Konsep Pariwisata-Bencana Tinjauan Konsep 1. Governance Dan Pariwisata
merupakan keseluruhan upaya yang dilakukan pemerintah, pengusaha dan masyarakat dalam membangun pariwisata dengan didasarkan pada nilai-nilai agama, pelestarian
sumber daya alam, budaya; serta memperhatikan kepentingan politik, ekonomi, sosial dan budaya dan pertahanan keamanan. Kepariwisataan bersifat lebih komplek lagi
karena menyangkut berbagai sektor lain, sehingga ada yang mengatakan sebagai suatu sistem. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata
dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat,
sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha. Meskipun dalam bahasa asing penggunaan kata wisata, pariwisata dan
kepariwisataan cukup dipakai dengan satu kata “tourism” namun di dalam bahasa Indonesia mempunyai makna yang berbeda-beda dan penggunaan yang tidak sama.
Namun dari semua itu sebenarnya wisata mempunyai hakekat : Keunikan, Kekhasan, Perbedaan, Orisinalitas, Keaneka Ragaman, dan Kelokalan sehingga menarik orang
untuk melakukan kegiatan wisata Inskeep, 1994. Secara umum pengertian pariwisata menurut Spillane sebagaimana dikutip oleh
Suwena 2010:15 adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan,
menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas dan berziarah; sedangkan menurut Suwantoro 1977 pariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari
seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan uang. Selanjutnya Meyers
2009 mengemukakan bahwa pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan
bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk bersenang-senang, memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang atau waktu libur serta
tujuan-tujuan lainnya. Dari ketiga batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pariwisata merupakan perjalan dari seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan
mencari sesuatu yang belum diketahuinya dengan motivasi untuk memuaskan diri dalam waktu sementara.
Sebagai konsekuensi dari kegiatan pariwisata ini maka motivasi adanya kegiatan pariwisata menyangkut atraksi yang akan diketahui dan sarana serta prasarana
pendukung untuk memuaskan dalam menikmati atraksi tersebut. Menurut kalangan pariwisata hal itu disebut dengan istilah 3A yaitu atraksi, amenitas dan aksesibilitas.
Atraksi dapat berupa sumberdaya alami seperti gunung, danau, pantai, air terjun, bukit dan sebagainya; atraksi wisata budaya seperti arsitektur, rumah tradisional, situs
arkeologi, benda-benda seni dan kerajinan, ritual atau upacara budaya, festival budaya, tarian tradisional, kegiatan atau kehidupan masyarakat yang unik, makanan dan
sebagainya; dan atraksi buatan, antara lain acara olah raga, berbelanja, pameran, konferensi, konser musik dan sebagainya. Amenitas merupakan fasilitas yang
mencakup segala macam prasarana dan sarana yang diperlukan oleh wisatawan selama berada di obyek tujuan wisata, sarana dan prasarana tersebut meliputi sarana
akomodasi, usaha makanan dan minuman, transportasi dan infrastruktur. Aksesibilitas merupakan jalan masuk atau pintu masuk utama ke daerah tujuan wisata yang meliputi
bandar udara, pelabuhan, terminal, dan segala macam jasa transportasi lainnya, disamping itu akses ini juga diidentikkan dengan transferabilitas yaitu kemudahan
untuk bergerak dari daerah satu ke daerah yang lain. Disamping ketiga tersebut ada fasilitas tambahan untuk memudahkan dalam melakkan perjalanan wisata yaitu adanya
biro perjalanan wisata Suwena, 2010:88-98. Konsep yang kedua yang perlu dijelaskan adalah mengenai bencana, Carter
1991 mendefinisikan bencana sebagai suatu peristiwa alam atau buatan manusia yang datangnya secara tiba-tiba atau mendadak dan dampaknya sangat hebat sehingga
masyarakat yang terkena dampak harus merespon dengan mengambil langkah-langkah luar biasa. Dalam menyikapi krisis dan bencana ini, Booth 1993 memberikan
penekanan tentang perlunya langkah-langkah yang luar biasa untuk merespon perubahan yang terjadi dengan mengacu pada kebutuhan non-rutin, disamping itu perlu
diatasi tekanan yang datang tiba-tiba dengan kemampuan adaptif. Dengan demikian, krisis dan bencana digambarkan sebagai suatu situasi yang dihadapi oleh individu,
kelompok atau organisasi yang mereka tidak mampu mengatasi dengan menggunakan prosedur rutin normal dan terjadi tekanan besar yang disebabkan oleh perubahan
mendadak Booth, 1993: 86. Rumusan yang resmi menurut Undang-udang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana bahwa bencana adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan menganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam danatau faktor non alam, maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa bencana merupakan suatu kondisi dimana manusia atau organisasi tidak mampu lagi untuk bertindak sesuai dengan rencana dan datangnya
secara tiba-tiba yang mengakibatkan kondisi yang luar biasa berupa kerusakan lingkungan dan korban jiwa.
Dari kedua konsep tersebut dapat dipadukan untuk memahami konsep tentang pariwisata-bencana. Belum banyak sarjana yang memberikan definisi secara jelas dan
tegas tentang pariwisata-bencana. Dari penelusuran terhadap beberapa tulisan dapat diketahui bahwa pariwisata bencana merupakan penurunan kegiatan pariwisata di
obyek wisata setelah terjadinya bencana Vickramasinghe, 2008, sedangkan Aguirre 2006 memberi pengertian sebagai perjalanan wisata ke lokasi yang terkena dampak
bencana. Dari pengertian tersebut dan dicoba untuk disentesakan dengan pemahaman pariwisata dan bencana secara tersendiri maka dapat diberi batasan bahwa pariwisata-
bencana adalah perjalan dari seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan mencari sesuatu yang belum diketahuinya dengan motivasi untuk memuaskan diri dalam waktu
sementara di lokasi wisata yang terkena dampak bencana atau lokasi obyek wisata baru yang diakibatkan karena terjadinya bencana.