,-kg 4,06.
Nisbah marjin keuntungan yang diperoleh agen sebesar Rp 0,39,-kg artinya keuntungan yang diperoleh agen 0,39 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan
biaya pemasarannya. Harga jual pedagang pengecer sebesar Rp 8.200,-kg dengan biaya pemasaran
sebesar Rp 1.000,-kg 12,19. Marjin keuntungan yang diperoleh agen sebesar Rp 800,-kg 9,75. Nisbah marjin keuntungan yang diperoleh sebesar
Rp 0,8,-kg artinya keuntungan yang diperoleh pedagang pengecer 0,8 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan biaya pemasarannya.
Persentase share produsen diperoleh dari perbandingan antara harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat konsumen dikali dengan 100. Pada saluran ini
share produsen sebesar 63,57 yang artinya 63,57 dari harga yang dibayarkan konsumen diterima oleh produsen. Marjin pemasaran diperoleh dari selisih antara
harga di tingkat konsumen dengan harga di tingkat produsen, sehingga marjin pemasaran pada saluran ini sebesarRp 2.987,-kg.
Universitas Sumatera Utara
2. Saluran II
Adapun price spread dan share margin lembaga pemasaran pada saluran II dapat dilihat pada Tabel 5.21 berikut:
Tabel 5.21 Price Spread dan Share Margin Lembaga Pemasaran Pada Saluran II Produsen – Agen – Konsumen
No Uraian
Price Spread RpKg
Share Margin
1. Produsen
e. Harga Jual
5213 74.47
f. Biaya
- Produksi
3929 56.13
Total Biaya 3929
56.13 g.
Marjin Keuntungan 1284
18.35 h.
Nisbah Marjin Keuntungan 0.33
2. Agen
f. Harga Beli
5213 g.
Harga Jual 7000
h. Biaya
- Penyimpanan
250 3.57
- Pengemasan
103 1.47
- Transportasi
500 7.14
Total Biaya 853
12.18 i.
Marjin Keuntungan 934
13.34 j.
Nisbah Marjin Keuntungan 1.09
4. Konsumen
Harga Beli 7000
Jumlah Persentase 100.00
Sumber: Lampiran 24, 34 dan 36, 2016
Berdasarkan Tabel 5.21 di atas dapat diketahui bahwa pada saluran II untuk 1 kg kedelai rata-rata harga yang diterima produsen sebesar Rp 5.213,-kg, sedangkan
rata-rata harga yang diterima konsumen sebesar Rp 7.000,-kg. Marjin keuntungan diperoleh dari selisih antara harga jual dengan total biaya produksi. Sehingga
diperoleh marjin keuntungan produsen sebesar Rp 1.284,-kg 18,35. Nisbah marjin keuntungan diperoleh dari perbandingan antara marjin keuntungan dengan
total biaya produksi, sehingga diperoleh nisbah marjin keuntungan produsen
Universitas Sumatera Utara
sebesar 0,33 yang artinya keuntungan yang diperoleh produsen 0,33 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan biaya produksi yang dikeluarkan produsen.
Adapun total biaya yang dikeluarkan oleh agen sebesar Rp 853,-kg 12,18. Marjin keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 934,-kg 13,34. Nisbah marjin
keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 1,09,-kg yang artinya keuntungan yang diperoleh agen 1,09 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan biaya
pemasarannya. Namun pada saluran ini agen tidak menjual seluruh kedelai kepada konsumen, melainkan hanya berkisar 400 kg per bulannya.
Persentase share produsen diperoleh dari perbandingan antara harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat konsumen dikali dengan 100. Pada saluran ini
share produsen sebesar 74,47, artinya 74,47 dari harga yang dibayarkan oleh konsumen diterima oleh produsen. Marjin pemasaran diperoleh dari selisih antara
harga di tingkat konsumen dengan harga di tingkat produsen, sehingga marjin pemasaran pada saluran ini sebesar Rp 1.787,-kg.
5.4.3 Efisiensi Pemasaran
Efisiensi pemasaran penting untuk diketahui dengan tujuan untuk mengidentifikasi efisien atau tidaknya suatu saluran pemasaran. Efisiensi
pemasaran dapa diketahui dengan menggunakan empat metode. Empat metode bertujuan untuk dapat mengidentifikasi efisiensi pemasatan secara menyeluruh
dapat dilihat pada setiap metode komponen berbeda.
1. Metode Shepherd
Pada metode ini efisiensi pemasaran diketahui dari perbandingan antara harga konsumen dengan biaya pemasaran dan dikurangi satu. Saluran pemasaran dengan
Universitas Sumatera Utara
nilai efisiensi tertinggi merupakan saluran pemasaran yang paling efisien dan sebaliknya.
Tabel 5.22 Efisiensi Saluran Pemasaran dengan Metode Shepherd No
Uraian Saluran I
Saluran II
1. Harga Konsumen
8200 7000
2. Biaya Pemasaran
1853 853
3. Efisiensi
3.42 7.20
Sumber: Lampiran 34 dan 36, 2016
Berdasarkan Tabel 5.22 di atas dapat diketahui bahwa nilai efisiensi tertinggi diperoleh pada saluran II yaitu 7,20 ini berarti bahwa saluran II merupakan
saluran yang paling efisien. Nilai efisiensi saluran I sebesar 3,42. Hal ini disebabkan pada saluran I harga kedelai yang dibayarkan merupakan harga yang
terbesar yaitu Rp 8.200,-kg dan biaya pemasaran yang paling besar terdapat pada saluran I.
2. Metode Acharya dan Aggarwal
Pada metode Acharya dan Aggarwal nilai efisiensi diperoleh dari perbandingan antara harga yang diterima produsen terhadap biaya pemasaran ditambah dengan
marjin keuntungan setiap lembaga pemasaran. Saluran dengan nilai efisiensi tertinggi merupakan saluran pemasaran yang paling efisien.
Tabel 5.23 Efisiensi Saluran Pemasaran dengan Metode Acharya dan Aggarwal
No Uraian
Saluran I Saluran II
1. Harga Produsen
5213 5213
2. Biaya Pemasaran
1853 853
3. Marjin Keuntungan
2854 2655
4. Efisiensi
1.11 1.48
Sumber: Lampiran 34 dan 36, 2016
Berdasarkan Tabel 5.23 di atas dapat diketahui bahwa dalam metode ini nilai efisiensi saluran II lebih tinggi daripada nilai efisiensi pada saluran I. Artinya
Universitas Sumatera Utara
bahwa saluran II merupakan saluran yang paling efisiesn dibandingan dengan saluran I. Hal ini disebabkan karena pada saluran II, agen ada yang menjual
langsung kedelai kepada konsumen, sehingga harga yang diterima konsumen pada saluran ini lebih rendah dibandingkan dengan harga kedelai pada saluran I.
Dimana harga yang diterima konsumen pada saluran II sebesarRp 7.000,-kg.
3. Metode Composite Index
Pada metode Composite Indexdapat dilihat dari tiga indikator, yaitu share produsen, biaya pemasaran dan marjin pemasaran lembaga pemasaran.
Tabel 5.24 Indikator dalam Composite Index Method No
Uraian Saluran I
Saluran II
1. Share Produsen
63.57 74.47
2. Biaya Pemasaran
1853 853
3. Marjin Keuntungan
2854 2655
Sumber: Lampiran 34 dam 36, 2016
Setelah dikelompokan berdasarkan indikator, maka setiap saluran akan diberi skor 1-2 kemudian skor tersebut ditotalkan dan dibagi dengan jumlah indikator yang
digunakan. Nilai share produsen dan marjin keuntungan akan diberi skor 1-2 mulai dari yang paling tinggi sampai yang terendah. Sedangkan untuk indikator
biaya pemasaran diberi skor 1-2 dari nilai terendah sampai tertinggi. Saluran dengan nilai index yang paling rendah merupakan saluran yang paling efisien.
Tabel 5.25 Efisiensi Saluran Pemasaran dengan Composite Index Methode No
Saluran Composite
Index RjNj Final
Ranking I
1
I
2
I
3
1. Saluran I
2 2
1 1.6
2 2.
Saluran II 1
1 2
1.3 1
Sumber: Lampiran 34 dan 36, 2016
Berdasarkan Composite Index Methode dapat dilihat bahwa nilai index yang terendah sampai tertinggi yaitu saluran II sebesar 1,3 dan saluran I sebesar 1,6.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini berarti bahwa saluran II merupakan saluran yang lebih efisien dibandingkan dengan saluran I. Pada saluran II terlihat bahwa share produsen
sebesar 74,47, ini menunjukkan bahwa persentase harga yang dibayarkan oleh konsumen ke produsen pada saluran II lebih besar daripada saluran I.
4. Marketing Efficiency Index Method
Pada metode Marketing Efficiency Index Method efisiensi diperoleh dari penambahan satu dengan perbandingan antara marjin pemasaran dengan biaya
pemasaran. Nilai efisiensi yang tinggi menunjukkan saluran pemasaran yang efisien.
Tabel 5.26 Efisiensi Saluran Pemasaran dengan Marketing Efficiency Index Method
No Uraian
Saluran I Saluran II
1. Marjin Pemasaran
2854 2655
2. Biaya Pemasaran
1853 853
3. Efisiensi
2.54 4.11
Sumber: Lampiran 34 dan 36, 2016
Berdasarkan Tabel 5.26 di atas dapat diketahui bahwa nilai efisiensi saluran I merupakan saluran yang terendah sebesar 2,54 dan saluran II merupakan saluran
dengan nilai efisien tertinggi sebesar 4,11. Maka menurut metode Marketing Efficiency Index Method saluran II merupakan saluran yang paling efisien.
5.5. Lembaga Pendukung dalam Sistem Agribisnis Kedelai