Kondisi Subsistem Produksi Kedelai

5.2 Kondisi Subsistem Produksi Kedelai

Subsistem produksi kedelai merupakan kegiatan produksi usahatani kedelai secara teknis mulai dari pengolahan tanah hingga pasca panen. Subsistem produksi kedelai juga meliputi perhitungan biaya, penerimaan dan pendapatan dalam usahatani kedelai. Selain itu juga terdapat perhitungan kelayakan usahatani kedelai untuk mengetahui usahatani tersebut apakah masih layak untuk diusahakan dan megetahuii tingkat keuntungan dari usahatani kedelai. Proses produksi kedelai di Desa Sumberejo umumnya para petani sudah melaksanakan kegiatan proses produksi dengan baik secara teknis. Pada tahap pengolahan tanah petani hanya membuat drainase, oleh karena para petani kedelai di Desa Sumberejo menggunakan lahan yang baru ditanami padi sehingga tidak memerlukan pengolahan tanah yang lebih khusus lagi. Pada tahap penanaman petani menggunakan bibit, pengaturan jarak tanam, pemupukan 2-3 kali sesuai dengan dosis yang dibutuhkan tanaman kedelai. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa para petani kedelai sudah melaksanakan teknis produksi kedelai dengan baik untuk dapat meningkatkan hasil produksinya, hanya saja kendala petani pada harga bibit yang mahal. Para petani di Desa Sumberejo sudah cukup baik dan memiliki pengetahuan yang cukup baik dalam penggunaan teknologi melalui kegiatan penyuluhan antara kelompok tani masing-masing di desa. Namun ketersediaan teknologi tersebut masih terbatas, dengan demikian petani di Desa Sumberejo juga mangharapkan adanya teknologi berupa alat yang dapat mereka gunakan untuk produksi kedelai sehingga dapat memberikan hasil yang optimal. Adapun tahap-tahap kegiatan produksi kedelai petani sampel di Desa Sumberejo adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara

5.2.1 Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dalam usahatani kedelai umumnya tidak dilakukan seperti pada usahatani lainnya karena lahan digunakan untuk penanaman padi sebelum kegiatan penanaman kedelai. Oleh karena itu kegiatan pengolahan tanah yang dilakukan pada usahatani kedelai hanya meliputi pembuatan saluran drainase sebagai tempat penyaluran air, pengeringan tanah dan pembersihan rumput pada lahan bekas tanaman padi. Dalam pembuatan saluran drainase, petani hanya menggunakan cangkul. Tanah diratakan agar mempermudah penanaman kedelai dan sistem drainase. Bila pada lahan ada gulma, maka lahan dibersihkan sampai benar-benar bersih, namun pada umumnya tidak semua petani melakukan pembersihan karena lahan sudah bersih. Saluran drainase dibuat dengan jarak 3-4 meter. Kemudian lahan dibiarkan terlebih dahulu hingga kering selama dua minggu. Setelah itu lahan siap untuk ditanami kedelai.

5.2.2 Penanaman

Sebelum melakukan penanaman, terlebih dahulu membuat lubang tugal dengan jarak tanam 30x20 cm. Bibit dimasukkan pada lubang-lubang tersebut sebanyak 2-3 biji setiap lubang. Untuk lahan seluas 1 rante 400m 2 , diperlukan bibit sebanyak 2 kg atau berkisar 200 biji, atau sekitan 100 biji kedelai dalam 1 kg bibit. Pada waktu penanaman bibit kedelai dimasukkan ke dalam lubang tersebut sesuai dengan kebutuhan.

5.2.3 Pemupukan

Pupuk yang diberikan terbagi atas dua yaitu pupuk padat dan pupuk cair atau perangsang. Pada umumnya tidak semua petani menggunakan pupuk padat, namun untuk pupuk cair semua petani menggunakannya. Pupuk cair atau yang Universitas Sumatera Utara biasa disebut perangsang lebih banyak digunakan petani untuk merangsang pertumbuhan kedelai. Pupuk padat diberikan oleh petani pada saat awal pertumbuhan kedelai atau sekitar umur dua minggu. Kemudian pada saat kedelai berumur sekitar 1 bulan. Selama pertumbuhan kedelai petani melakukan pemupukan sebanyak 2-3 kali. Untuk pemupukan selanjutnya diberikan pada saat kedelai berumur sekitar 2 bulan, dan bila perlu pada saat kedelai berumur 3 bulan. Pada umumnya petani kedelai masih mampu untuk membeli pupuk padat maupun perangsang dengan dosis yang dibutuhkan tanaman kedelai tersebut.

5.2.4 Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama yang paling banyak menyerang tanaman kedelai adalah lalat kacang dan gulma yaitu lalang. Untuk itu para petani kedelai di Desa Sumberejo menggunakan pestisida dengan jenis yang berbeda sesuai dengan jenis hama yang menyerang dengan dosis yang sesuai. Penyemprotan pestisida dilakukan saat tanaman kedelai berumur tujuh hari, saat benih sudah mengeluarkan sekitar dua lembar daun pertama. Untuk penyemprotan selanjutnya, dilakukan pada saat hama dan penyakit menyerang sesuai dengan jenis yang dibutuhkan.

5.2.5 Panen

Kegiatan panen pada umumnya dilakukan petani saat kedelai berumur kurang lebih 4 bulan sejak masa penanaman. Kedelai dapat dipanen pada saat biji polon sudah tampak masak, yaitu berwarna kuning hingga coklat dan daun menguning. Kedelai dipanen dengan menggunakan sabit baik oleh petani maupun orang lain yang melakukan pekerjaan pemanenan. Universitas Sumatera Utara

5.2.6 Pasca Panen

Kegiatan pasca panen kedelai dimulai dari kegiatan penjemuran dan pembalikan kedelai yang baru dipanen. Penjemuran kedelai dilakukan selama 5 hari dengan kondisi sinar matahari yang cukup panas. Kegiatan penjemuran dan pembalikan dilakukan baik oleh petani sendiri maupun oleh orang lain. Setelah kedelai kering kemudian kedelai dirontokkan dengan menggunakan mesin treser. Setelah kedelai dirontokkan maka kedelai siap untuk dijemur atau dikeringkan. 5.2.7 Total Biaya Usahatani Kedelai Total biaya usahatani kedelai diperoleh dari penjumlahan Fixed Cost biaya tetap dan Variable Cost biaya variabel usahatani kedelai. Biaya tetap terdiri atas biaya PBB lahan dan biaya penyusutan alat-alat pertanian. Biaya variabel terdiri atas biaya tenaga kerja dan biaya saprodi yang terdiri atas biaya bibit, pupuk dan biaya pestisida. Adapun rata-rata total biaya usahatani kedelai petani sampel di Desa Sumberejo dapat dilihat pada Tabel 5.15 berikut: Tabel 5.15 Rata-Rata Total Biaya Produksi Kedelai di Desa Sumberejo, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang Per Musim Tanam Tahun 2016 No Jenis Biaya Rata-Rata Biaya Produksi Per Tahun Per-Petani Rp Persentase Per-Hektar Rp Persentase

I. Fixed Cost FC

255 434 10.30 589 077 11.96 1. Biaya PBB 145 483 5.87 300 000 6.09 2. Penyusutan 109 951 4.43 289 077 5.87

II. Variable Cost VC

2 223 517 89.70 4 331 185 88.02 1. Tenaga Kerja 1 908 163 63.33 3 240 264 58.79 2. Saprodi a. Bibit b. Pupuk c. Pestisida 849 494 332 174 197 652 319 668 34.27 13.40 7.97 12.90 1 681 887 732 065 379 778 570 044 34.18 14.88 7.72 11.58 Total Cost TC 3 013 091 100.00 5 511 228 100.00 Sumber: Lampiran 23 dan 24, 2016 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel 5.15 tersebut dapat diketahui bahwa biaya variabel lebih besar dibandingkan dengan biaya tetap. Biaya variabel terdiri atas biaya tenaga kerja dan biaya sarana produksi kedelai. Biaya tenaga kerja merupakan biaya produksi yang paling besar disebabkan sistem upah tenaga kerja secara borongan tergantung dengan luas lahan masing-masing petani. Biaya sarana produksi terdiri atas biaya bibit, pupuk dan pestisida dengan biaya bibit merupakan biaya saprodi yang paling besar disebabkan tingkat kesulitan untuk memperoleh bibit kedelai di Desa Sumberejo. Biaya tetap terdiri atas biaya PBB dan biaya penyusutan per tahun. Biaya PBB berupa pajak lahan oleh masing-masing petani sesuai dengan luas lahan masing- masing. Biaya PBB lahan per 0,04 Ha sebesar Rp 13.000,-, selain itu biaya PBB merupakan biaya terkecil dalam usahatani kedelai di Desa Sumberejo. Biaya penyusutan peralatan pertanian tergantung dari masing-masing alat yang digunakan petani dalam usahatani kedelai. Biaya penyusutan pada usahatani kedelai di Desa Sumberejo adalah sebesar 4.43 per petani dan persentase 5.87 per hektar dari seluruh biaya usahatani kedelai. AdapunAverage Fixed Cost AFC diperoleh dari hasil pembagian fixed cost dibagi dengan total produksi. Average Variable Cost AVC diperoleh dari hasil pembagian antara variable cost dibagi dengan total produksi.Average Cost AC yaitu biaya rata-rata kedelai per kilogram diperoleh dari hasil pembagian antara total biaya poduksi dibagi dengan total produksi. Sedangkan Marginal Cost MC diperoleh dari hasil perbandingan antara selisih total biaya dengan selisih total produksi kedelai. Adapun rata-rata biaya rata-rata usahatani kedelai dapat dilihat pada Tabel 5.16 berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 5.16. Rata-Rata Average Fixed Cost, Average Variable Cost dan Average Cost Usahatani Kedelai di Desa Sumberejo, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang Per Musim Tanam Tahun 2016 No. Kategori Per Petani Per Hektar 1. Total Produksi kg 805.45 1 607.02 2. Average Fixed CostRpkg 376.55 375.47 3. Average Variable CostRpkg 3552.39 3110.61 4. Average Cost Rpkg 3928.93 3486.08 5. Marginal Cost Rpkg 993.30 18.80 Sumber: Lampiran 25 dan lampiran 26, 2016 Berdasarkan Tabel 5.16 tersebut dapat diketahui bahwa average variable cost atau rata-rata biaya variabel lebih besar dibandingkan dengan average fixed cost atau rata-rata biaya tetap baik per petani maupun per hektar dalam usahatani kedelai di Desa Sumberejo. Dimana rata-rata biaya variabel terdiri atas biaya tenaga kerja, bibit, pupuk dan pestisida, sedangkan rata-rata biaya tetap usahatani kedelai terdiri dari biaya PBB dan biaya penyusutan. Adapun Average Cost AC yaitu rata-rata biaya produksi diperoleh dari hasil pembagian total biaya produksi dibagi dengan total produksi. Maka rata-rata biaya rata-rata produksi kedelai di Desa Sumberejo per petani sebesar Rp 3929,-kg dan rata-rata biaya rata-rata produksi kedelai per hektar sebesar Rp 3.486,-kg. Marginal Cost MC atau biaya marjinal diperoleh dari perbandingan antara selisih total biaya dengan selisih antara total produksi kedelai. Maka rata-rata biaya marjinal per petani sebesar Rp 993,-kg yang artinya untuk memperoleh tambahan produksi kedelai sebanyak 1 kg diperlukan biaya sebesar Rp 752,- per petani. Rata-rata biaya marjinal per hektar sebesar Rp 19,-kg yang artinya untuk memperoleh tambahan produksi kedelai sebanyak 1 kg diperlukan biaya sebesar Rp 67,- per hektar. Universitas Sumatera Utara

5.2.8 Total Produksi dan Penerimaan Petani

Produksi merupakan hasil yang dicapai dari bekerjanya faktor-faktor produksi seperti lahan, tenaga kerja, dan teknologi. Sedangkan pendapatan yang dihitung dalam penelitian ini adalah pendapatan bersih, yaitu dengan mengurangkan penerimaan yang diperoleh dengan jumlah biaya yang dikeluarkan selama satu tahun. Komponen produksi dari usahatani kedelai adalah biji kedelai. Total produksi rata-rata tanaman kedelai di Desa Sumberejo Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang per petani per tahun adalah 805,45 kg dan sebesar 1.607,02 kg untuk rata-rata total produksi kedelai per hektar. Hal ini menunjukkan bahwa total produksi kedelai tahun ini di Desa Sumberejo tidak maksimal. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan bahwa tahun ini hasil produksi tidak maksimal disebabkan karena musim hujan yang terjadi pada bulan Februari tepatnya pada saat Imlek, yaitu pada tanggal 5-8 Februari 2016. Apabila hasil optimal, untuk setiap rantenya produksi kedelai dapat mencapai 80 kg per rante. Namun untuk tahun ini total produksi kedelai hanyak mencapai 50-70 kg per rante, dengan hampir setiap petani kedelai hanya memperoleh total produksi kedelai sebanyak 50-60 kg per rante. Adapun secara keseluruhan prakiraan curah hujan pada tangal 5-8 Februari 2016 tersebut dapat diketahui pada Tabel 5.17 berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 5.17 Kesimpulan Data Prakiraan Curah Hujan di Wilayah Binjai, Medan dan Deli Serdang pada Tanggal 5-8 Februari 2016 Kota Verifikasi Prakiraan Curah HujanIntensitas Hujan tanggal 5 sd 8 Februari 2016 Gunung Sitoli 50 Kabanjahe 75 Lubuk Pakam 25 Doloksanggul 100 Medan 50 Binjai Kota Padangsidempuan 25 Sumber: BMKG, 2016 Berdasarkan Tabel 5.17 di atas dapat diketahui bahwa prakiraan terjadi curah hujan di wilayah Binjai, Medan dan Deli Serdang khususnya daerah Lubuk Pakam. Berdasarkan wawancara dengan petani sampel, bahwa terjadi hujan yang cukup deras di daerah Lubuk Pakam pada waktu sebelum dan pada saat hari raya Imlek. Karena hujan tersebut terdapat beberapa lahan kedelai yang banjir, sehingga tanaman kedelai tidak tumbuh dengan baik, sehingga jumlah produksi yang dihasilkan tidak sesuai dengan target para petani. Penerimaan adalah nilai yang diperoleh dari seluruh hasil produksi pertanian dikali dengan harga jual produksi. Harga jual kedelai sering mengalami fluktuasi harga pada waktu tertentu bergantung dengan kedelai yang dihasilkan sehingga mengakibatkan ketidakpastian jumlah penerimaan. Rata-rata harga jual kedelai adalah Rp 5.213,-kg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata penerimaan usahatani kedelai per petani per musim tanam adalah sebesar Rp 4.207.078 ,- dan rata-rata penerimaan per hektar per musim tanam sebesar Rp 8.393.258,-.

5.2.9 Pendapatan Bersih Petani

Pendapatan bersih merupakan hasil dari total penerimaan yang diperoleh dikurangi dengan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan selama proses produksi Universitas Sumatera Utara berlangsung. Adapun rata-rata harga jual, penerimaan dan pendapatan petani sampel dari usahatani kedelai dapat dilihat pada Tabel 5.18 berikut: Tabel 5.18 Rata-Rata Biaya Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Kedelai di Desa Sumberejo, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang Per Musim Tanam Tahun 2016 No. Kategori Per Petani Per Hektar 1. Penerimaan Rp 4 207 079 8 393 258 2. Biaya Produksi Rp 3 013 091 5 511 228 3. Pendapatan Rp 1 193 988 2 882 030 Sumber: Lampiran 30 dan 31, 2016 Berdasarkan Tabel 5.18 di atas dapat diperoleh nilai RC rata-rata yaitu perbandingan penerimaan revenue rata-rata dengan biaya produksi cost rata- rataper petani sebesar 1,39 1 dan per hektar sebesar 1,52 1 yang artinya bahwa usahatani kedelai layak untuk dikembangkan. Nilai BC rata-rata dapat diketahui dengan perbandingan antara pendapatan benefit dengan biaya produksi cost rata-rata, dimana per petani sebesar 0,39 1 dan nilai BC per hektar sebesar 0,52 1 yang artinya bahwa usahatani kedelai tidak menguntungkan.

5.2.10 Kurva Kemungkinan Biaya Produksi Kedelai

Kurva kemungkinan biaya produksi kedelai dapat digambarkan melalui nilai Average Fixed Cost AFC, Average Variable Cost AVC, Average Cost AC dan Marginal Cost MC. Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan diperoleh rata-rata harga jual kedelai sebesar Rp 5.213,-kg dan rata-rata dari rata- rata biaya produksi kedelai sebesar Rp 3.929,-kg. Maka dapat diketahui bahwa rata-rata harga jual kedelai lebih besar dibandingkan dengan rata-rata dari rata-rata biaya produksi kedelai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata produksi kedelai di Desa Sumberejo mengalami keuntungan maksimum. Adapun Universitas Sumatera Utara kurva kemungkinan biaya produksi kedelai di Desa Sumberejo dapat digambarkan pada Gambar 5.2 berikut: Gambar 5.2. Kurva Kemungkinan Biaya Produksi Kedelai Berdasarkan Gambar 5.2 di atas dapat diketahui perubahan pada nilai AFC, AVC, AC dan MC per petani. Dimana nilai MC pada beberapa sampel bernilai negatif sesuai dengan perubahan total biaya dengan total jumlah produksi kedelai per petani.

5.3 Teknologi Panen dan Pasca Panen Kedelai