Taruna =
89 783
� 89 = 10 orang Tunas Baru
=
76 783
� 89 = 9 orang Dirgantara
=
97 783
� 89 = 11 orang Saurdut
=
109 783
� 89 = 12 orang Jumlah
= 89 orang
3.2.2. Sampel Pedagang Perantara
Populasi pedagang perantara dalam penelitian ini adalah pedagang pengumpul yang kegiatan usahanya menjual dan membeli kedelai dan pedagang pengecer
yang menjual kedelai. Untuk pengambilan sampel pedagang perantara kedelai dilakukan dengan metode sampel bola salju snowball sampling, yaitu dengan
bantuan key-informan dan dari key-informan inilah akan berkembang sesuai petunjuknya Subagyo, 1997. Sehingga diperoleh besar sampel agen sebanyak 5
orang dan besar ampel pedagang pengecer sebanyak 5 orang.
3.3. Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi pengamatan dan wawancara langsung dengan
petani dan pedagang yang menjadi sampel serta dengan penyuluh pertanian Desa Sumberejo dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan
sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari lembaga dan dinas yang terkait, yaitu Badan Pusat
Statistik Provinsi Sumatera Utara, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara dan Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang.
Universitas Sumatera Utara
3.4. Metode Analisis Data
Secara umum alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan sesuai dengan tujuan masing – masing.
Untuk tujuan penelitian 1, 2 dan 3 yaitu untuk menganalisis bagaimana sistem
agribisnis kedelai yang meliputi subsistem pra produksi, subsistem produksi, subsistem post produksi dan untuk mengetahui penggunaan teknologi dalam
agribisnis kedelai digunakan metode analisis deskriptif berdasarkan data primer dengan menggunakan daftar pertanyaan questioner dan wawancara kepada
pelaku–pelaku sistem agribisnis. Untuk mengetahui keuntungan atas produk kedelai di daerah penelitian dapat
diketahui dengan harga kedelai yang berada di atas average cost minimum, sama dengan average cost minimum, dan dapat pula harga di bawah average cost
minimum. Adapun kemungkinan-kemungkinan atas harga kedelai yang dapat terjadi adalah sebagai berikut:
1. Keuntungan Maksimum
Petani dalam produksi kedelai mengalami keuntungan maksimum apabila PAC minimum. Pada kurva petani mengalami keuntungan lebih normal pada P
1
dan keuntungan normal pada P
2.
Gambar 3.1. Kurva Keuntungan Maksimum
Universitas Sumatera Utara
2. Kerugian Minimum
Petani mengalami kerugian rata-rata apabila PAC minimum. Pada kurva petani mengalami kerugian minimum pada P
2
, dengan jumlah barang sebesar Q.
Gambar 3.2. Kurva Kerugian Minimum 3. Kondisi BEP Break Even Point
Petani dalam berproduksi kedelai mengalami kondisi BEP dimana petani tidak mengalami keuntungan maupun kerugian apabila P=AC minimum Sukirno,
2008.
Gambar 3.3. Kurva Kondisi BEP
Selain itu dari produksi kedelai dapat diketahui kelayakan usahatani kedelai tersebut dengan menggunakan analisis RC Ratio dan BC Ratio. RC Return
P=AC
Universitas Sumatera Utara
Cost Ratio atau dikenal sebagai perbandingan antara penerimaan dengan biaya. Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut:
dimana
Keterangan : R = penerimaan Rpmusim tanam C = biaya produksi Rpkgmusim tanam
P = harga output RpKg Q = total output Kg
FC= biaya tetap fixed cost Rpkgmusim tanam VC= biaya variabel variable cost Rpkgmusim tanam
RC menunjukkan berapa besarnya penerimaan yang diperoleh sebagai manfaat dari setiap rupiah yang dikeluarkan. Adapun Kriteria keputusan dari nilai RC
adalah: a.
Jika RC1, maka usaha menguntungkan dan layak dikembangkan b.
Jika RC=1, maka usaha impas c.
Jika RC1, maka usaha tidak menguntungkan dan tidak layak dikembangkan Soekartawi, 1995.
BC Ratio atau Benefit Cost Ratio bias digunakan dalam analisis kelayakan usahatani, yaitu perbandingan antara total pendapatan dengan total biaya yang
dikeluarkan. � =
� �
R = P. Q C = FC + VC
� = {P.QFC+VC}
� �
= ����� ���������� Rpkgmusim tanam
����� ����� Rpkgmusim tanam
Universitas Sumatera Utara
Adapun kriteria keputusan dari nilai BC adalah: a.
Jika BC1, maka usahatani menguntungkan b.
Jika BC=1, maka usahatani impas c.
Jika BC1, maka usahatani tidak menguntungkan Cahyono, 2002.
Untuk tujuan penelitian 4, yaitu untuk mengetahui saluran pemasaran kedelai di
daerah penelitian digunakan metode analisis margin pemasaran share margin. Perhitungan analisis marjin pemasaran dilakukan untuk mengetahui perbedaan
harga per satuan di tingkat petani atau tingkat konsumen atau pada tiap rantai pemasaran. Menurut Sihombing 2010 secara sistematis dapat dihitung sebagai
berikut:
Keterangan: Mji
= Margin pada lembaga pemasaran tingkat ke-i Psi
= Harga jual pada pemasaran tingkat ke-i Pbi
= Harga beli pada pemasaran tingkat ke-i bti
= Biaya pemasaran tingkat ke-i i
= Keuntungan pemasaran tingkat ke-i Menurut Gultom 1996 bahwa share margin setiap lembaga dapat dihitung
dengan rumus berikut: Mji = Psi – Pbi atau Mji = bti + i
�� = ��
�� � 100
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: Sm = share margin
Pp = Harga yang diterima produsen dan pedagang perantara Pk = Harga yang dibayar oleh konsumen
Nisbah margin keuntungan dapat dihitung dengan rumus berikut:
Keterangan: I = Keuntungan lembaga pemasaran Bti = Biaya pemasaran
Selain itu untuk mengetahui bagaimana saluran pemasaran kedelai di daerah penelitian dapat dilihat dari tingkat efisiensi saluran pemasaran kedelai itu sendiri.
Dimana efisiensi pemasaran dapat diketahui melalui empat metode. Menurut Thamizhselvan dan Paul 2012 untuk menghitung efisiensi pemasaran
kedelai dapat menggunakan empat metode, dengan maksud untuk melihat pemasaran kedelai secara menyeluruh dari komponen yang berbeda. Baik dari
segi harga produsen mapun konsumen. Adapun keempat metode tersebut adalah sebagai berikut:
1. Metode Shepherd’s
Dalam metode ini dijelaskan bahwa rasio total nilai barang yang dijual di pasar dan total biaya pemasaran yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
pemasaran. Menurut metode ini, semakin besar rasio maka semakin tinggi tingkat efisiensi dan sebaliknya. Adapun rumus dari metode Sheperd’s adalah:
� ���
�� = � �
� � − 1
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: ME = Efisiensi Pemasaran V = Harga Konsumen Rpkg
I = Biaya Pemasaran Rpkg
2. Metode Acharya dan Aggarwal
Adapun rumus untuk menghitung efisiensi pemasaran dalam metode ini adalah:
atau
Keterangan: ME = Efisiensi Pemasaran O = output dari sistem pemasaran kg
I = biaya pemasaran Rpkg FP = Harga Produsen Rpkg
MC= Biaya Pemasaran Rpkg MM= Marjin Pemasaran Rpkg
Nilai ME yang tinggi menunjukkan tingkat efisiensi yang tinggi dan begitu sebaliknya.
3. Composite index Method
Pada metode ini digunakan tiga indikator, yaitu share produsen, biaya pemasaran dan marjin keuntungan. Ketiga indikator untuk setiap saluran diberi skor.
Misalnya untuk share produsen, dimana semakin besar share produsen maka semakin baik suatu saluran pemasaran. Indikator dengan nilai tertinggi akan diberi
skor 1 dan seterusnya dengan skor 2, 3 dan 4. Total nilai composite index method diperoleh dengan menjumlahkan nilai skor di setiap saluran kemudian dibagikan
�� = ��
�� + �� �� = �
� � � �
100
Universitas Sumatera Utara
dengan jumlah indikator yang digunakan. Indeks efisiensi pemasaran yang rendah menunjukkan saluran yang lebih efisien. Adapun rumusnya adalah:
Keterangan: ME = Indeks efisiensi pemasaran Rj = Total skor indikator setiap saluran
Nj = Jumlah indikator
4. Marketing Efficiency Index Method
Pada metode ini efisiensi pemasaran dapat dihitung dengan rumus:
Efisiensi pemasaran yang tinggi ditunjukkan oleh nilai ME yang tinggi dan sebaliknya. Pada metode ini efisiensi pemasaran yang tinggi terjadi jika biaya
pemasaran yang dikeluarkan lebih kecil dari marjin keuntungan lembaga pemasaran.
Untuk tujuan penelitian 5, yaitu untuk mengetahui apa saja lembaga pendukung
dalam sistem agribisnis kedelai digunakan metode analisis deskriptif berdasarkan data primer dengan menggunakan questioner dan wawancara kepada pelaku-
pelaku dalam subsistem agribisnis kedelai, yaitu petani dan pedagang perantara kedelai.
Data yang diperoleh melalui questioner meliputi pengadaan pupuk, pengadaan bibit, pengadaan pestisida, pengadaan modalsimpan pinjam, penyuluhan
�� = ��
��
ME = 1 + Marjin Pemasaran Rpkg
Biaya Pemasaran Rpkg
Universitas Sumatera Utara
pertanian dan pengenalan teknologi budidaya, informasi pasar, sarana transportasi dan penyewaan alat–alat pertanian.
3.5. Definisi dan Batasan Operasional