ada dikumpulkan dan ditata. Barang-barang yang tersisa seperti jam yang menunjukkan saat terjadinya awan panas, kaset, piring, gelas, sendok, panci, dan
peralatan rumah tangga lain dalam kondisi meleleh akibat panasnya suhu awan panas yang mengenainya. Dipajang juga kerangka sapi yang dagingnya telah terbakar.
Namun kondisi museum mi sangat memprihatinkan, karena barang-barang yang ada tidak terlindung dan hujan maupun panas akibat atap rumah sudah tidak ada.
Gambar 5.18. Museum Sisa Hartaku
Sumber : dokumentasi peneliti
10. Hamparan landscape bekas terjangan awan Panas
Akibat terjangan awan panas, maka semua pepohonan besar dan pemukiman penduduk tertimbun dan rata dengan tanah. Hal itu menyebabkàñ jarak pandang
menjadi lebih jauh dan luas karena tidak terhalang pohon.Apabila cuaca cerah tidak berkabut, maka pemandangan puncak Merapi akan sangat fantastik karena sangat
dekat dan jelas. Gambar 5.19. Hamparan Bekas Terjangan Awan Panas
Sumber : dokumentasi peneliti
5.2. Pembahasan 5.2.1. Pel
aku Kolaborasi
Kawasan volcano tour Merapi yang didalamnya terdapat banyak ODTW membutuhkan keterlibatan berbagi stakeholder baik itu pemerintah, swasta dan
masyarakat. Keterlibatan stakeholder tentu saja tidak sama dalam intensitasnya, ada yang langsung terlibat dalam pengelolaan, itu yang dikenal dengan stakeholder primer;
tetapi juga ada yang terlibat secara tidak langsung, ini yang dikenal dengan istilah stakeholder sekunder.
5.2.1.1. Pemerintah Sektor Publik
Tidak bisa dipungkiri bahwa peran dari pemerintah dalam mengatur dan mengembangkan kawasan volcano tour Merapi sangat besar, terutama dalam memberi
arahan maupun pembinaan pelaku wisata. Meskipun kawasan ini sebagian besar masuk dalam kawasan rawan bencana dan pemerintah daerah tidak bisa secara maksimal
mengatur semuanya, tetapi tanggung jawab terhadap resiko dan pengembangan masyarakat tetap berada di pundaknya. Wawancara dengan Kepala Dinas Budpar
menunjukkan hal tersebut : Kami ini jadi tidak bisa maksimal dalam mengelola kawasan wisata
volcano tour Merapi karena sebenarnya di kawasan tersebut sudah tidak boleh ada aktivitas yang sifatnya permanen karena masuk dalam kawasan
rawan bencana. Inisiatif kawasan tersebut untuk dijadikan destinasi wisata tentu saja dari masyarakat itu sendiri. Tapi apa ya kita ini diam ketika
banyak orang berbondong-bondong datan untuk menikmati keindahan alam atau “pengin nyatake” bagaimana dampak dari erupsi Merapi
tersebut. Pembinaan yang sifatnya himbauan berupa sarasehan kepada penduduk untuk waspada terhadap bencana maupun sebagai obyek wisata
akhirnya tetap kita lakukan. Wawancara, 5 Oktober 2014.
Dari pemerintah yang terlibat secara langsung dalam urusan pariwisata- bencana ini adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Disbudpar Kabupaten Sleman.
Sesuai dengan pernyataan dari kepala dinas tersebut, pemerintah daerah secara rutin memberikan pembekalan atau pelatihan kepada masyarakat yang termasuk penyedia
jasa wisata. Mengingat bahwa para penyedia jasa wisata tersebut dulunya merupakan masyarakat biasa yang masih kurang terhadap pengetahuan maupun pelayanan wisata
maka pemerintah daerah banyak memberikan training singkat.